Barcelona dan Real Madrid jelas tak sejalan. Ada sejumlah hal yang berbeda di antara keduanya: perbedaan ekonomi, sosial, sampai politik. Hal ini membuat peretemuan keduanya seringkali dibumbui sejumlah friksi. Salah satunya yang terjadi pada 11 Juli 1968 di final Copa del Generalissimo.
Laga final kompetisi yang kini dikenal sebagai Copa del Rey tersebut digelar di Santiago Bernabeu. Salah satu friksi yang hadir adalah bagaimana kebencian warga Catalan terhadap pemerintahan Jenderal Franco. Soalnya, ia melarang segala bentuk aktivitas publik yang diasosiasikan dengan nasionalisme Catalan.
Jenderal Franco jelas ada di sana. Ia duduk di boks kehormatan. Final ini disebut-sebut sebagai pertandingan antara timnya pemerintah melawan timnya Catalan.
Kontroversi sudah hadir sebelum laga. Komite Wasit dan Federasi Sepakbola Spanyol menunjuk Antonio Rigo. Padahal, Rigo dianggap sering menguntungkan Barcelona.
Di laga itu, Madrid ketinggalan 0-1 lewat gol bunuh diri Fernando Zunzunegui pada menit keenam. Tendangannya gagal membuang bola umpan silang dari Carles Rexach.
Sorotan terhadap wasit ternyata terbukti adanya. Rigo enggan mengusir Gallego usai tekel kasarnya pada Serena. Suporter Madrid pun kesal karena mereka gagal menembus pertahanan Barcelona yang sangat agresif.
Puncaknya hadir pada menit ke-64. Serena dijatuhkan di dalam kotak penalti tapi Rigo tak meniup peluit. Suporter Madrid meledak. Mereka mulai melemparkan botol kaca ke lapangan mengarahkannya kepada kepala Rigo dan para pemain Barca. Ejekan yang mengancam para pemain juga wasit pun terdengar.
Namun, keunggulan tetap bertahan hingga akhir pertandingan. Barcelona memenangi laga. Trofi Copa de Generalissimo pun diserahkan langsung oleh Jenderal Franco. Sementara itu, hujan botol kaca terus terjadi mengarah ke lapangan. Sejak hari itu, botol kaca dilarang selamanya dari stadion sepakbola.
Digambarkan sebagai laga terburuk dalam sejarah, Final Botol ini kemudian diingat sebagai hari di mana rivalitas antara Madrid dengan Barcelona kian memburuk. Hubungan antara kedua klub pun tidak pernah pulih seperti sedia kala.
Klarifikasi Wasit Rigo
Usai laga tersebut, Wasit Rigo merasa sangat sebal pada Madrid. Ia mengklaim kalau dirinya bukan menjadi fans Barcelona tapi menjadi anti madridista. Ditambah lagi, Madrid dan tujuh klub lain menuduhnya menjual laga tersebut untuk kemenangan Barca.
Soal kedua insiden di mana pemain Madrid terjatuh di dalam kotak penalti, Rigo merasa kalau itu memang bukan penalti.
“Aku tak melihat sebuah penalti pada Amancio dan Serena terjatuh. Serena mencoba menipuku dengan terjatuh saat ia baru masuk 7 milimeter di area penalti,” kata Rigo.
“Aku ditantang oleh Madrid dan tujuh klub lain. Dan aku merasa kebanyakan mereka melakukannya karena Madrid adalah mother-club mereka dan mereka cuma disuruh.”
Sumber: Sportskeeda, Real Madrid News