Setelah menghabiskan 18 tahun hidupnya sebagai pesepakbola profesional, membela tim nasional Afrika Selatan (Afsel), memenangkan enam piala domestik dan berhasil menjuarai Liga Champions Afrika 2015/2016, Teko Modise akhirnya gantung sepatu.
Meski mengantongi 55 penampilan bersama Bafana-Bafana, nama Modise mungkin asing di telinga. Andai membicarakan soal pemain Afsel, Benni McCarthy, Steven Pienaar, dan Aaron Mokoena mungkin lebih familiar. Ketiga nama itu menghabiskan mayoritas karier mereka di Eropa. Sementara Modise tidak pernah menginjak Benua Biru.
Namun, menurut mantan nakhoda tim nasional Afsel, Pitso Mosimane, Modise adalah pemain terbaik yang pernah ia tangani. “Kami memanggilnya dengan julukan maestro. Modiste adalah navigator tim di atas lapangan. Ia sangat mencintai sepakbola. Bahkan tidak pernah absen dari latihan. Ia layak dihormati,” puji Mosimane.
Mosimane terlibat di tim nasional selama enam tahun (2006-2012). Dalam periode tersebut dirinya melihat talenta-talenta seperti McCarthy, Pienaar, serta Mokoena. Bahkan Percy Tau (Brighton & Hove Albion) dan Keagan Dolly (Montpellier) yang disebut sebagai tumpuan tim nasional di masa depan juga pernah ditangani Mosimane. Tapi ia menyebut Modise sebagai pemain terbaik yang pernah dilatihnya.
Modise sendiri merasa pujian Mosimane terlalu berlebihan. Menurutnya, pemain terbaik yang pernah ada di Afrika Selatan bukanlah dirinya. Melainkan seniornya di tim nasional, Theopilus ‘Doctor’ Khumalo.
Sang Professor
Foto: Sport Club - Magazine
Khumalo dijuluki sebagai ‘Doctor’ bukan karena gelar sarjana atau kemampuannya. Itu memang nama tengahnya, ‘Doctorson’, yang kemudian disingkat menjadi ‘Doctor’.
Beda dengan Khumalo, Modise dijuluki sebagai ‘Professor’ oleh McCarthy karena kualitas di atas lapangan. “Dia adalah kapten tim. Dirinya tidak perlu ban kapten untuk membuktikan hal itu. Semua orang tahu Modise adalah profesor kami,” aku mantan penyerang Blackburn dan West Ham United itu.
Modise memutuskan untuk pensiun, tapi sebenarnya ia ingin dipertahankan oleh McCarthy yang kini menangani Cape Town FC. “Modise sangat berpengaruh di ruang ganti. Ia dapat membina pemain-pemain muda kita. Sangat bodoh jika dirinya tidak dipertahankan,” kata McCarthy. “Jika kita gagal mempertahankan Modise, mungkin saya harus ke Yerusalem dan meminta bantuan,” lanjutnya.
Benni McCarthy gagal memperthankan jasa Modise sebagai pemain. Tapi setidaknya ada peluang untuk Modise terlibat di balik layar Cape Town. Aneh melihat Modise yang diakui oleh berbagai pihak tidak pernah sampai ke radar kesebelasan Eropa.
Dihalangi Orlando Pirates
What is your favourite Teko Modise memory? #KOEngage pic.twitter.com/ifbwZyMyuc
— Kick Off (@KickOffMagazine) May 10, 2019
Lewat bukunya, ‘The Curse of Teko Modise’, ia akhirnya mengungkapkan satu penyesalan dalam 18 tahun kariernya. “Saat itu saya adalah satu-satunya pemain dari liga domestik yang aktif di tim nasional. Aston Villa, Manchester City, dan Wigan Athletic menginginkan jasa saya. Tapi saat saya bertemu dengan Presiden Orlando Pirates Irvin Khoza, ia menolak permintaan tersebut,” aku Modise.
“Setelah berbicara dengan Benni [McCathy] dan Steven [Pienaar], sekarang kamu juga jadi tergoda ke luar negeri,” kata Khoza kepada Modise. “Padahal saya pindah dari SuperSport ke Orlando Pirates karena ingin bermain di Eropa,” lanjut Modise.
Tawaran untuk Modise kian banyak. West Bromwich Albion, Stoke City, dan Panathinaikos ikut mengincar jasanya. Tapi karena larangan dari Khoza, hal itu gagal menjadi kenyataan. “Bermain di luar negeri adalah ambisi saya. Ini membuat saya frustasi. Saya tidak perlu meraih kesuksesan di sana. Saya hanya ingin bermain di luar negeri, tapi kesempatan itu tidak pernah diberikan,” kata Modise.
Penerus Modise
Foto: The South African
Modise gagal ke Benua Biru. Talentanya dirahasiakan oleh Khoza dan saat ia hengkang dari Orlando Pirates, dirinya sudah hampir berkepala tiga. Tawaran dari Eropa pun tidak datang lagi. Untungnya, McCarthy telah menemukan talenta yang sesuai untuk jadi pengganti Teko Modise. Namanya, Travis Graham.
Pemain kelahiran 8 Mei 1993 itu sudah pernah mencoba peruntungannya di Eropa. Tapi ia gagal mendapatkan kontrak di Benua Biru. McCarthy percaya bahwa dirinya bisa membuat Graham mendapatkan kesempatan kedua di Eropa.
“Saya sudah menginginkan jasanya saat ia masih bermain untuk Ajax Cape Town. Tapi saat itu ia memilih pergi ke Eropa, mencoba perutungannya di sana. Sangat disayangkan dirinya gagal mendapatkan kontrak. Tapi jika melihat Graham, dia sangat mirip dengan Modise. Ia juga memiliki fisik yang tepat untuk bermain di Eropa,” kata McCarthy.
Graham mungkin sudah tidak muda lagi. Tapi semoga saja Modise dan McCarthy berhasil membantunya mendapat kesempatan kedua di Eropa. Jangan sampai ada Modise lainnya yang gagal ke Eropa karena sikap egois pemilik klub. Senang atau tidak, Eropa merupakan pusat sepakbola.
Saat ini, pemain-pemain masa depan tim nasional Afrika Selatan sudah merantau ke luar negeri. Mulai dari Bongani Zungu (SC Amiens), Lebogang Phiri (EA Guingamp), dan Dolly di Prancis. Percy Tau (Brighton) dan Kamohelo Mokotjo (Brentford) di Inggris. Hingga Thulani Serero (Vitesse), semua memulai karier mereka dari liga domestik sebelum pergi ke Eropa.