Ketika sepakbola pertama berkembang, susunan pemain di lapangan bukanlah hal yang sangat diperhatikan. Klub sepakbola merasa bahwa hal terpenting adalah menaruh pemain depan sebanyak-banyaknya agar bisa mencetak gol. Oleh karena itu, formasi 2-2-6 umum digunakan di Inggris pada masa itu.
Sepakbola mulai berevolusi, termasuk susunan pemain di atas lapangan. Pada final Welsh Cup tahun 1878, Wrexham mengotak-atik sedikit formasi umum 2-2-6. Enam pemain depan terdiri dari dua sayap kiri, dua sayap kanan, dan dua penyerang tengah.
Kapten mereka, Charles Murless yang juga merupakan agen real estate, memutuskan untuk menurunkan E.A. Cross dari posisi penyerang tengah menjadi posisi yang bernama centre-half, posisi yang mirip dengan posisi gelandang serang pada sepakbola masa kini. Murless merasa satu penyerang tengah yang tersisa, John Price, sanggup untuk melakukan serangan di daerah lawan.
Perlahan formasi 2-3-5 mulai menyebar dan peran centre-half dirasa sangat penting dimiliki oleh tim. Centre-half mencerminkan pemain yang memiliki skill sangat baik, penyerang sekaligus pemain bertahan, pemimpin merangkap inisiator, pencetak gol dan stopper.
“Pemain yang paling penting di lapangan,” ujar Willy Meisl, penulis.
Formasi 2-3-5 dikatakan juga formasi piramida terbalik karena bentuknya memang menyerupai piramida yang terbalik. Formasi tersebut terdiri dari tiga lini. Lini pertama merupakan lini pertahanan dengan terdapat dua pemain full back yang bertugas menjaga pemain lawan secara zona, terutama tiga penyerang lawan.
Lini kedua merupakan lini tengah yang diisi dengan tiga pemain halfback namun halfback yang berada di posisi tengah lebih sering disebut centre-half, posisi yang menyerupai posisi nomor 10 di sepakbola masa kini. Halfback bertugas mengisi ruang yang kosong dan menjaga sayap lawan. Lini ketiga diisi oleh lima pemain yang terdiri dari satu penyerang tengah (central forward), dua inside forward, dan dua sayap (winger).
Kesuksesan Preston North End pada 1880-an menjadi bukti justifikasi terhadap kemanjuran formasi 2-3-5 kala itu. Bermula dari tim kriket dan rugby, Preston sempat melakoni pertandingan sepakbola pertama di bawah aturan FA ketika melawan Eagley pada tahun 1878. Formasi pemain belum terlihat pada pertandingan itu. Setahun kemudian, mereka bertemu Halliwell dengan formasi klasik, 2-2-6.
Preston akhirnya bergabung dengan Lancashire Football Association pada musim 1880-81 dan menjadi klub sepakbola. Mereka sempat terseok-seok, namun performa tim berangsur membaik seiring dengan kedatangan pemain asal Skotlandia. Pada tahun 1883, Preston mulai menggunakan formasi 2-3-5. Mereka meraih kesuksesan besar ketika menjuarai dua musim pertama Football League yang dimulai pada musim 1887-88. Bahkan mereka tidak terkalahkan di musim pertama.
Inggris mencoba formasi 2-3-5 pertama kali ketika menghadapi Skotlandia pada tahun 1884. Beberapa bulan kemudian, Notts County menghadapi Renfrewshire, klub asal skotlandia. Renfrewshire menggunakan sistem 2-3-5 dan formasi tersebut sudah menjadi formasi yang umum juga di Skotlandia.
Tim nasional Skotlandia sendiri baru menggunakan formasi 2-3-5 pada tahun 1887. Perubahan tersebut sempat memancing protes jadi publik sepakbola Skotlandia yang merasa formasi tersebut awlanya merupakan formasi Inggris. Debat pun terjadi namun berakhir pada akhir dekade tersebut.
“Banyak orang yang percaya bahwa jika Skotlandia mengadopsi posisi centre-half maka mereka akan mengorbankan kekuatan yang dimiliki oleh pemain tersebut. Kami tidak menyepakati opini ini, dan jika pemain yang mengisi posisi tersebut di klub kami adalah pemain seakliber James Kelly maka tidak akan ada perbedaan opini tentang itu, kami juga tidak akan menyesal telah meniru Inggris untuk hal ini,” ujar laporan yang tertulis di Scottish Referee. Kelly merupakan pemain hebat yang bermain untuk Celtic.
Formasi 2-3-5 menjadi umum digunakan pada sepakbola masa itu. Sheffield Independent bahkan menyebutkan bahwa tidak ada tim yang bermain dengan jumlah pemain bertahan lebih dari dua untuk tiga dekade. Formasi tersebut menjadi formasi baku di Britania.
Meski begitu, formasi hanyalah susunan pemain di atas lapangan. Setiap tim memiliki tipikal bermainnya masing-masing saat itu, contohnya tim nasional Inggris dengan tipikal permainan individunya dan tim nasional Skotlandia dengan tipikal permainan kombinasinya.