Sterling, Media, dan Rasisme di Inggris

Foto: ITV.com

Penyerang sayap Manchester City, Raheem Sterling, mengatakan jika sistuasi perasaannya “tidak lebih baik” setelah ada dugaan perlakuan rasis terhadapnya di Stamford Bridge. Sterling lalu menghubungkan semua insiden itu dengan mengklaim jika artikel di Daily Mail menjadi penyebab semua ini bermula.

Sterling sangat yakin jika artikel dari Daily Mail itu sebagai “pemicu rasisme” saat ia bermain bersama Manchester City di pertandingan melawan Chelsea pada akhir pekan lalu. Melihat situasi ini, Chelsea dan polisi setempat kemudian langsung meluncurkan penyelidikan lebih lanjut setelah mendapatkan sebuah rekaman yang isinya adalah seorang suporter yang diduga melakukan tindakan rasis di pertandingan tersebut.

“Mengenai apa yang dikatakan mereka (para suporter yang diduga melakukan tindakan rasis) di pertandingan melawan Chelsea, seperti yang dapat Anda lihat melalui reaksi saya waktu itu, saya hanya harus menahan tawa karena saya tidak berharap hal seperti initerjadi. Yang jelas situasi perasaan saya tidak lebih baik,” tulis Sterling di sebuah postingan pribadinya di Instagram.

Di sisi lain, tuduhan Raheem Sterling terhadap artikel di Daily Mail ini bukanlah tak berdasar. Pasalnya, judul dan isi dari artikel tersebut memang terindikasi memicu sebuah tindakan rasis dengan pemberitaan tentang seorang pemain muda ‘berkulit hitam’ milik Manchester City yang membeli sebuah rumah mewah meski belum pernah bermain bersama klubnya.

“Pemain muda Manchester City berusia 20 tahun dengan bayaran 25.000 paun per minggu membeli sebuah mansion di pasar seharga 2,25 juta paun meski belum pernah memulai pertandingan di Premier League,” begitulah judul yang ditulis pada artikel milik Daily Mail tersebut.

Tajuk seperti ini tampak secara jelas mengabarkan kondisi si pemain muda, yang padahal tidak ada informasi lebih penting lagi di dalamnya. Menyikapi ini, dalam salah satu postingannya, Sterling juga lalu memunculkan referensi cerita lain dari artikel yang terbit pada Oktober lalu dengan tajuk yang sama, yaitu soal pemain muda Manchester City. Kali ini artikel yang dikutip itu memberitakan soal Phil Foden yang membeli rumah mewah dengan gajinya. Namun, judul yang ditulis tidak sepanjang dan mendetil seperti judul pemain muda berkulit hitam tadi. “Foden membeli rumah baru seharga 2 juta paun untuk ibunya,” begitulah penulisan judulnya.

“Bayangkan jika Anda bermain dengan dua pemain muda yang memulai karier di sebuah klub, keduanya bermain untuk tim yang sama, dan keduanya telah melakukan hal yang benar. Mereka lalu membeli rumah baru untuk ibunya masing-masing. Itu agar mereka bisa meluangkan banyak waktu dengan ibunya, dan membalas budi atas jasa yang diberikan.”

“Maka apa jadinya jika artikel ada yang memperlakukan mereka dengan berbeda dan membedakan isi pemberitaan antara pemain muda kulit putih dan pemain muda kulit putih?” ungkap Sterling mengutarakan keresahannya.

“Jadi, ini adalah sesuatu yang sangat tidak dapat diterima, mereka tidak salah, yang salah ada di artikelnya. Mereka dianggap melakukan sesuatu yang salah karena artikel itu menulis sebuah narasi yang salah. Pemain muda berkulit hitam itu telah dipandang dari sisi yang buruk.”

“Maka inilah yang memicu perlakuan rasisme dan perilaku agresif. Jadi, untuk semua awak media yang tidak mengerti mengapa orang-orang rasis di zaman ini semakin menggila, itu semua karena perlakuan berbeda yang ditulis di dalam tajuk artikel mereka sendiri.”

Selain itu, setelah melihat kedua perbedaan dari artikel tadi Sterling pun tampak geram dan langsung memposting sebuah penjelasan dengan detil di akun Instagramnya. Ia juga menulis sebuah caption yang panjang dan mengungkapkan perasaannya soal ketidakadilan media dalam memperlakukan pemain muda berkulit hitam yang satu tim dengannya.

 

Lihat postingan ini di Instagram

 

Good morning I just want to say , I am not normally the person to talk a lot but when I think I need my point to heard I will speak up. Regarding what was said at the Chelsea game as you can see by my reaction I just had to laugh because I don’t expect no better. For example you have two young players starting out there careers both play for the same team, both have done the right thing. Which is buy a new house for there mothers who have put in a lot of time and love into helping them get where they are, but look how the news papers get there message across for the young black player and then for the young white payer. I think this in unacceptable both innocent have not done a thing wrong but just by the way it has been worded. This young black kid is looked at in a bad light. Which helps fuel racism an aggressive behaviour, so for all the news papers that don’t understand why people are racist in this day and age all i have to say is have a second thought about fair publicity an give all players an equal chance.

Sebuah kiriman dibagikan oleh Raheem Sterling x 😇 (@sterling7) pada

Tak lepas dari itu, pelecehan dan perlakuan rasis ini diduga terjadi pada paruh pertama pertandingan yang dimenangkan Chelsea dengan skor 2-0 itu. Tepatnya ketika Sterling pergi untuk mengambil bola di depan Matthew Harding Stand. Chelsea kemudian mengeluarkan pernyataan dan berjanji untuk menyelidiki masalah ini sampai beres, dan mengambil tindakan seberat mungkin jika memang itu diperlukan.

“Kami sudah mengetahui semua ini dengan adanya video yang beredar di internet, di mana diklaim bahwa terdapat pelecehan rasial. Diduga itu semua diarahkan kepada pemain Manchester City, Raheem Sterling. Kami akan meninjau rekaman itu lebih lanjut untuk menentukan apakah ada pelanggaran yang telah dilakukan, dan memberi tindakan seberat mungkin jika diperlukan,” tutur salah satu penindak kasus rasial tersebut.

Raheem Sterling sendiri memang sering menjadi pusat media. Salah satunya ketika sebelum Piala Dunia, di mana ia membuat tato berbentuk senapan di kakinya. Padahal, ia membuat tato itu hanya sebagai simbol penghargaan kepada ayahnya yang terbunuh di Jamaika. Selain itu, pemain berusia 24 tahun ini juga sebelumnya pernah sempat dikritik karena membeli pakaian dari Primark, dan terbang dengan maskapai penerbangan murah setelah uangnya dipakai membeli mobil dan jet pribadi.

Jadi sebenarnya, pemicu masalah ini semua memang datang dari narasi media. Apalagi media Inggris, yang dikenal sebagai media yang paling “bawel” dalam memberitakan informasi. Mereka juga hanya bisa mengkritik sisi luar dari seorang pemain sepakbola, dan mereka seringnya memang tidak mengerti apa-apa tentang kondisi sebenarnya dari si pemain.

Namun yang jelas, semua hal itu tidak serta merta membenarkan tindakan rasis. Karena pada hakikatnya memang tidak ada alasan apapun yang membernarkan tindakan pelecehan ras. Semua tindakan jenis ini merupakan tindakan yang merendahkan takdir tuhan.

 

Sumber: The Guardian