Musim 2007/2008 bisa dibilang sebagai salah satu musim luar biasa dalam sejarah English Premier League (EPL) Inggris. Akhir musim, Manceshter United keluar sebagai juara, bersama pelatih terbaik Sir Alex Ferguson dan anak emasnya, Cristiano Ronaldo. Tetapi, mereka hanya unggul dua poin dari Chelsea dan empat poin dari Arsenal, yang menandakan persaingan ketat terjadi hingga laga terakhir.
Kompetisi ini memang berjalan penuh kejutan sejak awal musim, hingga tercipta banyak rekor dalam pertandingan demi pertandingan yang sangat menghibur. Salah satunyanya adalah laga Portsmouth vs Reading FC yang berakhir 7-4, skor terbesar dalam sejarah EPL hingga kini. Pertandingan itu terjadi pada pekan delapan EPL 2007/2008 di markas Portsmouth, Fratton Park, Sabtu 29 September 2007. Sebanyak 11 gol tercipta dalam laga sore itu, yang hingga saat ini belum pernah terulang lagi di EPL.
Benjani Mwaruwari
Sebelum pertandingan, Portsmouth yang diasuh Harry Redknapp bertengger di posisi 10 klasemen sementara. Sedang tim tamu dihantui degradasi, karena mereka tertahan di peringkat 16. Makanya tak banyak fans yang menduga akan terjadi pesta gol dalam laga tersebut. Tepat pada pukul 15.00 waktu setempat, wasit Mark Halsey dari Lancashire meniup peluit tanda dimulainya pertandingan.
Penonton hanya menunggu enam menit untuk segera bersorak setelah gol pertama tercipta dalam laga itu. Gelandang Portsmouth Papa Bouba Diop merebut bola di tengah dan mengirimnya ke striker Benjani Mwaruwari. Dia sempat mengoper bola ke winger kanan John Utaka, sebelum berlari ke area penalti tanpa penjagaan, dan kembali menerima bola yang diceploskan ke gawang lawan. Skor 1-0.
Penyerang asal Zimbabwe itu pada akhirnya menjadi bintang dalam laga tersebut. Tiga gol berhasil dibukukannya. Namun, pertandingan awalnya sempat berjalan lambat, sebelum Mwaruwari kembali membobol gawang Reading FC yang dikawal Marcus Hahnemann, setengah jam kemudian. Lawan sempat membalas saat injury time melalui gol Stephen Hunt, dan babak pertama berakhir hanya 2-1.
6 Gol dalam 20 Menit
Memasuki babak kedua, saat laga baru berjalan tiga menit, Reading FC yang dipimpin pelatih Steve Coppell malah menyamakan kedudukan. Kali ini, Hunt memberi assist untuk gol striker Dave Kitson. Namun, tujuh menit kemudian, Portsmouth kembali unggul melalui gol sundulan dari bek Hermann Hreidarsson, memanfaatkan umpan silang Sylvain Distin. Sudah hampir satu jam, lima gol tercipta.
Puncaknya 20 menit terakhir. Mwaruwari mengawali dengan operan Sulley Muntari setelah berhasil menggagalkan upaya serangan lawan. Kiper Reading FC maju coba menghadang, karena sang striker lepas dari kawalan bek. Tapi dia malah terkecoh, dan bola bersarang lagi di gawangnya; gol ketiga Mwaruwari sore itu. Niko Kranjcar lalu menambah keunggulan Pompey hanya lima menit kemudian.
Tertinggal 5-2, pelatih Reading FC pun memasukkan Shane Long dan Emerse Fae pada menit ke-77. Perubahan itu rupanya membuahkan hasil, karena nama pertama sukses memperkecil ketinggalan tim dengan golnya, hanya berselang dua menit. Tapi tiga menit laga berjalan, lagi-lagi gol tercipta. Kali ini bek Ivar Ingimarsson melakukan gol bunuh diri yang membawa Portsmouth semakin menjauh.
Memasuki injury time, Sulley Muntari melengkapinya dengan gol penalti. Sebanyak 20.102 penonton yang memadati stadion saat itu, mungkin sempat berpikir laga sudah berakhir. Tapi bek Sol Campbell yang menahan tembakan lawan malah membuat bola masuk ke gawang sendiri. Gol untuk Reading FC dan skor kembali berubah jadi 7-4, hanya beberapa saat sebelum wasit meniup peluit panjang.
Seperti Laga Final
Usai pertandingan, dalam konferensi pers, Redknapp menyebut laga hari itu sama seperti salah satu final Liga Champions (dulu Piala Eropa) paling menegangkan yang pernah ditontonnya.
“Saya berkata pada asisten saya, Tony Adams bahwa Real Madrid mengalahkan Eintracht Frankfurt 7-3 di Hampden Park pada final Piala Eropa (1960). Mereka punya pemain seperti (Paco) Gento, (Alfredo) Di Stefano, (Ferenc) Puskas dan (Jose) Santamaria. Kami punya Sean Davis dan Muntari!” ucapnya dikutip Mirror.
Sementara di kubu Reading FC, Coppell tampak sepertinya masih tak menyangka timnya bisa kalah dengan skor sebanyak itu. “Sulit untuk menganalisis pertandingan seperti itu dan jika Anda mencoba, Anda akan berada di sana untuk waktu sangat lama,” katanya pula kepada BBC. Musim itu, mereka tak mampu bertahan dan harus turun ke Championship League. Sedang Portsmouth finish di posisi delapan, tapi mendapat tiket ke Piala UEFA (kini Europa League) usai menjuarai Piala FA musim itu.
Sumber: These Football Times, Mirror, BBC, Wikipedia.