Drama Lima Menit Pada Final Piala FA 1979

Arsenal juara Piala FA 1979. (Foto: Arsenal.com)

Sepanjang sejarahnya, Manchester United kerap meraih kemenangan dengan cara yang dramatis. Satu yang paling terkenal adalah gol pada menit-menit terakhir pertandingan. Momen-momen seperti ini sangat ditakuti oleh lawan-lawan United mengingat betapa sakitnya kebobolan jelang akhir pertandingan.

Akan tetapi, United juga pernah merasakan betapa pedihnya kebobolan pada menit-menit terakhir pertandingan yang membuat mereka mengalami kekalahan. Satu yang paling dikenang terjadi pada saat United kalah dari Arsenal pada final Piala FA 1979 yang menghilangkan kesempatan mereka meraih trofi kelima mereka sepanjang sejarah.

Final yang ditonton nyaris 100 ribu penonton ini terpilih sebagai salah satu pertandingan final Piala FA terbaik sepanjang sejarah. Selain itu, final ini juga disebut sebagai “Five-minute Final” dikarenakan momen dramatis yang terjadi pada lima menit terakhir pertandingan. Laga ini sendiri dimenangi oleh Arsenal dengan skor 3-2.

Setelah promosi dari divisi dua pada 1975, Manchester United mencoba menyusun kekuatan mereka dengan mengincar ajang-ajang piala sebagai target utama. Hanya dalam tempo empat tahun, mereka sukses dua kali melangkah hingga final Piala FA dan salah satunya menjadi juara ketika mengalahkan Liverpool pada final 1977.

Menjadi juara pada 1979 akan membuat United meraih trofi Piala FA kelima mereka sekaligus yang pertama di era kepelatihan Dave Sexton. Sexton masuk menggantikan Tommy Docherty yang dipecat karena ketahuan selingkuh dengan istri fisioterapisnya sendiri. Titel Piala FA juga bisa menjadi jawaban bagi Sexton yang dikritik karena dianggap membuat United memiliki gaya main yang defensif.

Tekanan juga melanda manajer Arsenal saat itu, Terry Neil. Setelah Bertie Mee membawa Meriam London juara Liga Inggris dan Piala FA 1971, mereka tidak bisa lagi menambah gelar. Prestasi mereka di liga terus merosot. Hanya Piala FA yang bisa menyelamatkan wajah Neil.

Arsenal tampak akan memenangkan laga ini dengan mudah. Baru 12 menit, Brian Talbot sukses mencetak gol ke gawang Gary Bailey. Keuggulan mereka bertambah ketika Frank Stapleton menyambut umpan silang Liam Brady. Dua tahun setelah gol tersebut, Stapleton justru pindah ke United dan mencetak banyak gol untuk Setan Merah.

Meski tertinggal dua gol, Arsenal tetap menggempur pertahanan Manchester United. Begitu juga sebaliknya, United juga terus menyerang lini belakang Arsenal yang dikawal oleh duet bek tengah legendaris Willie Young dan David O’Leary. Gawang United nyaris kebobolan lagi jika sundulan Stapleton tidak diblok oleh kaki Bailey. Kiper Arsenal, Pat Jennings, juga bermain sangat baik.

Drama dari final ini baru dimulai pada menit ke-86. Gordon McQueen mencetak gol memanfaatkan asis dari Joe Jordan. Tendangan pelannya tidak bisa dijangkau oleh Jennings. Game on bagi para penggawa United. Skor menjagi imbang 2-2 ketika pada menit ke-88, gugupnya lini belakang Arsenal dimanfaatkan oleh Sammy Mcllroy untuk mengelabui dua pemain belakang Arsenal sebelum menempatkan bola ke dalam gawang Arsenal.

Gol dramatis membuat pendukung United yang berada di Wembley bersorak. Namun, kegembiraan mereka hanya berlangsung sebentar. Satu menit setelah gol Sammy, Arsenal mencetak gol kemenangan melalui gol Alan Sunderland yang memanfaatkan umpan silang untuk mencetak gol di tiang jauh. Kegembiraan kini berbalik menuju pendukung Arsenal karena gol ini memastikan mereka menjadi juara Piala FA kelima sepanjang sejarah sekaligus trofi pertama untuk Terry Neill.

“Semuanya runtuh setelah gol kedua United. Saya tidak akan menukar momen itu dengan finis keempat dan memainkan beberapa pertandingan Eropa musim berikutnya,” kata Sunderland.

“Bagi Arsenal maupun United, keduanya tidak akan jadi juara liga pada musim itu, jadi hanya Piala FA yang mereka bisa raih. Ini trofi besar. Setelah saya mencetak gol, kaki saya terkilir sehingga saya harus melompat saat menerima medali,” kata Sunderland menambahkan.

Kegembiraan dalam kubu Arsenal jelas tidak dirasakan oleh United. Salah satunya Mcllroy yang merasa gol penyama kedudukannya menjadi sia-sia.

“Dalam lima menit itu, saya berubah dari perasaan yakin yang begitu tinggi menjadi perasaan paling menyedihkan yang pernah saya rasakan dalam pertandingan ketika peluit akhir berbunyi. Saya kira laga akan lanjut ke perpanjangan waktu, namun kami harus kalah,” kata Sammy Mcllroy.