Stern John, Ketika Produk MLS Jadi Pahlawan Premier League

Foto: Birmingham Mail

Tandang ke kandang Millwall, The New Den, suporter Birmingham City harap-harap cemas. Ini merupakan musim keempat mereka masuk ke play-off promosi secara berturut-turut. Setelah gagal mendapatkan tiket playoff karena kalah produktif dari Sheffield United pada 1997/1998, tiga kesempatan berakhir dengan pahit.

The Blues selalu gagal di semi-final playoff. 2 Mei 2002, luka lama menghantui lagi. Steve Bruce, mantan bek Birmingham yang ikut merasakan mimpi publik St.Andrews dihancurkan the Blades empat tahun sebelumnya kini berada di pinggir lapangan.

Pada pertemuan pertama, Birmingham gagal meraih kemenangan di kandang sendiri. Ditahan imbang Millwall 1-1. Tidak tanggung-tanggung, pencetak gol the Lions saat itu adalah mantan rekannya di Manchester United, Dion Dublin.

Memasuki menit akhir, skor tetap imbang tanpa gol. Kuku digigit, tangan di kepala, sejarah kembali terulang. Saat rasa pesimis sudah mulai menghantui Birmingham, Martin Grainger yang sebelumnya gagal mengirimkan bola ke kotak penalti lewat sepak pojok, mencoba hal yang sama (lagi) dari ujung kotak penalti. Bola tinggi masuk ke kotak penalti Millwall.

Kali ini, bola dari Grainger berhasil menemukan Steve Vickers di tiang jauh. Vickers kemudian melepas bola tersebut ke tengah, persis di depan mulut gawang. Kemudian, tribun suporter tim tamu bersorak. Steve Bruce melompat-lompat kegirangan.

Stern John, penyerang asal Trinidad & Tobago yang diboyong Bruce dari Nottingham Forest dengan dana 180 ribu pauns membobol gawang Millwall dan mengantarkan the Blues ke final playoff. Untuk pertama kalinya dalam empat percobaan, Birmingham ke final.

Pada akhirnya, Bruce berhasil membawa Birmingham ke divisi tertinggi sepakbola Inggris. Mengalahkan Norwich City lewat adu penalti di final. Namun, laga semi-final kontra Millwall jadi momen paling membahagiakan. Menghapus rasa pesimis dengan optimisme. Pada saat itu jugalah nama Stern John masuk ke dalam daftar pahlawan Birmingham.

Pembelian Gagal Nottingham Forest

Foto: Twitter / @Bet365

Meski tercatat sebagai topskorer the Blues di Premier League 2002/2003, John bukanlah pilihan utama di St.Andrews. Bruce lebih mengandalkan Geoff Horsfield dan Tommy Mooney di lini depan the Blues. Penyerang akademi Andy Johnson bahkan lebih sering merumput dibandingkan John.

Pembelian John dari Forest sebenarnya juga kurang meyakinkan. Selama dua musim membela Forest, John hanya tampil 33 kali dan mencetak 13 gol. Bukan pilihan utama Tricky Trees dan lebih sering absen karena cedera dibandingkan bermain. Momen di semi-final playoff membayar semua perjudian Bruce.

John hanya mencetak 16 gol untuk Birmingham selama dua tahun menetap di St.Andrews. Setidaknya ada perkembangan dari masa-masa di Nottingham Forest. Ia pergi ke Coventry City sebagai pahlawan.

“Tak ada lagi yang perlu saya buktikan kepada Birmingham,” kata John saat pergi. “Saya sangat menikmati masa-masa di sana. Tapi sekarang saatnya berubah haluan,” lanjutnya.

John bukan hanya membuktikan dirinya ke Birmingham. Ia juga membuktikan kualitasnya kepada Nottingham Forest, klub yang menjual dia ke Birmingham. Joe Kinnear yang saat itu menangani Forest ingin mengembalikan John ke City Ground. Tapi John lebih memilih Coventry dibandingkan kembali ke Nottingham.

Bukti Kualitas MLS

Lebih dari Birmingham dan Nottingham Forest, John juga membuktikan bahwa talenta dari Major League Soccer (MLS) layak untuk bermain di level tertinggi Eropa. Sebelum menjadi pahlawan the Blues. Sebelum dijual ke St.Andrews. John dibeli Nottingham Forest dari tim Amerika Serikat, Columbus Crews.

Selama bermain di MLS, dirinya memecahkan berbagai rekor. Termasuk pemain dengan jumlah hat-trick terbanyak sepanjang sejarah liga (5). Rekor yang baru bisa dipecahkan penyerang Atlanta United, Josef Martinez pada Juli 2018.

Menurut presiden Crews saat itu, Jamey Rootes, John adalah pemain pertama yang akan membuktikan kualitas MLS. “Jelas kami mendukung mimpinya untuk bermain di Inggris. Kepergian John akan memberikan dampak besar kepada klub dan juga MLS sebagai liga,” buka Rootes.

“John akan membuktikan dirinya di sana. Kami akan menikmati penampilannya dari sini. Sementara uang yang didapat dari penjualan John (2,5 juta USD) dapat digunakan untuk mendatangkan pemain lain,” lanjutnya.

Foto: Aktuel Herber

Dalam beberapa tahun terakhir, MLS mulai sering mengirim talenta mereka ke Eropa. Mulai dari De Andre Yedlin (2014) dan Matt Miazga (2016). Hingga Cyle Larin (2018) dan Miguel Almiron (2019). Tetapi, tak semuanya bisa seperti Clint Dempsey. Beberapa mungkin lebih mirip dengan Freddy Adu.

Memasuki 2019, beberapa pemain MLS kabarnya kembali masuk radar klub Eropa. Rekan satu tim Martinez, Ezequiel Barco disebut menarik perhatian klub La Liga dan Premier League. RB Leipzig dan Eintracht Frankfurt dikaitkan dengan bek RedBull New York, Aaron Long. Sementara Fenerbahce dan Celtic melirik penyerang Houston Dynamo, Alberth ‘la Panterita’ Elis.

Mereka semua adalah pemain berkualitas. Hingga pekan ke-11 MLS 2019, Elis bahkan terlibat dalam 10 gol Dynamo. Mencetak empat di antaranya dengan nama sendiri. Elis dan nama-nama lain layak untuk dicoba oleh klub-klub Eropa. Tapi jika mereka terlihat gagal, jangan terlalu cepat menilai. Ingat selalu kisah Stern John!