Mengenang Sinar Singkat Papiss Cisse di St James Park

Papiss Cisse setelah merayakan gol ke gawang Chelsea. (Foto: Afrotourism)

Ryan Taylor melakukan lemparan ke dalam yang sudah ditunggu oleh Shola Ameobi di sisi kanan pertahanan Chelsea. Ameobi yang membelakangi gawang memberikan bola tersebut kepada Papiss Cisse menggunakan dadanya. Alih-alih mengontrol bola, Cisse langsung menendang bola tersebut dengan kaki kanannya. Lengkungan bola tersebut tidak bisa dijangkau Petr Cech dan bola masuk ke dalam gawang.

Publik Stamford Bridge terdiam. Selain harus melihat timnya kalah 2-0 oleh Newcastle United, mereka juga terpaksa melihat sebuah gol sektakuler yang dibuat di kandang. Sebuah gol yang hadir dari kecermatan dan kepercayaan diri seorang Cisse. Menjadi sebuah penutup yang pas untuk membawa The Magpies menang di Stamford Bridge sejak 1986.

“Chelsea mungkin membenci saya. Gol ini benar-benar konyol. Hanya sebatas naluri saja. Bola ada di sana, lalu saya berada pada posisi yang bebas. Waktu juga hampir habis. Jika bola melebar juga tidak masalah karena kami bisa menghabisi waktu beberapa detik. Saya hanya mengayunkan bola tersebut ke atasnya,” kata Cisse.

“Gol seperti ini hanya terjadi satu kali dalam karier Anda. Anda perlu keberuntungan dan keyakinan untuk bisa mencetak gol seperti itu. Yang paling utama adalah kepercayaan diri dengan melakukan beberapa improvisasi. Hal ini sering dilakukan beberapa striker kelas dunia seperti Drogba dan Eto’o,” ujarnya menambahkan.

Gol sensasional tersebut menjadi persembahan terakhir Cisse bagi Newcastle untuk musim 2011/2012. Dua gol yang memastikan mereka finis pada posisi kelima sekaligus membuat akun gol Cisse berakhiri pada angka 13. Jumlah gol yang cukup banyak bagi Cisse saat itu karena dibuat hanya dari 14 penampilan.

Cisse direkrut pada Januari 2012 setelah bermain tiga musim bersama Freiburg. Sebuah beban bagi dia mengingat The Magpies saat itu sudah memiliki Demba Ba di lini depan. Lagipula, inilah pengalaman pertama bermain di Inggris yang sorotannya begitu tajam kepada sosok pemain baru. Gagal mengemban ekspektasi, maka siap-siap saja Anda diberi label sebagai rekrutan gagal.

Tekanan semakin bertambah ketika Cisse mendapat nomor sembilan. Nomor ini tidak boleh digunakan sembarangan. Dua top skor mereka yaitu Andy Cole dan Alan Shearer adalah alumni pengguna nomor punggung 9 di Newcastle.

“Saya tidak bisa bahasa Inggris, tetapi saya memberi tahu kalau mereka kalau saya ingin pakai nomor 9. Pardew bertanya kepada saya apakah saya mau mengambil nomor sembilan. Lalu saya jawab kalau saya mau nomor ini karena saya seorang pemain sembilan. Saya menginginkannya,” kata Cisse.

Keberanian dan kepercayaan diri Cisse terlihat dari betapa moncernya Cisse hanya setengah musim sejak kedatangannya. Keberadaan Demba Ba tidak dipandang sebagai pesaing melainkan untuk membuat lini depan Newcastle semakin tajam. Lebih dari setengah gol Newcastle pada Premier League musim itu datang dari kaki kedua pemain Senegal ini (Cisse 13 gol, Ba 16 gol). Jumlah golnya bahkan bisa lebih banyak seandainya ia bisa didatangkan sejak awal musim.

“Kami telah memantau dia selama dua tahun. Sayangnya, dia berada di luar jangkauan kami secara finansial pada musim panas. Saya bicara dengan Demba tentang rencana mendatangkan Papiss dan dia tidak sabar untuk menyambut rekan setimnya,” kata Alan Pardew.

Cisse kembali melanjutkan ketajamannya dengan kembali mencetak 13 gol pada musim berikutnya. Akan tetapi, jumlah gol tersebut didapat dari jumlah pertandingan yang lebih banyak. Meski begitu, hal ini tetap menunjukkan kalau Cisse masih sanggup mencetak dua digit gol.

Setelah itu, pelan-pelan performa Cisse mulai menurun. Catatan golnya menurun drastis pada 2013/2014. Hengkangnya sang partner ke Chelsea dan cedera menjadi salah satu penyebab Cisse kehilangan ketajamannya. Meski menggantinya dengan Loic Remy, hal ini ternyata tidak terlalu banyak membantu Cisse untuk bisa kembali tajam seperti dua musim sebelumnya.

Selain itu, sederet masalah internal juga mulai menghantui karier si pemain. Pada 2012, ia menarik diri dari tur pra-musim sebagai bentuk penolakan ketika Newcastle menjalin kerja sama dengan Wonga. Sebuah perusahaan yang bidang usahanya bertentangan dengan ajaran Islam, agama yang dianut oleh Cisse.

Sikap ini sayangnya hanya berlangsung beberapa saat. Cisse pada akhirnya setuju untuk memaka jersey Newcastle dengan tulisan Wonga di bagian depan. Namun, banyak yang beranggapan kalau selesainya persoalan ini juga didorong dengan tersebarnya foto-foto Cisse yang sedang main judi. Sebuah tamparan keras bagi Cisse yang saat itu berjuang demi nama agamanya.

Ketajaman Cisse sempat kembali dengan mencetak 11 gol pada 2014/2015. Akan tetapi, musimnya diwarnai dengan aksi tidak terpuji saat Newcastle melawan Manchester United. Ia terlibat insiden saling meludah dengan Jonny Evans yang membuatnya dihukum larangan bertanding sebanyak tujuh pertandingan.

Musim 2015/2016 menjadi akhir dari perjalanan karier Cisse di Inggris. Ketajaman yang mulai berkurang, membuat posisinya tergusur oleh Aleksander Mitrovic. Hanya mencetak tiga gol, ia kemudian hengkang ke Cina untuk memperkuat Shandong Luneng. Sejak 2018, Cisse memutuskan kembali ke Eropa dengan memperkuat klub Turki, Alanyaspor.

“Ketika menerima tawaran dari Cina, saya merasa kalau saya sudah seharusnya pergi. Meski begitu, Newcastle akan selalu berada di dalam hati saya,” ujar penyerang yang pada 3 Juni lalu merayakan ulang tahunnya yang ke-35.

Cisse pergi dari Newcastle United meninggalkan catatan 44 gol dari 131 penampilan. Jumlah yang tidak terlalu banyak jika dibandingkan dengan torehan Cole atau bahkan Shearer. Meski begitu, ia akan selalu menjadi idola bagi para penggemar Newcastle United dan akan selalu dikenang sebagai pemain yang pernah mencetak gol spektakuler di kompetisi Premier League.