Piala Dunia FIFA 2002 silam meninggalkan kekaguman publik terhadap Jepang sebagai tuan rumah. Stadion Sapporo Dome di Jepang saat itu menjadi salah satu tempat yang dipilih untuk dijadikan tempat bertanding. Dengan kecanggihan teknologinya, Sapporo Dome yang terletak di Hitsujigaoka, Toyohira Ward, Sapporo, Hokkaido, Jepang, berhasil menarik perhatian dunia.
Sapporo Dome memiliki sistem hovering yang dapat memindahkan lapangan sesuai dengan pertandingan yang akan dilaksanakan. Selain itu, lantai dan tribun penonton di stadion juga dapat berputar.
Sejarah Sapporo Dome
Proyek Sapporo Dome yang dimulai sejak tahun 1998 akhirnya resmi dibuka pada 3 Juni 2001. Stadion dengan teknologi canggih ini memiliki kapasitas hingga 40 ribu kursi. Satu tahun kemudian Sapporo Dome dipilih sebagai tempat pelaksanaan tiga pertandingan babak penyisihan grup Piala Dunia FIFA 2002.
Selain pelaksanaan Piala Dunia FIFA 2002, Sapporo Dome pernah menjadi tempat tertutup pertama kali yang menyelenggarakan ski dalam ruangan di malam hari pada Olimpiade Musim Dingin. Stadion ini menggunakan konversi rumput stadion agar dapat membuat salju pada kompetisi ski.
Sapporo Dome merupakan kandang dari klub sepakbola Consadole Sapporo dan klub bisbol Hokkaido Nippon-Ham Fighters. Maka dari itu Sapporo Dome dapat digunakan untuk dua pertandingan yang berbeda dengan cara mengganti lapangannya menngunakan sistem hovering.
Fitur Sapporo Dome
Pergantian lapangan bisbol menjadi lapangan sepakbola dimulai dengan pembersihan area lapangan dari lembaran rumput sintesis yang digunakan untuk pertandingan bisbol. Lembaran rumput sintesis diambil menggunakan bantuan kendaraan khusus. Nantinya lembaran rumput tersebut akan tergulung seperti karpet.
Seiring proses pembersihan rumput sintesis, sebagian bangku tribun penonton ikut bergerak melipat ke bawah. Bangku yang sudah terlipat kemudian bergerak memasuki ruang kosong yang berada di bawah tribun penonton. Masuknya bangku ke ruang kosong bertujuan untuk membuka jalan pemindahan lapangan sepakbola ke dalam stadion.
Setelah area lapangan dinyatakan bersih dari rumput sintesis maka selanjutnya mengganti permukaan yang berbentuk lingkaran di lapangan. Permukaan lingkaran yang digunakan untuk menyimpan tanah pada pertandingan bisbol diganti dengan permukaan yang lebih rata.
Pintu yang terdiri dari beberapa kotak berbahan kaca bergeser untuk membuka jalan masuk. Lantai stadion berputar sehingga posisi tribun penonton di bagian bawah ikut berpindah tempat. Setelah jalan masuk terbuka maka lapangan sepakbola yang disimpan di halaman belakang stadion siap dibawa masuk.
Dengan diterapkannya sistem hovering maka lapangan sepakbola seberat 8300 ton dapat diangkat dengan tekanan udara. Tercipta jarak antara lapangan dengan dasar tanah. Kemudian roda yang terletak di bawah lapangan bergerak maju membawa lapangan tersebut memasuki stadion.
Pintu kaca bergeser menutup jalan masuk setelah lapangan sepakbola sampai di dalam stadion. Bangku yang tersimpan di ruang kosong di bawah tribun mulai bergeser keluar dan kembali pada keadaan semula. Lantai stadion berputar sehingga lapangan sepakbola ikut berputar. Bangku tribun bawah kembali pada posisi semulanya.
Sapporo Dome Menggunakan Rumput Asli Untuk Lapangan Sepakbola
Stadion Sapporo Dome memiliki atap tertutup yang tidak memungkinkan rumput asli tumbuh di dalamnya. Rumput asli akan membutuhkan paparan sinar matahari langsung. Maka dari itu lapangan sepakbola Sapporo Dome diletakkan di halaman belakang stadion agar rumput bisa berfotosintesis dan tetap tumbuh. Lapangan dipindahkan ke dalam stadion ketika pertandingan sepakbola akan dilaksanakan di Stadion Sapporo Dome.