Ada sesuatu yang berbeda dari gelaran Piala AFF keenam. Untuk pertama kalinya, turnamen ini tidak memiliki sponsor setelah Tiger memilih untuk tidak melanjutkan kerja sama. Karena ketiadaan sponsor, turnamen ini juga digelar pada tahun ganjil yaitu pada 12 Januari hingga 4 Februari 2007. Selain itu, AFF juga menghapus pertandingan perebutan tempat ketiga yang selalu digelar sejak 1996.
Meski format kompetisi berbeda, hasrat timnas Indonesia tetap sama yaitu menjadi juara. Mereka tentu tidak mau kegagalan pada tahun 2000, 2002, dan 2004, kembali terulang. Peter Withe juga sadar karena Nurdin Halid, ketua PSSI saat itu, berkata akan mengevaluasi kinerjanya apabila gagal di turnamen ini.
PSSI berkata demikian mengingat dalam dua turnamen jelang AFF 2007, penampilan mereka tidak memuaskan. Secara mengejutan, mereka ditaklukkan Myanmar dalam ajang Merdeka Games. Hasil yang sangat memalukan mereka terima ketika bermain pada ajang BV Cup di Vietnam. Ponaryo Astaman cs menempati posisi buncit, tanpa membuat satu gol pun, dan memiliki poin nol. Sekedar informasi, timnas U-23 juga menjadi bulan-bulanan lawan dalam ajang Asian Games di Qatar.
Tergabung bersama Singapura (tuan rumah), Vietnam, dan Laos, Peter Withe memilih untuk tidak terlalu banyak membawa pemain muda layaknya tiga tahun sebelumnya. Hanya Ricardo Salampessy, Atep, dan Eka Ramdani, pemain-pemain yang berusia 23 tahun ke bawah. Peter juga masih mempertahankan wajah-wajah lama termasuk Ilham Jaya Kesuma.
Yang menarik, tidak ada nama Boaz Solossa di dalam skuad. Entah apa yang membuat nama Boci tidak dipanggil, namun ada yang menyebut kalau PSSI melarang Boaz bermain untuk Merah Putih karena sebelumnya tidak mau bermain untuk tim U-23.
Meski tanpa Boaz, namun Peter bisa memanggil kembali Bambang Pamungkas yang pada 2004 absen karena cedera. Bepe saat itu berstatus pemain Selangor FA dan menjadi sumber gol mereka dalam dua musim terakhir. Tidak hanya itu, masuknya nama Zaenal Arief juga membuat lini depan tim nasional masih tetap menakutkan meski kehilangan Boaz dan Kurniawan Dwi Yulianto.
Akan tetapi, Indonesia justru tampil sangat memperhatikan sepanjang turnamen. Meski memiliki poin lima dari tiga pertandingan, namun mereka gagal lolos karena kalah selisih gol dengan Singapura dan Vietnam. Meski memiliki striker hebat, namun lini depan Indonesia tampil sangat mengkhawatirkan.
Pada pertandingan pertama, Indonesia hanya menang 3-1 melawan Laos. Pada dua pertemuan terakhir mereka di Piala AFF, Indonesia selalu menang dengan mencetak lima sampai enam gol. Bahkan dalam pertandingan di National Stadium tersebut, dua gol dicetak oleh Atep yang berposisi sebagai gelandang. Satu gol lainnya dibuat oleh Saktiawan Sinaga.
Bomber PSMS Medan tersebut menjadi penyelamat ketika bermain melawan Vietnam. Namun di saat mereka hanya bermain imbang, Singapura berpesta ke gawang Laos dengan skor 11-0. Indonesia tidak diuntungkan karena pada laga terakhir harus bertemu dengan Singapura sementara Vietnam akan melawan Laos.
Jika ingin lolos, maka Indonesia harus mengalahkan Singapura. Akan tetapi, melihat skuad Raddy Avramovic yang dipenuhi pemain-pemain yang sedang memasuki usia matang, maka menahan imbang mereka menjadi pilihan yang realistis. Satu poin memang membawa Indonesia lolos, namun dengan syarat Vietnam tidak bisa mencetak lebih dari dua gol.
Sayangnya, harapan untuk lolos sudah sirna hanya dalam 45 menit. Di saat skor Indonesia melawan Singapura berakhir sama kuat 1-1, Vietnam malah sudah unggul 4-0 lewat dua gol Lee Chong Vinh, Phan Thanh Binh, dan Nguyen Van Bien.
Pada babak kedua, anak asuh Alfred Riedl kembali menambah lima gol lagi yang dicetak oleh tiga pemain tersebut. Sebaliknya, Indonesia kesulitan karena sedang tertinggal 2-1 setelah Indra Sahdan Daud mencetak gol memanfaatkan kesalahan Hendro Kartiko. Satu gol indah Zaenal Arief empat menit setelah gol Indra hanya cukup membawa Indonesia meraih satu poin dan tersingkir dari turnamen.
Inilah kali pertama mereka gagal melangkah ke fase grup sejak kejuaraan ini diadakan pada 1996. Tidak hanya itu, jumlah enam gol adalah torehan minim timnas Indonesia sepanjang sejarah AFF saat itu. Gelar individu yang selalu diraih pada tiga edisi terakhir juga tidak ada yang dipegang oleh Indonesia.
Kegagalan di AFF 2007 membuat Peter harus kehilangan pekerjaannya sebagai pelatih timnas. PSSI mau tidak mau harus memecat Peter mengingat enam bulan setelahnya, mereka akan bermain di Piala Asia. Setelah mendepak Peter, Indonesia kemudian kembali ditangani oleh Ivan Kolev.