Son Heung-min Melunasi Utang Ahn Jung-hwan

Foto: Scroll.in

Musim 2018/2019 dapat dikatakan sebagai musim terbaik Son Heung-min di Tottenham Hotspur. Hingga 28 April 2019, Son terlibat dalam 30 gol dari 45 penampilan dalam empat kompetisi berbeda.

Catatan itu menyamai pencapaiannya pada 2016/2017. Namun kali ini dia berhasil mengantarkan Tottenham ke semi-final Liga Champions. Sesuatu yang tidak pernah dirasakan klub sejak 1961/1962 saat kompetisi tersebut masih menggunakan nama European Cup.

Nama Son sejatinya sudah mulai mencuat sejak 2011/2012 bersama Hamburg. Ketika itu dirinya bahkan sempat diincar oleh raksasa Bundesliga, Bayern Munchen, sebelum memilih Bayer Leverkusen sebagai pelabuhan berikutnya. Akan tetapi bersama Tottenham, Son kian diakui dunia. Apalagi mengingat sebelum Son mendarat di London, mungkin hanya Park Ji-sung, Lee Chung-yong, dan Ki Seung-yeung, pemain Korea Selatan yang sukses di Inggris.

Menurut hasil polling Korean Times pada 22 April 2019, nama Son bahkan sudah melewati popularitas Cha Bum-kun yang meraih kesuksesan bersama Bayer dan Eintracht Frankfurt di era 80-an. Berkat Son, mulai banyak talenta Korea Selatan yang menjelajah Eropa. Baik itu Kwon Chang-hun (Dijon), Lee Kang-in (Valencia), Lee Seung-woo (Hellas Verona), dan Sehyun Beak (Udinese).

Itu tidak termasuk Jeong Woo-yeong (Bayern) dan Hwang Hee-chan (Hamburg) yang main di Jerman. Gerbang pemain Korea Selatan ke Jerman sudah dibuka Cha. Son sendiri adalah salah satu pemain yang mendapat kesempatan di 1.Bundesliga berkat seniornya. Tapi Son memperluas daerah ekspor Korea Selatan. Tidak lagi berpaku di Jerman.

Situasi ini mungkin seharusnya sudah terjadi sejak awal milenium ketiga. Piala Dunia 2002 diadakan di Korea Selatan dan Jepang. Diasuh nakhoda kelas dunia, Guus Hiddink, Taegeuk Warriors berhasil melangkah sampai semi-final. Mengalahkan Portugal, Italia, dan Spanyol dalam perjalanan mereka.

Meski kontroversial, beberapa pemain asuhan Hiddink berhasil menarik minat kesebelasan Eropa. Kim Nam-Il mendapat kesempatan bermain dengan Feyenoord. Cha Du-ri dikontrak Bayer. Sementara Park Ji-sung diboyong PSV Eindhoven dari Kyoto Purple Sanga.

Kekonyolan Perugia

Foto: Versed

Sayangnya, bintang Korea Selatan yang sudah tampil di Eropa sebelum Piala Dunia, Ahn Jung-hwan justru mendapat surat PHK dari Perugia. Pada Piala Dunia 2002, Korea Selatan hanya memiliki dua pemain yang membela kesebelasan Eropa. Seol Ki-hyeon di Anderlecht dan Ahn sebagai pemain pinjaman Perugia.

Ahn sejatinya ingin dipermanenkan oleh Perugia. “Saya melihat Ahn sebagai pemain yang memiliki potensi sangat besar,” puji Serse Cosmi yang menangani Perugia. Namun setelah menjadi biang kerok kegagalan Italia, kontrak Ahn dibatalkan oleh pihak klub. “Saya tidak memiliki niatan untuk membayar gaji pemain yang menghancurkan sepakbola Italia,” kata Presiden Perugia Luciano Gaucci.

“Mau bagaimana lagi? Saya seorang nasionalis. Kami sudah membukakan pintu kepada Ahn dua tahun lalu. Ia bisa bermain di Italia karena kami. Tapi ia itu balasannya kepada kami,” lanjut Gaucci.

Keputusan Gaucci diprotes Hiddink. “Perugia sangat kekanak-kanakan. Inilah sepakbola, para pemain berasal dari berbagai negara. Apa kalian bisa membayangkan apabila Frank Lebouef dan Marcel Desailly dibuang dari Inggris karena mencetak gol lawan tim nasional mereka? Mustahil,” jelas Hiddink.

Cosmi yang mengakui kehebatan Ahn juga tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan FIFA ikut angkat tangan. “Ini adalah masalah klub dengan pemain. Kami tidak bisa intervensi,” kata FIFA. Ahn Jung-hwan akhirnya pergi dari Italia.

Momentum Penyerang Korea Selatan

Foto: Calcio Hellas

Ia tak bisa bertahan di Negeri Pizza karena kondisinya sangat mencekam. “Saya tidak bisa ke sana. Terlalu menyeramkan. Saya bahkan tidak berkomunikasi lagi dengan Perugia. Tak ada dukungan dalam bentuk apapun untuk membuat saya kembali ke Italia,” aku Ahn.

Talenta Ahn sudah diakui di Korea Selatan. Ia adalah pemain terbaik liga pada 1998/1999. Pada saat bersamaan dirinya juga memberikan gelar Piala Liga Korea untuk Busan Daewoo. Ketika Piala Dunia, dia mencetak tiga gol dan mengantarkan negaranya ke semi-final.

Tapi karena perlakuan Perugia, ia gagal membesarkan namanya. Wajar apabila David Trezeguet akhirnya sengaja gagal mengeksekusi penalti di final Piala Dunia 2006. Ahn mendapat kesempatan kedua di Eropa bersama klub Prancis, Metz. Sayangnya saat itu momentumnya sudah hilang.

“Saya hanya bermain 16 kali dan mencetak dua hingga tiga gol di sana. Kondisinya sulit, Prancis sangat berbeda dengan Italia,” ungkap mantan juara J1 itu. Ahn melanjutkan petualangannya ke Jerman, sebelum pensiun di Tiongkok bersama Dalian Shide.

Sejak saat itu, tidak ada penyerang Korea Selatan yang mendapat sorotan besar di Eropa. Sampai akhirnya Son Heung-min membuka mata dunia lagi. Menegaskan Korea Selatan punya juru gedor berkualitas. Kwon Chang-hun, Lee Seung-woo, Jeong Woo-yeong, dan Hwang Hee-chan semuanya berposisi sebagai penyerang.

Tentu pamor mereka belum mencapai level Son. Tapi mereka semua sudah membela klub Eropa. Semua masih muda. Masih panjang perjalanan karier mereka. Beruntung ada Son yang membukakan pintu setelah 16 tahun ditutup oleh Perugia.