Apa Itu TSR dan ExpG dalam Membaca dan Memprediksi Hasil Pertandingan?

Ada hal menarik dalam konferensi pers usai pertandingan Newcastle United vs Liverpool. Jürgen Klopp kala itu melontarkan jawaban sarkastik saat ditanya apakah hasil imbang itu merupakan hasil yang cukup adil. Klopp lantas mempertanyakan apakah mereka (pers) menyaksikan pertandingan, atau hanya melihat papan skor. Lalu, Peter Krawietz, asisten pelatih Liverpool, menekankan pers untuk lebih jeli dan melihat statistik TSR (Total Shoot Rate) dan ExpG pertandingan sebelum memberikan pertanyaan. Lantas, apa itu TSR dan ExpG?

TSR dan ExpG adalah hal yang cukup baru di sepakbola. Fungsi dan perhitungannya pun masih kurang dimengerti, bahkan untuk beberapa pelatih sepakbola sekalipun.

Sebenarnya konsep TSR dan ExpG merupakan konsep secara metrik berupa grafis dari sebuah pertandingan. Konsep ini sebenarnya masih jarang digunakan karena adanya bias yang sering terjadi dalam perhitungannya. Namun, TSR dan ExpG dianggap sebagai sebuah terobosan yang akan menjadi dasar dalam perhitungan metrik untuk dikembangkan di kemudian hari.

TSR sendiri sebenarnya sudah diperkenalkan sejak 2013 lalu. Cara perhitungan TSR adalah sebagai berikut:

TSR= Jumlah tembakan yang dilakukan/ (Jumlah tembakan yang dilakukan + jumlah tembakan yang dihadapi)

Nilai skala TSR berkisar antara 0-1. Apabila satu tim dihitung TSR total menghadapi semua tim dalam satu liga hasilnya adalah 0,5 dikarenakan total tembakan sebuah tim kemungkinan besar berimbang dengan tembakan yang diterima. TSR sendiri sejak diperkenalkan oleh James Grayson semakin digunakan secara luas untuk perhitungan statistik. Selain mudah digunakan, TSR memiliki kelebihan lain:

  1. TSR memiliki kolerasi kuat antara poin sebuah tim dan selisih gol sebuah tim. Semakin rendah TSR, semakin sedikit poin sebuah klub. Begitu pula dengan selisih gol tim tersebut.
  2. Kolerasi perhitungan TSR suatu periode tidak akan berbeda dengan perhitungan TSR di periode berikutnya.

Perhitungan TSR sendiri memiliki kelemahan karena tidak menghitung rasio penyelamatan yang dilakukan oleh penjaga gawang, sehingga seringkali menjadikan bias dalam perhitungannya. Variabel perhitungan lain seperti kedatangan pemain baru yang berpengaruh signifikan juga menjadikan bias dalam perhitungan.

Lalu bagaimana dengan ExpG?

ExpG merupakan kepanjangan dari Expected Goal. Perhitungan ini diterapkan pertama kali dalam olahraga Hockey Ice. ExpG sendiri menghitung rataan gol dibandingkan dengan kualitas tembakan yang mengarah ke gawang.

Lalu bagaimana menghitung kualitas tersebut? Pada dasarnya, menurut Sportsnet.ca, ExpG memiliki tiga variabel model perhitungan: (1) Jarak tembakan on target ke gawang, (2) sudut tembakan on target , dan (3) bagian tubuh yang digunakan untuk mencetak gol (kaki atau kepala). Namun yang paling banyak digunakan adalah sudut tembakan dan jarak tembakan secara on target dengan nilai tiap gol adalah 1.

Untuk perhitungan ExpG, setiap model memiliki koefisien nya sendiri, berikut adalah contoh permodelan sudut dan jarak tembak.

Pemetaan bins. Sumber : stryktipsetisistastund.se

 

Angka bins yang ada dalam permodelan tersebut adalah koefisien dari jumlah dan sudut tembakan on target yang menghasilkan gol. Angka 46 untuk tendangan penalty dan direct free kick. Contoh mudah perhitungannya adalah, tim A, memeeroleh 1 gol dari bins 33. Berarti data yang dihitung adalah 1 dikalikan 33. Begitu seterusnya.

Dalam permodelan di atas, semakin besar bins tersebut, maka peluang terjadinya gol semakin besar. Angka-angka di atas tidak termasuk dengan bins penalty dan direct free kick (bins tetap 46).

Hasil perkalian dari jumlah gol dan bins tersebut, dikalkulasikan untuk kemudian dihitung menggunakan analisis regresi linier berganda dengan jumlah gol yang diciptakan. Dari hasil analisis tersebut, akan ditemukan R², di mana R² adalah hasil dari ExpG tersebut. Hasil ExpG tiap tim per pertandingan biasanya adalah 0,1-2,5. Semakin besar ExpG maka kemungkinan sebuah tim menang akan semakin besar.

ExpG biasa digunakan untuk analisis sebuah pertandingan maupun satu tim selama satu musim dengan cara memprediksi poin dan klasemen akhir dari tiap tim di suatu liga. Perhitungan ExpG ini banyak digunakan para rumah taruhan untuk memprediksi sekaligus memberikan nilai taruhan per musim, atau memberikan nilai taruhan per pertandingan. Ini dikarenakan karena sifat dari ExpG bisa juga dijadikan proyeksi untuk pertandingan berikutnya.

Kekurangan dari perhitungan ExpG ini, tiap website statistik sepakbola memiliki jenis variabel yang berbeda, meskipun hasilnya tidak jauh berbeda untuk perhitungan ExpG dalam satu musim. Namun untuk perhitungan ExpG per pertandingan bisa jauh berbeda. Hal ini dikarenakan perbedaan 1 variabel per pertandingan akan sangat berpengaruh untuk perhitungan secara keseluruhan. Selain itu, dalam perhitungan ExpG tidak disertakan variabel defensif yang juga bisa menambah keakuratan.

Menurut Ola Lidmark Eriksaon, seorang Sport-Science dari Swedia perlunya nilai defensif yang turut diperhitungkan dalam menganlisis sepakbola. Di hoi sendiri telah diterapkan penambahan variabel rataan penyelamatan dari kiper dan variabel gangguan oleh pemain lawan.

Baik TSR dan ExpG kedepan akan sangat memudahkan untuk memprediksi hasil sebuah pertandingan. Beberapa pakar sport-science meyakini dalam 10 tahun kedepan TSR dan ExpG akan menjadi salah satu perhitungan kunci untuk menentukan starting line up, maupun menilai efektifitas tim yang akan dihadapi, sehingga mempermudah tim untuk menentukan formasi yang akan digunakan.