Akhirnya, hampir sewindu menunggu, South Coast Derby yang sebenarnya kembali tersaji. Portsmouth dan Southampton, dua rival yang memiliki banyak cerita bertemu pada ronde ketiga Piala Liga 2019/2020. Kedua tim sudah lama berbeda divisi. EFL Championship, jadi kompetisi terakhir yang mempertemukan mereka. Ketika itu (2011/2012) Championship masih disponsori oleh perusahaan generator NPower. Belum Sky Bet, apalagi EFL. Mereka berbagi poin di St.Mary’s ataupun Fratton Park.
Southampton mengakhiri musim dengan promosi ke Premier League. Sementara Portsmouth turun ke divisi tiga, League One. Lama tidak bertemu, label ‘South Coast Derby’ bahkan sampai dipindahkan para pemegang hak siar Premier League untuk mempromosikan laga Southampton kontra AFC Bournemouth ataupun Brighton & Hove Albion.
Kembali dipertemukan lewat Piala Liga 2019/2020, the Saints yang ada dua divisi di atas Portsmouth tentu diunggulkan. Namun, bermain di Fratton Park jadi tantangan tersendiri bagi James Ward-Prowse dan kawan-kawan. Pasalnya, mereka tidak pernah menang di Fratton Park sejak meninggalkan The Dell dan bermarkas di St.Mary’s.
Piala FA 1984 menjadi pengalaman terakhir pendukung Southampton berpesta di kandang rival mereka. Menang 1-0 di menit akhir pertandingan. Kondisinya mirip dengan 2019, Southampton berkiprah di kompetisi sepakbola tertinggi Inggris (First Division) yang diisi 22 kesebelasan. Sementara Porstmouth duduk di papan tengah ke bawah divisi dua yang juga diikuti 22 klub.
Steve Moran, Si Penerus Kevin Keegan
Gol semata wayang the Saints dicetak oleh penyerang muda, Steve Moran (22). Sudah 35 tahun lebih pertandingan itu berlalu. Akan tetapi, Moran masih mengingatnya dengan jelas. “Dari sejak pertama kami memasuki daerah Fratton Park, tempat itu sudah seperti zona perang. Atmosfernya sangatlah mencekam. Ada aura yang menakutkan menyelimuti kami,” kata Moran.
“Beruntung saya mencetak gol di menit-menit akhir pertandingan. Jika saya membobol gawang mereka lebih awal, pasti para penonton di tribun akan masuk ke lapangan. Saya merupakan orang pertama yang pergi meninggalkan lapangan. Mencetak gol adalah hal yang indah. Tapi Anda tak ingin berlama-lama di sana,” lanjutnya.
“Waktu itu, Mark Dennis –bek Southampton-, terkena lemparan. Sementara Steve Williams –gelandang the Saints- ditampar saat mau meninggalkan lapangan,” jelasnya. Tidak ada yang menyadari bahwa gol Moran jadi kemenangan terakhir Southampton di Fratton Park.
Setidaknya tidak saat itu. Apalagi waktu the Saints mengakhiri musim dengan menduduki peringkat dua First Division 1983/1984. Mereka hanya terpaut tiga poin dari Sang Juara, Liverpool. Moran mengakhiri liga dengan catatan 25 gol. Ia bukan sekedar pahlawan di South Coast Derby, tapi juga produk akademi yang didapuk untuk menjadi pengganti Kevin Keegan.
Lawrie McMenemy selaku nakhoda Southampton di masa-masa emas mereka bahkan menyebut nama Moran sebagai salah satu pemain terbaik yang pernah dimilikinya. Mengasuh pemain-pemain ternama seperti Peter Shilton, Alan Ball, Keegan, Matt Le Tessier, hingga Alan Shearer, McMenemy tetap tidak melupakan Moran. “Saya bisa membagi mereka semua ke tiga tim yang berbeda,” kata McMenemy.
Moran meninggalkan klub kesayangan pada 1986. Ia tampil 180 kali untuk the Saints, mencetak lebih dari 75 gol, dua kali menjadi topskorer, membantu tim menempati posisi runner-up, dan terpilih jadi pemain muda terbaik Asosiasi Pemain Profesional Inggris (PFA) di 1982. Namun, pencapaiannya akan selalu dikenang adalah gol ke gawang Portsmouth di Piala FA 1984.
Rekor Baru South Coast Derby
4-0 – Southampton’s 4-0 victory this evening at Fratton Park is their largest ever victory away from home against Portsmouth. Bragging. pic.twitter.com/4VIc2EX3Kk
— OptaJoe (@OptaJoe) September 24, 2019
“Mungkin saya bisa dilihat sebagai cult hero atau bahkan legenda Southampton,” aku Moran kepada the Athletic. “Para suporter akan selalu mengingat gol itu. Bahkan ada perayaan yang mereka lakukan tiap tahunnya untuk mengenang kemenangan di Piala FA tersebut”. Moran pun berharap hal itu akan terus bertahan dalam sejarah Southampton.
Bukan puasa kemenangan di Fratton Park, tapi memori akan gol tunggalnya di Piala FA melawan Portsmouth. “Semoga Southampton menang dengan skor 1-0, tapi melalui gol bunuh diri. Dengan begitu, gol saya terus jadi perbincangan hingga berusia 70 tahun,” candanya sebelum pertandingan.
Harapan Moran itu pada akhirnya tak terwujud. Southampton menang tanpa ada gol bunuh diri yang terlibat. Kubu the Saints berpesta di Fratton Park dengan skor 4-0. Danny Ings mencetak dua gol pada babak pertama. Kemudian Cedric Soares dan Nathan Redmond menambah keunggulan mereka.
Ings dan kawan-kawan bahkan cetak rekor baru di South Coast Derby dengan kemenangan tersebut. Sebelumnya, kemenangan terbesar mereka di Fratton Park adalah 5-2. Waktu itu baik Southampton dan Portsmouth sama-sama di divisi dua. Namun berkat hasil ronde ketiga Piala Liga 2019/2020, the Saints berhasil mencatat kemenangan dengan selisih lebih dari tiga gol di Fratton Park.
Meski demikian, bukan berarti jasa Moran akan dilupakan. Sosok yang bekerja sebagai pengendara truk selepas karier profesionalnya itupun memberikan sebuah harapan baru lewat anaknya, Harvey. “Dirinya berusia delapan tahun dan baru mulai terlibat dalam dunia sepakbola. Saya tidak mau memaksa dia jadi pesepakbola. Tapi ia terlihat antusias dan ingin belajar,” kata Moran.