Tentang Nasib Para Bintang yang Berseteru dengan Pelatih

Secara keseluruhan, tidak ada pesepakbola yang menjalani kehidupannya dengan jalan yang lurus nan halus; mereka harus berjibaku dengan jalan berkelok penuh kerikil tajam yang mengisi di sepanjang petualangannya. Kisah asam pahit seperti ini lazim dialami para pesepakbola di seluruh penjuru dunia, sekalipun dengan nama besar. Tak jarang, para pelatih justru mengesampingkan talenta unik bernilai tinggi, siapa saja mereka?

Sejumlah pesepakbola profesional yang bermain untuk klub-klub besar memang memiliki jaminan finansial yang baik dari manajemen. Namun, tak sediki dari mereka yang sayangnya tidak memiliki pengalaman yang baik di lapangan hijau. Kadang mereka dinomor-duakan oleh sang pelatih di kebanyakan laga yang dijalani oleh timnya.

Para pemain profesional yang berada dalam tim besar jelas memiliki talenta yang patut dipertimbangkan mengingat mereka adalah pemain-pemain pilihan yang sanggup untuk memikul tanggung jawab besar demi kejayaan tim. Tapi kadang takdir berkata lain: cedera, larangan bermain, inkonsistensi, dan masalah personal, kadang membuat sang pemain kehilangan posisinya dalam kesebelasan utama.

Jika sang pemain memiliki masalah dengan pemain lain, mungkin tak mengapa. Kita bisa melihat cerita sengketa pribadi antara Andy Cole dan Teddy Sheringham saat keduanya mengabdi pada Manchester United. Indahnya, mereka bisa mengesampingkan kehidupan pribadi dengan profesi mereka di lapangan. Alhasil, mereka meraih kejayaan bersama klub untuk beberapa musim.

Di sisi lain, jika sang pemain memiliki problem dengan sang pelatih, ini merupakan hal lain yang perlu diwaspadai. Meskipun sang pemain memiliki semua talenta tingkat tinggi untuk memainkan perannya, manajer memiliki hak absolut dalam menyusun kompisisi tim yang akan berlaga.

Dari nama-nama besar yang pernah berada dalam hati para penggemar, ada segelintir yang tidak memiliki kesempatan untuk unjuk gigi karena perseteruan mereka dengan sang pelatih. Berikut adalah beberapa pemain yang pernah dibuang oleh pelatihnya sendiri meskipun mereka terbukti mampu memainkan perannya secara maksimal.

Bastian Schweinsteiger (Manchester United)

Schweinsteiger merupakan salah satu pemain yang terbuang setelah Jose Mourinho datang ke Old Trafford pada musim 2016/2017. Pemain Jerman yang pernah merasakan bangganya mengangkat trofi Piala Dunia ini adalah pemain yang sangat cocok dengan strategi Louis van Gaal, namun tidak dengan taktik Jose Mourinho.

Pengalamannya dengan manajer memang cukup memilukan. Dia dikirim untuk bermain bersama tim cadangan dengan mosi bahwa Mou ingin melepasnya. Schweini menunjukkan profesionalitas meskipun dirinya jarang sekali mendapat tempat di skuat utama. Hal ini memberikannya kesempatan untuk tampil sebanyak empat kali di kompetisi sekunder. Tak lama setelah itu, seperti halnya persepakbola lain yang kurang mendapat jam terbang, dia hengkang ke Chicago Fire pada awal tahun ini.

Victor Valdes (Manchester United)

Mungkin nama besar yang satu ini telah dilupakan oleh para fans Setan Merah. Kali ini, Mourinho bukanlah tersangka dibalik nasib sial yang dialami Victor Valdes. Ialah Louis van Gaal sendiri yang mengabaikan penjaga gawang ini setelah merekrutnya.

