Polemik Chelsea dan Rumitnya Kepemilikan Stamford Bridge

Foto: Standard.co.uk

Chelsea kini sedang menikmati rekor belum terkalahkan yang telah bertahan selama 10 pertandingan musim ini. Hasil ini jelas membuat para pendukung The Blues bergairah setelah musim lalu karam di bawah pimpinan Antonio Conte. Bersama Maurizio Sarri, Chelsea menjadi tangguh di pertahanan dan tajam di lini serang.

Tapi berita sedikit mengejutkan hadir bagi para pendukung Chelsea. Sang pemilik Klub, Roman Abramovich, berencana menjual kandang kebangaan mereka, Stamford Bridge, dengan nominal hingga 2,5 miliar paun. Apabila ini terjadi maka Stamford Bridge akan menjadi stadion termahal di Dunia, sekaligus menjadi stadion kedua di Inggris yang dijual selain Wembley Stadium.

Baca juga: Demi Investasi, Stadion Wembley Segera Dijual?

Namun bukan kali ini saja Stamford Bridge dikabarkan akan berpindah tangan. Mundur 3 dekade sebelumnya, tepatnya pada 1982, ketika Ben Kates membeli Chelsea, mereka pun nyaris saja kehilangan Stamford Bridge dan berpindah kandang antara Carven Cottage milik Fulham atau ke Loftus Road kandang QPR.

Fase Krisis Chelsea

Sejak awal 1970-an hingga pertengahan 1990-an, bisa dibilang merupakan tahun yang cukup suram bagi Chelsea. Dari segi prestasi mereka sedang surut, dan secara finansial Chelsea mengalami krisis keuangan yang cukup besar. Ironisnya krisis prestasi dan finansial tersebut ditengarai juga karena renovasi besar yang dilakukan klub terhadap kandang mereka, Stamford Bridge.

Fase yang cukup berat ini menyebabkan prestasi Chelsea merosot tajam, mereka bahkan terperosok ke Divisi Dua Inggris karena minimnya kemampuan finansial klub. Ian Hutchinson, legenda Chelsea pun merasakan pahitnya turun ke divisi dua pada musim 1974/1975.

Saat itu, Chelsea masih dikuasai oleh keturunan dari Gus Mears sejak 1905. Mears meninggal pada 1912 dan dilanjutkan oleh keluarga mereka secara turun menurun. Kesulitan keuangan gara-gara membangun tribun timur Stamford Bridge membuat mereka melepas Chelsea pada Ken Bates pada 1982.

Sosok Ken Bates sendiri memang sedikit kontroversial namun berprestasi. Sebelum menjabat sebagai Chairman sekaligus pemilik Chelsea, ia menjadi chairman bagi Oldham dan kemudian menjadi vice-chairman Wigan Athletic. Dit angannya Wigan Athletic meraih promosi ke National Division. Ia tidak segan menggelontorkan dana segar ke klub, namun juga seringkali campur tangan dalam urusan strategi tim.

Kontroversi Ken Bates juga terjadi di Chelsea, setelah membeli klub dengan harga hanya satu paun. Kesepakatan tersebut ternyata tidak satu paket dengan pembelian kandang mereka Stamford Bridge. Jadi dengan kata lain, Chelsea terancam kehilangan Stamford Bridge yang tengah direnovasi. Lalu, mengapa Stamford Bridge tidak termasuk ke dalam kesepakatan.

Ketika renovasi yang dilakukan keluarga Mears di bawah naungan Chelsea Football dan Athletic Club (CFAC), klub tidak memiliki keuangan yang baik. Mereka berniat menggadaikan kepimilikan stadion Stamford Bridge, langkah yang sejatinya sangat sembrono. Hingga datanglah Ken Bates yang membeli Chelsea seharga satu paun saat itu.

Namun ternyata angka tersebut tidak termasuk kepimilikan stadion. David Mears, anak Gus Mears, justru menampik tawaran Ken Bates yang ingin membeli Stamford Bridge dengan harga empat ratus lima puluh ribu Paun. David Mears malah menjual stadion mereka kepada Marler Estates, yang dengan senang hati membeli dengan harga satu juta Paun.

