Setelah bergonta-ganti stadion dari Motovelodromo Umberto, Corso Marsiglia, Delle Alpi, dan Olimpico di Torino, Juventus akhirnya memiliki stadion baru yang akan digunakan sebagai markas mereka. Pada 8 September 2011, Andrea Agnelli menggunting pita sebagai tanda kalau Juventus Stadium resmi dibuka.
Juventus Stadium dibangun di lahan yang sebelumnya menjadi tempat stadion Delle Alpi berdiri. Stadion tersebut merupakan rumah yang indah bagi Juve. Selama 16 tahun sejak 1990, La Vecchia Signora merasakan kejayaan ketika mereka bermarkas di stadion berkapasitas 69 ribu penonton tersebut.
Akan tetapi, stadion tersebut kerap dianggap tidak memiliki nyawa. Jumlah suporter yang hadir kerap tidak sebanding dengan kapasitas stadion tersebut. Kapasitas yang hampir 70 ribu hanya diisi sekitar 40 ribu saja. Musim 1991/1992 menjadi musim dengan rataan penonton terbanyak di Delle Alpi. Itupun hanya 51.832. Inilah yang membuat stadion tersebut tampak tidak memiliki keriuhan. Kehadiran lintasan lari juga membuat penonton tidak nyaman karena jarak yang cukup jauh dari lapangan.
Atas dasar itulah Juventus akhirnya membangun stadion baru. Delle Alpi dihancurkan dan digantikan Juventus Stadium yang jauh lebih modern. Tidak ada lagi lintasan lari. Jarak penonton dengan lapangan juga kurang dari 10 meter. Inilah yang membuat ruang dengan penonton menjadi dekat. Selain itu, jarak antara lapangan dengan penonton yang berada di barisan paling belakang hanya 49 meter. Meski kapasitas berkurang sekitar 15 ribu penonton dari Delle Alpi, namun hal itu tidak menjadi soal karena ini membuat stadion jadi terlihat penuh setiap kali Juve bermain.
“Kami menghilangkan konsep curva sehingga penonton yang duduk di belakang gawang bisa sedekat seperti para penonton yang menonton dari sisi samping lapangan,” kata Direktur Komersial Juventus, Francesco Calvo.
Stadion baru ini juga menyediakan 3600 kursi premium dan 120 Excecutive Box bagi orang-orang penting yang hendak menonton pertandingan Juventus. Klub benar-benar ingin membuat rumah baru Juventus ini terlihat mewah ketimban sebelumnya.
Pembukaan stadion baru ini juga ditandai dengan pertandingan persahabatan antara Juventus melawan Notts County. Mereka disambut luar biasa pada saat itu meski Notts hanya kesebelasan yang bermain pada divisi tiga sepakbola Inggris. BBC bahkan menyebut kalau laga itu merupakan pramusim yang aneh.
Terpilihnya Notts County bukannya tanpa alasan. Kesebelasan asal Inggris tersebut memiliki ikatan sejarah yang cukup kuat dengan Juventus. Pada 1903, Juventus adalah tim yang menjadikan warna pink sebagai warna yang menjadi ciri khas mereka. Sayangnya, ketika itu warna pink milik Juve mulai luntur karena seragam yang sering dicuci.
Salah satu anggota klub, John Savage, diminta untuk menyelesaikan masalah ini. John berasal dari Inggris, oleh karena itu ia menelepon rekannya tersebut untuk mengirimkan beberapa baju yang bisa dijadikan seragam oleh Juventus. Teman John tersebut kemudian mengirimkan seragam hitam-putih khas Notts County yang merupakan tim favoritnya. Tak disangka, warna tersebut memberikan nasib yang bagus dan sejak saat itu menjadi warna yang identik dengan pemenang dua gelar Piala Champions ini. Laga tersebut kemudian berakhir imbang dengan skor 1-1 dengan Luca Toni sebagai pemain Juventus pertama yang mencetak gol di kandang baru mereka. Gol dari Notts County dicetak oleh Lee Hughes.
Niat Juventus untuk membangun stadion ini sebenarnya sudah cukup lama. Mereka telah lebih dulu mengambil alih kepemilikan Delle Alpi pada 2003. Akan tetapi, izin untuk membangun stadion baru baru turun pada Februari 2008. Sambil menunggu turunnya izin tersebut, Juve merasakan pahitnya ketika mereka terdegradasi ke Serie B karena Calciopoli. Beruntung, Juve hanya satu tahun berada di kompetisi level kedua dan bisa merasakan stadion baru tersebut di kompetisi tertinggi.
“Stadion ini merupakan simbol untuk kembali mencapai puncak,” kata Direktur Juventus saat itu Giuseppe Marotta.
Sebuah ucapan yang langsung menjadi nyata. Pada musim pertama Juve menggunakan stadion ini, mereka kembali meraih Scudetto setelah puasa gelar selama lima tahun. Skuad asuhan Antonio Conte tersebut bahkan mengakhiri Serie A 2011/2012 dengan status tidak terkalahkan. Prestasi itu terus bertahan hingga Maurizio Sarri menjadi manajer terakhir yang membawa Juve meraih Scudetto.
Selain menjadi kandang Juventus, stadion ini juga pernah digunakan untuk ajang lain. Sevilla meraih trofi Liga Europa ke-3 setelah mengalahkan Benfica di Juventus Stadium. Pada 2022 nanti, final Liga Champions perempuan juga akan bermain di stadion ini.