Memang Van Gaal sendiri yang memberikannya debut saat United bertemu dengan Barcelona beberapa saat setelah keduanya resmi bekerja sebagai parter di bawah nama Manchester United. Sayangnya, hubungan Valdes dan pelatih asal belanda ini berangsur-angsur memburuk. Saking buruknya, sang manajer mengirimnya ke Standard Liege untuk menyingkirkannya dari Old Trafford.

Mario Balotelli (Liverpool)

Liverpool mungkin menjadi tempat di mana cahaya Super Mario meredup bahkan hingga tak terlihat lagi di telinga para pecinta sepak bola. Brendan Rodgers, manajer The Reds saat itu tidak senang dengan sifat bengalnya di Anfield.

Ketidaksenangan itu membuat Mario kehilangan tempatnya dan membuatnya dikirim ke AC Milan sebagai pemain pinjaman pada awal musim 2016. Brendan digantikan oleh Jurgen Klopp namun keadaan tidak kunjung membaik bagi Balotelli.

Mantan pelatih Borussia Dortmund ini sepertinya juga tidak senang dengan sifat Balo sehingga dia memutus kontraknya bersama Liverpool dan membebaskannya untuk hengkang ke klub lain. Saat itu Nice ialah tempat berlabuhnya yang baru setelah hiruk pikuknya perjalanan di Inggris.

Florent Malouda (Chelsea)

Malouda merupakan salah satu penggawa dari pesepakbola eksklusif di bawah naungan Chelsea yang meraih kemenangan di final Liga Champions. Harusnya ini menjadi batu pijakan bagi para pemain untuk bersinar di musim berikutnya. Namun tidak bagi Malouda, dia sama sekali tidak bermain di Stamford Bridge setelah tampil untuk meraih kemenangan atas Bayern Munich kala itu.

Roberto Di Matteo dan Rafael Benitez tidak memiliki alasan untuk menempatkannya di skuat utama dan harus memilih pemain lain yang memang lebih pantas untuk berlaga. Setelah kontraknya habis, dia bergabung dengan Trabzonspor untuk melanjutkan karirnya.

Carloz Tevez (Manchester City)

Manchester City pernah mengalami kesulitan saat mereka harus bertemu dengan Bayern Munich di ajang Liga Champions. Saat itu Tevez duduk manis di kursi cadangan melihat rekan-rekannya dalam tekanan untuk menghindar dari kekalahan.

Kala itu, Tevez menolak untuk memulai pemanasan saat Roberto Mancini memintanya. Keadaan memburuk setelah pemain Argentina itu memutuskan untuk cuti liburan selama enam bulan.

Mancini mengatakan bahwa dia tidak akan bermain untuk Manchester Biru lagi dibawah manajemennya. Namun dia menerimanya kembali di beberapa bulan terakhir di musim 2011/2012. Kala itu, Tevez menjadi salah satu pemain kunci saat City meraih trofi Premier League untuk pertama kalinya.

David Beckham (Real Madrid)

Siapa yang tak pernah mendengan nama legenda yang satu ini. Beckham memang merupakan pemain penting bagi tim nasional Inggris. Namun, Fabio Capello sepertinya memiliki pandangan berbeda mengenai pemain gelandang yang satu ini.

Ketika dia bersama Real Madrid, Beckham membuat keputusan kontroversial dengan menandatangani sebuah perjanjiang dengan LA Galaxy saat La Liga baru separuh bergulir. Tentu saja hal ini membuat Capello geram dan dia tidak menyantumkan nama Beckham ke dalam skuat utama.

Namun, pemain tim nasional Inggris ini merupakan pemain yang menjunjung profesionalitas, dan komitmennya untuk mengabdi kepada pemilik stadion tempat dia berdiri membuat hati Capello luluh.

David akhirnya mendapat kesempatan untuk berlaga dalam beberapa pertandingan dan membantu El Real meraih trofi liga. Setelah akhir yang terbilang manis bersama tim ibukota, dia hengkang untuk tampil di MLS.

Menurut Anda, siapa lagi yang memiliki nasib buruk di klubnya?