Dari data yang ditunjukan oleh NSO, agensi statistik nasional Thailand, disebutkan bahwa keyakinan mayoritas di negara tersebut adalah Budha, yaitu hampir 95%. Menjadi wajar karena negara tersebut dalam sejarahnya merupakan salah satu rute penyebaran Budha pada masa awal. Tetapi hal berbeda akan terjadi ketika Anda pergi ke wilayah Selatan Thailand. Di sana Islam mekar dan menjadi keyakinan yang paling banyak dianut.
Banyaknya Muslim di wilayah Selatan Thailand tidak terlepas dari perbatasan negara tersebut dengan Malaysia, negara Melayu dengan mayoritas berkeyakinan Islam. Cukup banyak imigran yang datang dan berasimilasi dengan warga setempat. Bahkan sudah menjadi pengetahuan umum di Thailand, bahwa kebanyakan orang yang lahir atau berdomisili di Provinsi Pattani bisa dipastikan adalah muslim.
Meskipun selain warga Thailand keturunan Melayu atau biasa disebut Thai-Malay. Adapula kelompok warga muslim lain yang berasal dari wilayah lain di Asia seperti India dan Cina. Atau bahkan negara tetangga seperti Rohingnya (Myanmar), Kamboja, atau bahkan Indonesia. Selain pekerja yang kebanyakan berasal dari Jawa. Ada juga sejumlah warga Minangkabau di sana. Berdasarkan cerita, disebutkan bahwa wilayah kekuasaan Kerajaan Minangkabau memang sampai ke Pattani.
Terkesan seperti Minoritas. Sebuah fenomena yang agak berbeda ketimbang yang terjadi negara tetangga dengan mayoritas agama Islam seperti di Malaysia atau Indonesia. Memang sempat meletup beberapa kali konflik di antara kedua kelompok keyakinan. Tetapi ada satu hal yang membuat semuanya tetap berjalan kondusif dan damai, yaitu sepakbola.
Dalam sebuah berita yang dilansir oleh AFP pada tahun 2012. Diceritakan bagaimana Pattani FC, tim yang berlaga di divisi bawah kompetisi sepakbola Thailand kemudian menjadi jembatan bagi Islam dan agama mayoritas di sana. Situasi di yang terjadi di Pattani seakan memberikan realita yang begitu berbeda ketimbang pandangan banyak orang terkait keyakinan minoritas, dalam hal ini adalah Islam di Thailand.
Terlebih Islam memiliki hubungan erat sepakbola Thailand. Worawi Makudi, atau yang akrab disapa Bung Yee, di luar seluruh kontroversi yang mengelilingi sosoknya. Bung Yee adalah sosok revolusioner di lingkup sepak bola Thailand.
Bung Yee menjabat sebagai sekretaris jendral federasi Thailand selama lebih dari satu dekade (1996-2007). Ia juga menjadi sosok asal Asia Tenggara pertama yang bisa mendapatkan kursi di FIFA Council (dulu bernama FIFA Exco). Jasa paling besar dari Bung Yee untuk era modern sepakbola Thailand adalah, ia menjadi salah satu sosok yang kemudian memprakarsai munculnya tim super di sepakbola Thailand, Muang Thong United.
Dulu Nurul Sriyankem, Kini Giliran Supachai Jaided
Sementara untuk kalangan pemain, Adul Lahso adalah muslim Thailand yang paling berprestasi dan dihormati. Ia malang melintang di klub-klub besar mulai dari Chonburi hingga Buriram. Lahso juga tampil 30 kali untuk timnas Thailand, dan mengoleksi tiga medali juara. Medali emas SEA Games 2007, dan dua trofi Piala AFF (2014. 2016). Di mana pada Piala AFF 2014, Lahso merupakan kapten tim. Salah satu prestasi tertinggi yang pernah diukir oleh pemain muslim Thailand. Karena para pemain muslim terutama di generasi yang sama, Sarif Sanui dan Salahudin Aware kariernya tidak betul-betul mengilap.
Lahso memang bergelimang prestasi dan begitu dihormati. Tetapi berbicara soal bakat dalam mengolah si kulit bundar, Nurul Sriyankem adalah nama yang digadang-gadang. Indonesia sendiri beberapa kali mesti menderita merasakan kedigdayaan bakat hebat Sriyankem. Salah satunya adalah di fase grup Piala AFF 2018 lalu. Ia memang tidak mencetak gol. Tapi Sriyankem terus meneror lini pertahanan Indonesia dan membuat Gavin Kwan Adsit kelimpungan.
Bakat Sriyankem memang luar biasa. Tetapi inkonsistensi dan masalah cedera memang membuat ia seperti tidak bisa mencapai ekspektasi yang dibebankan kepadanya. Kini harapan besar ada pada sosok Supachai Jaided (Beberapa menulisnya dengan Chaided). Aksi anak muda berusia 19 tahun ini sudah cukup banyak dilihat di Piala AFF 2018 ini. Ketika tulisan ini dibuat, Jaided sudah mencetak dua gol.
Berbeda dengan Nurul, Jaided merupakan penyerang modern dengan atribut yang juga spesial. Ia tinggi, tegap, tapi punya pergerakan dan kecepatan yang sangat luwes. Sentuhan pertamanya juga mantap. Ia masuk jelang laga usia ketika Thailand berhadapan dengan Indonesia. Seandainya ia masuk lebih awal, boleh jadi Indoenesia akan kalah lebih telak lagi.
***
Fenomena yang terjadi terkait muslim di Thailand sebenarnya adalah sesuatu yang semestinya terjadi di dunia saat ini. Bagaimana situasi sulit, dan fakta bahwa diri merupakan minoritas tidak menjadi hambatan untuk meraih prestasi. Mulai dari Bung Yee, Adul Lahso, Nurul Sriyankem, hingga kini Supachai. Mereka berhasil membuktikan diri,
Pun soal bagaimana sepakbola adalah sesuatu yang universal. Bagaimana sepakbola bisa mestinya melepaskan belenggu-belenggu yang membuat manusia terpisah satu sama lain. Sepakbola menjembatani perbedaan antara kita semua. Karena seperti yang sering disebutkan, bahwa sepakbola adalah bahasa perdamaian.