Kerumitan tersebut berujung demonstrasi besar-besaran. Spanduk “Save The Bridge” atau “Battle of the Bridge” tampak di sudut jalanan London. Fans Chelsea tidak ingin kehilangan kandang sakral mereka, Stamford bridge. Karena Marler Estates berniat menjadikan lahan sebesar 14 hektar tersebut sebagai perumahan dan kawasan pertokoan.

Tidak lama kemudian, solusi dari Ken Bates dengan cara menyewa Stamford Bridge selama tujuh tahun dari Marler Estates. Namun itu hanya solusi sementara dan Chelsea juga tidak memiliki cara lain selain menyewa.

Tragedi Heysel dan Premier League Sang Penyelamat

Semua berjalan mulus bagi Marler Estates, uang sewa per tujuh tahun disepakati dengan Ken Bates. Dan toh seumpama Bates tidak membayar, maka mereka tinggal merubuhkan stadion dan membangun perumahan. Solusi yang membuat Marler Estates jelas di atas angin.

Namun perubahan terjadi, Tragedi Heysel membawa dampak buruk bagi Marler Estates. Bisnis stadion tidak menguntungkan dan mereka harus menjual Stamford Bridge. Alasan lainnya, Marler Estates juga sedikit kesulitan keuangan karena adanya kelesuan ekonomi di Inggris pada 1980-an. Marler Estates kemudian menjual Stamford Bridge kepada konglomerat Skotlandia, John Duggan, yang juga memiliki stadion Fulham, Craven Cottage.

Premier League kemudian hadir pada 1992. Inilah langkah penting Ken Bates, ia tidak melanjutkan nama Chelsea Football and Athletic Club, namun mengubahnya menjadi Chelsea Football Club. Langkah ini diikuti kerja sama antar Ken Bates dengan John Duggan, membuat klub baru tanpa landasan kuat di mata badan hukum, bisa memiliki stadion. Alasan Chelsea dianggap sebagai klub baru, karena Ken Bates memasukkan susunan lembaga Chelsea Football Club terpisah dan lepas secara keseluruhan dari Chelsea Football and Athletic Club.

Melalui Royal Bank of Scotland di mana John Duggan menyimpan asetnya, Ken Bates menandatangani izin pemakaian Stamford Bridge selama dua puluh tahun di bawah Chelsea Pitch Owners plc, terhitung sejak 1993. Di era ini Ken Bates membangun banyak fasilitas seperti hotel, museum, dan megastore Chelsea. Chelsea mengalami berpindah kepemilikan klub. Kini Stamford Bridge berada di bawah naungan Chelsea Pitch Owners plc.

Masa depan Chelsea dan Stamford Bridge.

Chelsea sempat mengemukakan untuk berpindah kandang dari Stamford Bridge. Diisukan pada 2011 akan berpindah ke Earls Court Exhibition Centre, tidak jauh dari lokasi Stamford Bridge. Alasannya adalah karena Abramovich kesulitan membangun Stamford bridge menjadi berkapasitas lebih besar.

Namun rencana ini jelas ditentang oleh pemilik Stamford Bridge, Chelsea Pitch Owners plc. Yang mengancam apabila Chelsea berpindah kandang, maka hak merk, logo, dan semua yang berkaitan dengan Chelsea, harus diberikan ke Chelsea Pitch Owners plc., selaku pengelola Stamford Bridge. Alasannya karena Chelsea Pitch Owners plc.,-lah pemilik merk dagang Chelsea bukan Chelsea Football Club.

Jadi masalah Stamford Bridge jelas belum usai, bagi Chelsea sendiri, Stamford Bridge bukan hanya kandang mereka, namun sejarah yang melekat dan identitas klub jelas sangat kuat. Bukan hal yang mudah bagi Roman Abramovich untuk memindahkan kandang Chelsea. Mungkin Abramovich perlu belajar dari Liga Indonesia, bagaimana mudahnya klub berpindah stadion dan berpindah lisensi kepemilikan klub.