Indonesia di Piala AFF 2000: Kalah Karena Terlalu Lemah Lembut

Foto: Mthai.com

Dua minggu setelah berakhirnya perjalanan Indonesia di Piala Asia 2000, mereka kembali harus bermain dalam ajang antarnegara. Kali ini, turnamen yang harus mereka ikuti adalah Piala AFF 2000 yang diselenggarakan di Thailand. Timnas saat itu berada di grup A dengan Myanmar, Filipina, dan tuan rumah.

Pada ajang ketiga ini, babak kualifikasi terpaksa ditiadakan. Hanya ada sembilan tim yang bermain dikarenakan Brunei Darussalam menolak tampil karena turnamen tersebut masih disponsori oleh perusahaan minuman beralkohol yang tidak sesuai dengan syariat mereka.

Pelatih Indonesia saat itu, Nandar Iskandar, masih mempertahankan pemain yang sebelumnya dipanggil untuk bermain di Piala Asia. Ia bahkan melakukan penambahan pemain dengan memasukkan pemain belakang Suwandi Hadi Siswoyo dan striker Miro Baldo Bento.

Menjelang kejuaraan dimulai, petaka sudah datang ke kubu Indonesia. Klub Bambang Pamungkas, EHC Norad, tidak mengizinkannya untuk memperkuat timnas. Padahal Bepe adalah pemain yang disukai Nandar. Untuk mengganti posisinya, Nandar memanggil Gendut Doni Christiawan yang sebelumnya tersisihkan dari skuad.

Indonesia memulai turnamen dengan sangat baik. Filipina sukses mereka kalahkan 3-0 melalui gol Aji Santoso, Kurniawan Dwi Yulianto, dan Eko Purdjianto. Akan tetapi di laga kedua, mereka takluk 1-4 dari tuan rumah Thailand. Gol-gol dari Worrawoot Srimaka, Kiatisuk Senamuang, dan Dusit Chalermsan, hanya bisa dibalas melalui Gendut Doni. Beruntung, pada laga ketiga mereka mengalahkan Myanmar 5-0 berkat dua gol Gendut, Kurniawan, dan satu dari Uston.

Akan tetapi, kemenangan 5-0 tersebut diraih saat timnas tidak diasuh lagi oleh Nandar. Setelah dikalahkan Thailand di laga kedua, Nandar diistirahatkan oleh manajer timnas saat itu, Muhammad Zein. Posisinya diisi oleh duet Dananjaya dan Rudy Keltjes sebagai pelatih interim. Menurut Zein, Nandar meminta istirahat karena sulit menahan tekanan setelah kalah melawan Thailand.

Akan tetapi, Nandar sempat membantah argumen tersebut. Mantan pelatih Persib ini, merasa kalau Zein mengarang-ngarang cerita dan alasan Zein mengistirahatkan dirinya hanya karena kecewa atas kekalahan melawan Thailand.

Tugas Dananjaya dan Rudy terbilang cukup berat. Pada babak semifinal, mereka menghadapi Vietnam. Mereka adalah pemimpin grup B dengan status tidak terkalahkan dan belum pernah kebobolan. Skuat asuhan Alfred Riedl tersebut juga memiliki produktivitas yang bagus dibanding peserta lain dengan mencetak 12 gol.

Meski Vietnam terbilang superior, namun Indonesia mampu mengimbangi permainan mereka dengan sangat baik. Gendut Doni menjadi pemain pertama yang bisa menjebol gawang mereka pada menit ke-39 melalui sundulannya. Akan tetapi, gawang I Komang Putra saat itu langsung dibobol Nguyen Hong Son enam menit setelah gol Gendut.

Saling balas membalas gol terjadi pada 45 menit kedua. Seto Nurdiyantoro membuat Indonesia kembali unggul memanfaatkan bola Rebound dari tendangan Gendut. Akan tetapi, kemenangan yang sudah di depan mata sirna setelah I Komang Putra salah mengantisipasi bola silang Vietnam yang diteruskan Vu Cong Tuyen menjadi gol kedua. Hasil imbang membuat laga dilanjutkan ke babak perpanjangan waktu yang masih menggunakan sistem Golden Goal.

Keputusan Nandar untuk membawa Gendut memang patut diacungi jempol. Striker yang saat itu memperkuat Persijatim, mencetak gol kemenangan yang terjadi tepat pada menit ke-120. Kurniawan yang sudah melewati penjaga gawang Tran Minh Quang, memberikan umpan kepada Gendut yang diselesaikan lewat tendangan keras. Pertandingan berakhir dengan Gendut digendong oleh Nurdin Halid yang saat itu menjabat sebagai ketua Badan Tim Nasional (BTN).

Di partai puncak, Indonesia ditakdirkan untuk bersua kembali Thailand. Negeri Gajah Putih ini sebelumnya mengalahkan Malaysia melalui gol Kiatisuk Senamuang dan Tawan Sripan yang dicetak hanya dalam tempo lima menit saja.

Keunggulan mental dan bermain di depan pendukungnya sendiri membuat Thailand begitu mudah memborbadir gawang Indonesia. Hanya dalam waktu 18 menit, mereka sudah mencetak dua gol melalui Worrawoot Srimaka.

Dua menit kemudian, Indonesia sempat memperkecil angka melalui sepakan Uston Nawawi. Namun Srimaka kembali memperlebar kedudukan. Kemenangan kemudian ditutup melalui sepakan Tanongsak Prajakkata yang membuat Thailand memenangi titel keduanya. Yang membuat miris, para pemain Thailand mengangkat piala dengan mengenakan kostum Indonesia.

Dilansir dari tabloid Bola edisi 21 November 2000, Zein menyebut kegagalan timnas disebabkan banyaknya pemain yang cedera serta jarak pertandingan semifinal dan final yang hanya memberikan waktu recovery satu hari. Bahkan di laga final, I Putu Gede harus ditarik keluar ketika laga belum genap 20 menit. “Banyak pemain kami tidak siap karena cedera dan ini menyulitkan strategi kami. Di semifinal kami pun bermain 120 menit.”

Sementara itu, pelatih timnas Thailand, Peter Withe, menyebut kalau Indonesia bermain sepakbola dengan lemah lembut. Hal ini memudahkan legenda Aston Villa ini memberikan pressing kepada pemain timnas. “Seperti biasa, kita memberikan banyak tekanan kepada pemain Indonesia,” tuturnya.

Kesan lemah lembut tersebut nampak terlihat jika kita menilik proses empat gol yang masuk ke gawang Hendro Kartiko. Saat itu, Hendro nampak pasrah dan seperti tidak ada usaha untuk menghalau bola. Bahkan dalam gol keempat, sepakan yang dilepas Tanongsak nampaknya cukup mudah untuk dihalau kiper sekelas Hendro.

https://www.youtube.com/watch?v=1oc0X8cqOL0