Sonny Anderson, Pembuka Pintu Gerbang Talenta Brasil di Lyon

Foto: Indifoot

Gelandang Flamengo, Jean Lucas, resmi menjadi pembelian pertama Sylvinho sebagai nakhoda Olympique Lyon. Ditebus dengan dana delapan juta Euro, kedatangan Lucas mendapat kritik dari media-media asal Prancis. Seakan menjadi tanda pertama bahwa Sylvinho bukanlah sosok yang tepat untuk menangani Les Gones.

Namun, anggapan itu langsung dibantah oleh Presiden Lyon Jean-Michel Aulas. “Untuk seorang pemain muda, mengeluarkan delapan juta Euro adalah hal masuk akal. Saya sempat berbicara dengan Jorge Sampaoli yang menangani Lucas di Brasil dan dirinya memberikan kesan positif. Tapi kita memang tidak bisa langsung membebani dia. Lucas masih muda,” kata Aulas.

Lucas disebut akan menjadi pengganti Tanguy Ndombele yang semakin dekat dengan Tottenham Hotspur. Ia mungkin bukan pemain didikan Lyon. Tidak sesuai dengan ucapan Aulas yang sebelum berjanji menghidupkan kembali DNA Lyon dan fokus kepada pemain asli akademi klub. Tapi bagi Lyon, mendatangkan pemain dari Brasil adalah hal biasa.

Sebelum Lucas, Lyon juga pernah mendatangkan Cris, Fred, Edmilson, Cacapa, Marcelo Djian, Nilmar, dan Fabio Santos langsung dari Brasil. Selain dua nama terakhir, semuanya tampil lebih dari 100 kali bersama Les Gones. Bahkan Juninho Pernambucano yang diakui sebagai ikon Lyon juga didaratkan langsung dari Vasco da Gama. Tanpa punya pengalaman bermain di Eropa sebelumnya.

Dengan keberadaan Juninho dan Cacapa di balik layar Lyon, wajar pemain muda Brasil seperti Jean Lucas didatangkan. Lucas memang tidak memiliki pengalaman bermain di Eropa. Tidak seperti Sonny Anderson yang mungkin bisa disebut sebagai talenta Brasil terbaik di Stade de Gerland. Namun, Sonny hanyalah pembuka pintu bagi talenta-talenta Brasil lainnya mendarat di Lyon.

Legenda Publik Stade Gerland

Didatangkan dari FC Barcelona pada musim panas 1999, Lyon adalah klub ketiga Sonny di Prancis. Sebelumnya ia sudah menunjukkan kualitasnya bersama Olympique Marseille dan AS Monaco. Bersama Lyon, Sonny merasakan masa-masa terbaik kariernya. Memenangkan enam piala domestik, dari Ligue 1 sampai Trophée des Champions.

Mencetak 92 gol dalam empat musim membela Les Gones, Sonny tercatat sebagai salah satu pemain paling subur yang pernah dimiliki oleh Lyon. Hanya Bafétimbi Gomis (95), Juninho (100), dan Alexandre Lacazette (129) yang lebih produktif daripada Sonny.

Hal ini pun menjadikannya sebagai standard pemain Brasil di Lyon. “Kami memimpikannya dan Sonny melakukannya,” tulis para penghuni tribun Stade de Gerland ketika Sonny resmi mengucapkan salam perpisahannya di Stade de Gerland pada 2007.

Sonny memang jadi tumpuan awal Les Gones saat memulai dominasi mereka di Ligue 1 (2001–2008). Meski Sonny hanya mengangkat dua gelar juara Ligue 1 bersama Lyon (2001-2003), momentum Les Gones dianggap tak akan terjadi tanpa kehadiran Sonny. Penyerang kelahiran 19 September 1970 itu pun mengakui bahwa masa-masa bersama Lyon adalah momen paling dikenang sepanjang 20 tahun karier profesionalnya.

“Entah di mana saja saya berada, orang-orang selalu membicarakan masa-masa bersama Lyon,” kata Sonny. Padahal Sonny juga memenangkan banyak piala bersama kesebelasan lain. Menjuarai Liga Swiss bersama Servette FC. Mengangkat gelar Ligue 1 pertamanya di AS Monaco. Hingga menjuarai La Liga dan Copa del Rey bersama Barcelona.

Awal Dominasi Lyon

Foto: AS

Tapi Sonny tahu hal seperti itu akan terjadi. Justru hal itulah yang meyakinkan dirinya pergi dari Barcelona. “Ketika agen mengatakan bahwa Lyon minat memulangkan saya kembali ke Prancis, tak ada alasan menolak mereka. Bernard Lacombe [nakhoda Lyon] kemudian meyakinan saya,” aku Sonny.

“Dia mengatakan dirinya hanya mengincar satu pemain dan orang itu adalah saya. Lyon bicara soal proyek mereka. Bagaimana mereka ingin menjadi kesebelasan terbaik Prancis. Lolos ke Liga Champions setiap musimnya. Tantangan seperti itulah yang saya butuhkan”.

“Bersama Barcelona, saya yakin kami bisa menjuarai liga setiap musim. Tapi posisi Lyon tidak aman. Ketika mereka menunjukkan ambisi sebesar itu dan mempercayakan saya, pasti tertarik,” jelasnya.

Sisanya adalah sejarah. Sonny mengatakan bahwa tantangan Lyon saat itu sangat besar. Para pendukung Les Gones meminta hasil instan. Beruntung dirinya bisa memenuhi target. Lyon memang tidak menjuarai Ligue 1 di musim pertama Sonny (1999/2000). Mengakhiri musim di peringkat tiga klasemen akhir. Terpaut dua poin dari Paris Saint-Germain (PSG) yang mendapatkan tiket fase grup Liga Champions 2000/2001.

Tapi Sonny yang mengakhiri musim sebagai topskorer Ligue 1 berhasil membantu Lyon memastikan tiket itu lewat kualifikasi. Mencetak gol pertama Les Gones ke gawang Inter Bratislava dan membantu mereka lolos ke fase grup Liga Champions.

Inspirasi Pemain Brasil ke Lyon

Sonny dan Lyon hanya lolos sampai fase 16 besar di Liga Champions 2000/2001. Namun kegagalan di Eropa dibayarkan dengan sebuah gelar juara domestik. Lagi-lagi, Sonny jadi pencetak gol terbanyak Ligue 1 ketika itu. Wajar dirinya menjadi standard pemain Brasil di Lyon. Sonny bahkan menjadi alasan untuk pemain seperti Michel Bastos membela Lyon.

“Ini adalah kesebelasan yang telah membesarkan pemain-pemain seperti Cacapa, Cris, Juninho, dan Sonny Anderson. Lyon memiliki tradisi Brasil dan saya hanya mengikuti jejak mereka,” aku Bastos.

Uniknya, Bastos diboyong dari Lille OSC, tapi mayoritas nama yang ia sebutkan merupakan pemain-pemain hasil impor Liga Brasil. Dia tidak menyebut Giovane Elber, Anderson Cléber, ataupun Ederson Campos yang dibeli dari sesama klub Eropa.

Hanya Sonny. Karena Sonny adalah pembuka pintu gerbang talenta Brasil di Lyon. Tanpa Sonny, mungkin tak akan ada pemain-pemain seperti Juninho, Bastos, ataupun Jean Lucas di Lyon. Walau sebenarnya Sonny datang enam tahun setelah Marcelo Djian, talenta samba pertama Lyon.