Kompetisi Premier League pernah memiliki sebuah klub bernama Portsmouth F.C. atau yang lebih akrab disebut Pompey. Kesebelasan yang terletak di selatan Inggris ini tampil mengejutkan ketika berhasil finis di posisi ke-13 pada musim 2003/2004. Musim tersebut ketika itu menjadi musim pertama mereka bermain di level tertinggi setelah 25 tahun.
Sudah delapan musim kesebelasan yang akrab dengan warna biru tersebut absen di kompetisi Premier League. Kesulitan keuangan yang sangat parah pada musim 2009/2010 membuat mereka harus menerima pemotongan sembilan poin sekaligus terdegradasi di akhir musim. Hebatnya, meski finis dengan 24 kekalahan, Kevin Prince Boateng dkk., mampu melaju hingga final Piala FA meski harus kalah.
Selain musim tersebut, satu musim lain yang patut dikenang oleh para pendukung Portsmouth adalah pada musim 2007/2008. Skuad yang ketika itu diasuh Harry Redknapp mengejutkan publik Inggris dengan keluar sebagai juara Piala FA. Mereka bahkan sanggup menyingkirkan Manchester United pada babak perempat final.
Di Premier League pun mereka tampil menawan. Diperkuat nama-nama berkelas macam Sulley Muntari, Nwankwo Kanu, dan Benjani Mwaruwari, mereka sanggup finis di posisi kedelapan yang menjadi posisi tertinggi mereka di level atas sejak 1952. Selain itu mereka juga mencatatkan rekor yang akan terus diingat sepanjang pegelaran Premier League.
Tidak ada yang menyangka bahwa pada 29 September 2007, laga yang hanya mempertemukan tim sekelas Portsmouth dengan Reading akan berjalan sengit dan menghibur. Sedikit pula yang menyangka bahwa aka nada 11 gol tercipta dalam kemenangan 7-4 Pompy atas The Royals yang menjadikan pertandingan tersebut sebagai laga yang menghasilkan gol terbanyak sepanjang sejarah.
Bermain di Fratton Park, tuan rumah mencetak gol cepat melalui sepakan Benjani Mwaruwari pada menit ketujuh memanfaatkan bola kiriman dari John Utaka. Penyerang asal Zimbabwe tersebut menambah keunggulan setengah jam berselang melalui sepakan mendatarnya pasca menipu Ivar Ingimarsson. Skor babak pertama berakhir dengan 2-1 setelah Stephen Hunt meneruskan bola rebound sepakan Dave Kitson.
Delapan gol kemudian tercipta pada babak kedua. Kitson menyamakan kedudukan pada menit 48 memanfaatkan miskomunikasi antara Sol Campbell dan David James. Akan tetapi, tujuh menit berselang tuan rumah kembali unggul. Kali ini dari kepala Hermann Hreidarsson yang memanfaatkan miskomunikasi dari penjaga gawang Reading, Marcus Hahnemann yang berbenturan dengan rekan senegara Hreidarsson yaitu Brynjar Gunnarsson.
Hujan gol kemudian bertubi-tubi hadir ketika laga memasuki 20 menit akhir. Diawali dengan Benjani yang menerima bola kiriman Sulley Muntari. Itulah trigol pertama bagi striker kelahiran Bulawayo tersebut di Premier League.
Brynjar Gunnarsson memang menjadi pesakitan pada laga ini. Ia kembali membuat kesalahan yang berujung pada gol kelima Portsmouth yang dicetak Niko Kranjcar. Sepuluh menit kemudian, Reading kembali memperkecil ketertinggalan. Sepakan voli James Harper berbelok arah setelah membentur paha Shane Long.
Seolah tidak mau kalah dengan rekan senegaranya, Ivar Ingimarsson kembali membuat kesalahan ketika ia mencetak gol bunuh diri. Maksud hati menahan bola sepakan Sean Davis melalui kepalanya, akan tetapi bola justru berbelok arah dan menipu Hahnemann untuk membuat Portsmouth unggul jauh 6-3.
Sulley Muntari kemudian mencetak gol ketujuh melalui titik putih pada menit 92. Laga kemudian berakhir dengan skor 7-4 ketika pada serangan terakhir, sepakan kaki kiri Nicky Shorey berbelok setelah menyentuh sol sepatu Sol Campbell.
Pada akhir laga masing-masing manajer mengaku tidak menyangka jika skor akhir berakhir dengan 7-4. Asisten Redknapp, Joe Jordan mengungkapkan, “45 menit pertama adalah yang terbaik bagi kami musim ini. Tapi kebobolan di menit akhir membuat mereka menjadi lebih percaya diri. Tetapi, ketika skor 2-2 saya tidak berpikir bahwa skor akan berakhir 7-4,” ujar mantan pemain Manchester United tersebut.
Sementara itu Steve Coppel mengungkapkan, “Sulit bagi kami menganalisa pertandingan ini kecuali jika anda bermain di sana dan merasakannya sendiri. Namun yang pasti kami mencetak empat gol di rumah lawan dan punya kesempatan penalti. Kami jelas harus memperbaiki lini belakang kami.”
Laga ini menjadi rangkaian dari tren positif Portsmouth yang tidak terkalahkan dalam delapan laga setelahnya. Akan tetapi pada Januari 2008, mereka harus ditinggal Benjani Mwaruwari yang hijrah ke Manchester City. Beruntung mereka masih mampu tampil apik dan sanggup mengakhiri musim di tempat kedelapan.
Di sisi lain, Reading tidak bisa berbuat banyak setelah thriller 11 gol tersebut. Mereka hanya meraih dua kemenangan dalam tujuh partai berikutnya. Mereka bahkan harus terdegradasi karena mengakhiri musim di urutan 18.
Hingga saat ini, laga Portsmouth melawan Reading tersebut masih tercatat sebagai laga dengan jumlah gol terbanyak (11 gol) menggusur pertandingan antara Tottenham Hotspur melawan Reading semusim sebelumnya (6-4). Selain itu, pertandingan ini juga tercatat sebagai laga dengan jumlah pencetak gol terbanyak dalam satu pertandingan yaitu sembilan orang, bersanding dengan laga Tottenham Hotspur menghadapi Arsenal pada November 2004.