Sepakbola terus berkembang ketika memasuki pertengahan abad ke-19, terutama di negara asalnya yaitu Inggris dan sekitarnya, termasuk Skotlandia. Sepakbola di kedua negara tersebut berkembang sesuai dengan kultur masing-masing. Sepakbola di Inggris berkembang dengan mengagungkan dribel, sementara Skotlandia mengagungkan umpan.
Bentrok pertama antara dua gaya bermain yang berbeda tersebut terjadi pada tahun 1872 ketika tim nasional Inggris bertemu tim nasional Skotlandia di lapangan kriket West of Scotland, Skotlandia. Skotlandia diwakili oleh tim bernama Queen’s Park di mana tim tersebut berpengaruh besar bagi sepakbola Skotlandia hingga dibentuknya FA Skotlandia pada tahun 1873. Inggris diwakili oleh sejumlah pemain dari sembilan klub.
Formasi pemain sudah digunakan, namun jelas sangat berbeda dengan formasi pemain yang digunakan pada sepakbola dewasa ini. Inggris tampil dengan formasi 1-2-7. “Formasi tim yang tampil adalah menurunkan tujuh pemain depan, dan hanya empat pemain yang mengisi tiga lini di area pertahanan. Lini terakhir tentu adalah kiper, di depannya terdapat satu full-back, kemudian terdapat dua pemain di depannya untuk mengantisipasi pemain depan lawan,” ujar Charles W. Alcock, Sekertaris Jenderal FA yang berperan penting bagi perkembangan sepakbola Inggris. Sementara itu, Skotlandia turun dengan formasi 2-2-6.
Jonathan Wilson di bukunya yang berjudul Inverting the Pyramids menceritakan bahwa pemain Skotlandia memiliki berat badan satu batu lebih ringan dari pemain Inggris. Pada jaman itu, batu digunakan sebagai ukuran berat yang setara dengan 6,3 kilogram. Memiliki keunggulan fisik, sebagian besar pundit sepakbola memprediksi bahwa Inggris akan menang dengan mudah.
Richard McBrearty, seorang pekerja di Scottish Football Museum mengatakan bahwa Skotlandia menghadapi keunggulan fisik pemain Inggris dengan mencoba bermain sebagai tim, mengandalkan umpan dibanding kemampuan individu dan menghindari kontak satu lawan satu dengan pemain Inggris.
Inggris juga memiliki keunggulan dari aspek ketersediaan pemain. Klub sepakbola di Inggris saat itu berjumlah relatif lebih banyak dibanding Skotlandia. Meski pertandingan internasional ini adalah yang pertama, namun terdapat lima pertandingan internasional antara tim asal Skotlandia dan tim asal Inggris. Hasilnya, tak ada satu pun pertandingan yang berhasil dimenangkan oleh tim Skotlandia. Oleh karena itu, kemenangan Inggris terasa akan mudah diraih.
Pertandingan ini dipromosikan dengan gencar di media lokal yang menghasilkan penonton berjumlah 2500 orang di stadion untuk menyaksikan pertandingan bersejarah ini. Tim nasional Skotlandia tampil dengan baju berwarna biru. Banyak orang menganggap warna tersebut diambil dari bendera Skotlandia, namun sebenarnya warna biru dipilih karena Queen’s Park yang merupakan klub tertua di Skotlandia mengenakan jersey berwarna biru. Di sisi lawan, Inggris mengenakan baju berwarna putih, lengkap dengan logo tiga singa dengan perisai.
Inggris dan Skotlandia memiliki tipe permainan yang sangat berbeda. Pemain Inggris langsung melakukan dribel ketika mereka mendapatkan bola. Skotlandia memainkan permainan kerja sama tim yang mengandalkan umpan atau combination play, ujar sejarawan sepakbola Skotlandia. Pertandingan berjalan menarik namun skor kacamata bertahan hingga wasit meniup peluit panjang tanda pertandingan usai. Skotlandia mampu menahan Inggris dengan skor 0-0.
“Kedua tim bekerja sangat keras dan menunjukkan permainan yang baik. Pemain Inggris memiliki keunggulan dari aspek berat badan, rata-rata berat badan mereka dua batu lebih berat daripada pemain Skotlandia (sedikit berlebihan), dan mereka juga memiliki keunggulan dari segi kelincahan. Poin penting dari tim tuan rumah adalah mereka bermain secara tim dengan baik,” ujar sebuah laporan di media lokal, Glasgow Herald.
Kesuksesan Skotlandia melawan rintangan yang berat mengkonfirmasi bahwa permainan umpan lebih superior dibanding permainan dribel. Permainan umpan ala Skotlandia saat itu mungkin tidak akan berhasil jika tidak dimulai sejak awal perkembangan sepakbola di Skotlandia.
Ketika Queen’s Park dibentuk pada tahun 1867, aturan offside yang diterapkan mereka adalah pemain dikatakan offside hanya jika dia lebih dekat ke gawang lawan dibanding pemain lawan kedua terakhir dan berada dalam jarak 15 yard terhadap gawang lawan. Peraturan tersebut tentu memungkinkan permainan umpan dilakukan, berbeda dengan peraturan offside pertama yang ditetapkan FA.