Seth Johnson, Tentang Mitos Kontrak di Leeds dan Sulitnya Kehidupan

Ada satu mitors soal Seth Johnson. Saat direkrut Leeds United pada Oktober 2001, ia menginginkan kenaikan gaji dari 5 ribu paun perpekan menjadi 13 ribu paun. Akan tetapi, legenda mengatakan kalau chairman Leeds, Peter Ridsdale, justru menawarkan 30 ribu paun perpekan untuknya.

Negosiasi kontrak yang aneh ini, nyatanya adalah mitos belaka. Kepada Planet Football, Seth bahkan menyebut kalau dirinya tidak ada dalam negosiasi kontrak itu. Ia pun menegaskan kalau dirinya tak menganggap uang sebagai motif utama kepindahannya ke Leeds.

“Orang-orang tak tahu ceritanya. Saat mereka bicara soal negosiasi kontrak, aku bahkan tak di sana,” cerita Johnson.

“Bukan termotivasi oleh uang buatku. Aku punya beberapa tahun yang bagus bersama Derby dan baru menandatangani kontrak baru, jadi aku punya uang yang cukup, tapi Derby ada di papan bawah saat itu, Leeds ada dekat di atas, aku tahu beberapa kawan di sana, dan Derby memutuskan untuk menjualku karena mereka ingin uangnya,” tutur pemain kelahiran 12 Maret 1979 ini.

Kisah yang bombastis ini ternyata tidak diiringi dengan penampilan impresif di atas lapangan. Sepanjang empat tahun di Elland Road, ia cuma tampil 59 kali. Sebagian besar ia absen karena cedera.

Sialnya lagi, manajemen Leeds juga ikut campur agar pelatih tak memainkan Johnson. Soalnya, dalam kontrak terdapat klausul bahwa Leeds akan membayar Derby 250 ribu paun per 15 pertandingan. Ini yang membuat penampilannya mentok di 59 kali. Karena sekali tampil lagi, Leeds harus membayar uang yang sangat besar, dan Leeds tak sanggup membayarnya.

Berawal dari Crewe Alexandra

Johnson mengawali karier sepakbolanya di Crewe Alexandra. Ia menjalani karier profesionalnya pada 1996 atau saat masih berusia 17 tahun. Setelah menjalani lebih dari 100 pertandingan di semua kompetisi, Johnson direkrut Derby County pada 1999 dengan biaya tiga juta paun.

Johnson mestinya pindah ke Derby lebih cepat. Akan tetapi, ia memilih bertahan di Crewe dan berjuang agar tim tersebut tak terdegradasi di Divisi Championship.

“Aku hampir main di Liverpool. Aku ingin ke sana dan bermain. Aku main lebih dari 100 pertandingan dalam dua tahun di Crewe jadi aku tak ingin pergi dan main di tim cadangan atau menjadi pemain cadangan,” kata Johnson soal mengapa ia menolak Liverpool dan memilih Derby.

Di tengah perjalanannya bersama Derby, ia mendapatkan kesempatan membela timnas Inggris. Pelatih Peter Taylor memanggilnya dan memainkannya sebagai pemain pengganti menghadapi Italia.

Akhir Kisah Johnson

Johnson akhirnya pindah dari Leeds pada 2005 dan bergabung kembali dengan Derby. Ia menyebut itu sebagai pilihan terbaik. Akan tetapi, final play-off Divisi Championship pada 2007 menjadi pertanidngan terakhirnya buat Derby, sekaligus pertandingan terakhirnya sebagai pemain profesional.

Kontraknya habis dan karena cedera lutut, Derby enggan memperpanjangnya. Ia pun mendapatkan saran dari dokter yang mengoperasinya untuk segera pensiun karena kondisi lututnya yang begitu buruk.

“Jadi demi diri saya sendiri dan demi bermain untuk mungkin selama satu atau dua tahun lagi, saya pikir saya akan berhenti saat itu,” kata Johsnon.

Ia pensiun di usia 28 tahun. Namun bahkan hingga 10 tahun kemudian ia masih sulit untuk mengisi celah hidupnya yang ditinggalkan sepakbola. Ia sempat kesulitan untuk beradaptasi karena hampir setiap hari di sepanjang hidupnya ia habiskan untuk sepakbola.

“Bahkan sekarang, saya ingin melakukan sesuatu, tapi saya masih belum tahu apa. Saya lebih suka melakukan sesuatu yang saya sukai, dan saya tidak pernah benar-benar menyukai melatih,” ujarnya.

Sumber: Planet Football.