Mantan pemain akademi Arsenal, Serge Gnabry, menjadi buah bibir setelah berhasil mencetak empat gol ke gawang Tottenham Hotspur di pekan kedua Liga Champions 2019/2020. Berbagai pujian diterima Gnabry atas raihannya tersebut. Bahkan gelandang Die Roten, Stefan Effenberg, melihat potensi Gnabry menjadi pemain kelas dunia di masa depan.
“Gnabry sedang ada dalam perjalanan menuju level Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo. Dirinya selalu bersikap baik dan menunggu kesempatannya. Sekarang kita tahu mengapa Joachim Low –pelatih kepala Jerman- selalu memanggil dirinya ke tim nasional,” kata Effenberg yang membela Die Mannschaft pada periode 90-an (1991-1998).
Nama Gnabry pertama mencuat bersama Arsenal di Premier League 2013/2014. Namun, dirinya hanya digunakan sebagai pemain pelapis. Setelah 18 kali mengenakan seragam the Gunners dan menjalani dua masa pinjaman di West Bromwich Albion (2015-2016) serta Werder Bremen (2016), Gnabry pun pulang ke Jerman.
Mantan bek Manchester United, Rio Ferdinand mengatakan bahwa penampilan Gnabry saat melawan Tottenham adalah pesan untuk Arsene Wenger dan Arsenal. Sementara Wenger mengaku dirinya tidak sanggup menahan Gnabry di London Utara setelah ia mencetak tujuh gol di paruh pertama 1.Bundesliga 2016/2017.
“Kami tidak pernah ingin melepas Gnabry. Kami tahu dia punya potensi besar. Tapi saat itu, kontraknya tinggal tersisa satu tahun di Arsenal. Ia sempat ingin memperpanjangnya, namun perfomanya bersama Werder Bremen mengubah pikiran dia,” aku Wenger.
Gnabry tidak bertahan lama di Kota Bremen. Setelah musim 2016/2017 berakhir, dirinya ditebus Bayern seharga delapan juta Euro, ditambah Marco Friedl sebagai pemain pinjaman untuk Die Grün-Weißen –julukan Werder Bremen-. “Masuk menjadi bagian klub sekelas Bayern adalah sebuah kehormatan. Saya tidak sabar untuk menyongsong masa depan bersama tim ini,” kata Gnabry.
Ingin Membela Bayern Sejak Kecil
FOTO: Transfermarkt
Dalam waktu singkat, Gnabry naik pangkat dari sekedar pemain cadangan Arsenal jadi bagian dari Die Roten. Ia pun langsung membuktikan kualitasnya di atas lapangan. Tampil 30 kali untuk Bayern pada musim 2018/2019, Gnabry berkontribusi dalam 17 gol mereka.
Mengingat ketatnya persaingan gelar juara di 2018/2019, kontribusi Gnabry itu memberikan enam poin untuk Bayern. Tanpa Gnabry, Bayern tidak akan bisa menggeser Borussia Dortmund di puncak klasemen 2018/2019.
Melihat raihan ini, Arsenal memang terlihat menyia-nyiakan talenta Gnabry. Namun, kenyataannya tidak ada sakit hati antar kedua belah pihak. Buktinya setelah mempermalukan Tottenham di Liga Champions, Gnabry merayakan hasil tersebut sebagai seorang Gooner. Menulis “North London Is Red” di akun sosial media miliknya dan disambut bahagia oleh para mantan ataupun pemain aktif Arsenal.
Gnabry mungkin tidak mengatakannya secara terbuka. Tapi kenyataanya, Bayern Munchen selalu jadi kesebelasan yang ingin ia bela. “Saat saya berusia 10 tahun, ada kesempatan untuk masuk ke akademi Bayern. Namun ayah tak memberikan izin. Saya begitu kesal dengan keputusan ayah. Pada akhirnynya saya masuk akademi VfB Stuttgart dua tahun kemudian. Keputusan ayah ternyata tidak buruk,” ungkap Gnabry.
“Sebelum pertandingan [vs Tottenham] ayah mengirimkan saya pesan. Mengatakan bahwa dirinya percaya saya akan bermain baik. Saya sangat bersyukur tidak mengecewakan dirinya. Ini mungkin pertama kalinya saya mencetak empat gol sejak U-8,” lanjut pemain keturunan Pantai Gading itu.
Mendarat Pada Waktu yang Tepat
FOTO: Duwun
Waktu pertama dikontrak Bayern, Gnabry tidak mengatakan bahwa bergabung dengan Die Roten adalah mimpi yang sudah ia miliki sejak kecil. Ia tidak seperti pemain-pemain lain ketika bergabung dengan tim tenar dunia. Akan tetapi, dirinya tetap berhasil mewujudkan mimpi tersebut.
Semua juga tidak lepas dari keputusan Sang Ayah yang mengarahkan Gnabry ke Stuttgart dan Arsenal di usia muda. Pasalnya jika Gnabry langsung masuk ke akademi Bayern, belum tentu nasibnya akan seperti saat ini. Menengok Transfermarkt, hanya ada dua nama angkatan 1994-1996 yang berhasil mengangkat namanya bersama Bayern: Emre Can (1994) dan Julian Green (1996).
Kedua nama itupun tidak bisa bertahan lama di Allianz Arena. Can baru benar-benar naik setelah pindah ke Bayer Leverkusen. Sementara karier Green menurun hingga akhirnya dilepas ke Stuttgart pada musim panas 2018. Can dipromosikan Bayern di 2012/2013. Sementara Green menyusul di musim berikutnya. Ketika itu, sisi penyerangan Die Roten masih diisi oleh Arjen Robben dan Franck Ribery.
Gnabry beruntung tidak harus ada di bawah bayang-bayang mereka. Tidak seperti Green. Saat pertama dikontrak Bayern, dia pun langsung dikirim ke TSG Hoffenheim sebagai pemain pinjaman karena duet Robbery masih menguasai sisi lapangan.
Tapi di 2018/2019, ketika rumor pensiun Ribery dan Robben sudah mulai muncul. Saat kontrak keduanya sudah mulai memasuki tahun terakhir, Gnabry siap untuk jadi penggantinya. Dia sudah memperlihatkan kualitasnya bersama Werder Bremen dan Hoffenheim. Pada saat yang tepat, dia berhasil mewujudkan mimpinya dan menjadi pemain andalan Bayern!