Mungkin tidak banyak publik yang mengenal lagi nama Sparta Rotterdam. Padahal Sparta merupakan kesebelaan besar yang sempat berjaya di era 1960-an.
Sparta merupakan kesebelasan profesional tertua di Belanda yang resmi didirikan pada 1 April 1888. Sparta adalah salah satu dari tiga klub yang berasal dari kota Rotterdam, klub lainnya yaitu Excelsior yang berdiri sejak 1902 dan Feyenoord yang berdiri sejak 1908.
Feyenord sendiri sempat berdiri pada 1887, tapi karena adanya masalah internal, mereka bubar. Beberapa bekas anggotanya mendirikan klub kriket bernama Sparta. 3 bulan berselang mereka membuka cabang sepakbola
Pada 1890, Sparta mulai memainkan pertandingan sepakbola di Eerste Divisi, yaitu kompetisi tingkat kedua sepakbola profesional Belanda dengan lawan pertama Krelingen. Pada pertandingan perdananya Sparta mampu meraih hasil positif dengan kemenangan yang cukup telak 6-0.
Setelah beberapa kesuksesan telah diraih Sparta, akhirnya pada 1916 mereka memutuskan untuk membangun stadion sendiri di daerah Spangen, Rotterdam. Pembangunan yang diarsiteki oleh J.H. De Roos dan W.F Overeynder tersebut terinspirasi dari sebuah kastil yang dulu pernah berdiri di Spangen. Akhirnya rumah Sparta Rotterdam pun didesain menyerupai kastil.
Stadion ini memliki dua menara kecil yang membelakangi tribun yang menghadap ke arah selatan. Selain itu ciri bangunan kastil sangat dipetahankan dengan menjadikannya pintu masuk stadion dan di depannya berkibar bendera klub dan nama Sparta yang terpatri di temboknya.
Stadion yang diberi nama Het Kesteel ini sudah beberapa kali juga mengalami renovasi. Salah satunya pada 1950-an yang menambah kapasitas penontonnya mencapai 50.000. Lalu beberapa dekade berikutnya karena kondisi stadion yang terus memburuk akhirnya pada 1999 stadion dibangun ulang namun kapasitas stadion menyusut drastis menjadi 11.000 tempat duduk.
Meski dalam secara kuantitas menurun, tapi dalam segi kualitas tetap dijaga oleh Sparta. Area penonton diberi atap dan tiap baris bangkunya di cat merah dan putih sesuai dengan warna jesey kandang yang mereka gunakan.
Di sini juga terdapat beberapa tribun. Pertama, tribun Tonny van Ede yang terletak tak jauh dari seberang Kasteel stand, di mana di sini adalah tempat penjualan tiket menengah ke atas dan juga menampung ruang rapat, kantor club, dan masih banyak lagi.
Yang kedua adalah tribun Denis Neville. Tribun ini merupakan lawan dari stand Tonny van Ede di mana tribun ini menjual tiket dengan harga rendah. Letaknya berada di sisi paling timur stadion. Nama tribun ini mungkin tak asing bagi publik Sparta Rotterdam karena diambil dari nama manajer yang paling sukses bagi tim ini yaitu Denis Neville.
Tribun yang ketiga, dinamai Tribun Kasteel yang merupakan pusat penjualan merchandise dan aksesoris tim. Jika dilihat dari sisi arsitekturnya, tribun ini terbilang unik karena mengandung nilai sejarah. Ini pula yang membuat museum Sparta berlokasi di sini.
Sampai musim 2002/2003, Sparta selalu bermain di level tertinggi dan mampu menunjukkan permainan yang cukup baik. Namun, seiring berjalannya waktu, kualitas mereka kian merosot sehingga harus terdegradasi dari Eredivisie ke Eerste divise yaitu kompetisi tingkat kedua Belanda.
Pada musim 2005-2006 Sparta kembali lagi ke Eredivisie. Namun perjalanan mereka tak lama karena pada 2010 mereka kembali terdegradasi.
Di perjalanan kariernya, Sparta mengukir beberapa prestasi besar seperti, enam gelar nasional yakni 1909, 1911, 1912, 1913, 1915, dan 1959. Sparta juga meraih Piala KNVB pada 1958, 1962, dan 1966. Selain trofi, Sparta juga punya alumnus yang bersinar. Salah satunya adalah Louis van Gaal, yang punya karier bagus sebagai pesepakbola juga sebagai pelatih.
Terlepas dari semua sejarah yang dimiliki Sparta Rotterdam mulai dari pembangunan klub, stadion, pemain, dan lainnya, sekarang publik Rotterdam khususnnya para Kasteelhereen (julukan fans Sparta Rotterdam) menunggu kiprah apik dan kebangkitan klub ini yang telah berpuasa gelar selama bertahun-tahun. Di Eredivisie musim ini Sparta Rotterdam juga masih belum bisa menembus 5 besar peringkat liga teratas.
Lantas, apakah Sparta akan bersinar musim depan?