Ketika Zlatan Ibrahimovic Menjadi Tour Guide di Piala Dunia 2006

Piala Dunia 2006 mungkin bisa dibilang sebagai kompetisi besar yang banyak menyajikan momen-momen unik serta kontroversial. Dimulai dari momen keluarnya empat kartu merah dan 16 kartu kuning saat pertandingan Portugal melawan Belanda pada babak 16 besar, sampai tandukan Zinedine Zidane ke dada Marco Materazzi di partai final, berhasil membuat Piala Dunia 2006 terasa begitu lengkap.

Maka tak heran, seorang pemain yang ikut serta di dalam kompetisi besar seperti Piala Dunia 2006 akan merasakan perasaan yang sangat menyebalkan jika tidak dapat menikmati suasana dan euforianya dengan hikmat. Apalagi, pemain tersebut harus menjadi family tour guide di saat pertandingan besar dan penting sedang menantinya. Fokus pun menjadi terbagi, dan bahkan bisa jadi situasi seperti itu juga membuat seorang pemain mengalami penurunan kondisi fisik.

Mungkin, banyak pecinta sepakbola yang belum mengetahui bahwa beberapa hal menyebalkan di atas ternyata adalah hal yang dialami pemain sekelas Zlatan Ibrahimovic. Ia menceritakan pengalaman menyebalkannya itu di dalam buku Otobiografinya yang berjudul ‘I am Zlatan’. Momen tersebut ia alami sejak pertama kali ia datang ke Jerman, di mana ia mengajak semua keluarga kandungnya untuk datang menghadiri beberapa pertandingan yang akan ia mainkan di kompetisi besar tersebut.

Namun, tujuan utamanya itu tidak terealisasikan. Zlatan bahkan menceritakan bagaimana keluarganya itu justru membuat kegaduhan. Ia merasa seperti anak bungsu yang diperbudak, padahal kenyataannya ia adalah anak kedua terakhir dari Ibunya. Pemain yang saat ini berusia 36 tahun itu seketika menjadi seperti sosok ayah yang mengantarkan keluarganya untuk berlibur.

Puncak masalah-masalah yang dialami Zlatan itu dimulai dari Ayahnya yang batal ikut karena masalah tertentu. Ia kemudian mengurus proses pengembalian tiket Ayahnya tersebut dan kembali melanjutkan perjalanannya menuju hotel tempat ia beristirahat. Tak sampai disitu, Zlatan kembali mendapati persoalan ketika kakaknya yang bernama Sapko membutuhkan uang darinya. Ia lalu memberikan sebagian uangnya, dan masalah berikutnya terjadi. Ternyata kakaknya itu tidak bisa menukarkan uang yang diberikan Zlatan ke dalam mata uang euro.

“Pangkal paha saya tidak terasa enak, dan keluarga saya membuat kegaduhan. Gila, sungguh. Tak peduli saya adalah anak hampir bungsu, saya seolah menjadi sosok Ayah mereka, dan pasti ada saja beberapa masalah yang terjadi di Jerman,” ungkap Zlatan dalam buku Otobiografinya.

“Bermula dari Ayah saya yang batal ikut, dan lalu saya harus mengurus proses pengembalian tiketnya. Sampai masalah peminjaman uang ke kakak saya Sapko, di mana dia tidak menukarkan uang yang saya berikan ke dalam mata uang euro. Saya benar-benar kepusingan.”

Saat Piala Dunia 2006 berlangsung, Zlatan ibrahimovic sudah memiliki kekasih bernama Helena, yang saat itu sedang hamil tujuh bulan. Mekipun karakter Helena adalah seorang yang mandiri dan bisa mengurus semua hal dengan sendirinya, namun apadaya ternyata kekacauan dan keriuhan juga mengelilinginya saat itu. Maka tak heran hal ini kembali membuat Zlatan kepusingan.

“Ketika turun dari bus sebelum pertandingan Swedia melawan Paraguay, seluruh penggemar mengelilingin Helena bak orang sinting, sehingga dia tidak merasa aman dan langsung pulang keesokan harinya. Kejadian demi kejadian berlangsung, baik masalah besar maupun masalah kecil,” tuturnya.

Mantan bintang dua tim Milan tersebut seakan-akan menjadi koordinator perjalanan keluarganya di Jerman, dan hal ini membuatnya tidak bisa fokus memikirkan pertandingan. Telepon genggamnya terus berbunyi, panggilan-panggilan berisi komplain dan berbagai masalah seperti “kumohon Zlatan, bisa kau bereskan ini dan itu?” selalu menghampirinya selama berada di Jerman.

“Benar-benar edan. Saya sedang bermain di Piala Dunia loh! Tapi saya harus mengurus persoalan sewa mobil, dan barangkali saya semestinya tidak usah main sama sekali. Ini memengaruhi fisik saya, pangkal paha saya sungguh bermasalah selama di Jerman,” tambah Zlatan.

Walaupun memang begitu keadaannya, Zlatan Ibrahimovic tetap bisa berkontribusi penuh meski dalam performa yang kurang baik, dengan membantu Swedia lolos ke babak 16 besar dengan duduk di posisi kedua klasemen grup di bawah Inggris. Meskipun pada akhirnya Swedia harus kalah 0-2 dari tuan rumah Jerman di babak 16 besar, dan sekaligus membuat Zlatan pulang ke rumah dengan perasaan yang serba salah.

 

Catatan redaksi: Kutipan diambil dari buku otobiografi ‘I Am Zlatan’