Premier League, sering kali disebut sebagai ‘liga sepakbola terbaik dunia’ oleh media. Klaim itu bisa diperdebatkan. Tapi, kenyataannya memang banyak pesepakbola profesional yang memiliki mimpi main di Inggris. Banyak, bukan berarti semua. Penyerang Vitesse, Thomas Buitink, adalah salah satu talenta yang pernah menolak Premier League.
Buitink menolak Manchester City, Arsenal, dan Chelsea untuk bertahan di Vitesse. Sikap Buitink cukup unik apabila melihat kesebelasan yang ia bela adalah tim yang sering kali menjadi tempat untuk pemain-pemain Chelsea menimbah ilmu.
Dalam delapan tahun terakhir, the Blues sudah mengirim 20 pemain ke Gelredome. Mulai dari Matej Delac, Slobodan Rajkovic, dan Nemanja Matic di 2010. Hingg Charly Musonda Jr. dan Eduardo pada 2018. Hubungan Chelsea dan Vitesse ini bahkan sempat memaksa UEFA melakukan investigasi. Mencurigai ada hubungan pihak ketiga [Roman Abramovich] di balik kepemilikan Vitesse.
Kecurigaan itu mulai muncul dari mantan pemilik Vitesse, Merab Jordania. Ia menjual klub ke tangan Alexander Chigirinsky, tiba-tiba Vitesse jadi sering melakukan bisnis dengan the Blues. Padahal sebelumnya, Chelsea dan Vitesse tak pernah terlibat dalam urusan transfer pemain. Chigirinsky masuk, kemudian 11 pemain Chelsea datang ke Gelredome dalam tiga tahun kepemimpinannya.
Foto: Sports Illustrated
Penjualan Marco van Ginkel ke Chelsea dengan dana 9,4 juta pauns jadi puncak amarah Jordania. “Saya seperti melihat Vitesse memberikan pemain dengan cuma-cuma ke pihak mereka [Chelsea]. Mereka mendapatkan van Ginkel dengan dana yang sangat murah,” aku Jordania. Padahal van Ginkel saat itu diincar banyak kesebelasan lain seperti Wolfsburg dan Ajax Amsterdam.
Setelah investigasi, UEFA mengatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan dalam direksi Vitesse dan Chelsea. Chigirinsky juga sudah melepas Vitesse ke tangan Valery Oyf. Tapi, Oyf juga sebenarnya masih punya hubungan dekat dengan Abramovich. Seharusnya the Blues bisa mendatangkan Buitink dengan mudah. Tapi hal itu tidak terjadi.
Pemain kelahiran 14 Juni 2000 itu sudah menarik perhatian Premier League sejak masih berusia 15 tahun. Manchester City disebut menjadi kesebelasan pertama yang mencium talenta Buitink. Saingan utama mereka, Chelsea yang punya hubungan dengan Vitesse.
Buitink saat itu masih membela Vitesse U17. Talentanya memang diakui sebagai salah satu pemain terbaik di Belanda. Selalu menjadi langganan tim nasional sejak U15 dan produktif di depan gawang lawan. Menurut Mail Online, Buitink bahkan sudah mencetak 100 gol lebih di tim muda Vitesse.
Berada di bawah naungan Gorre Soccer Management, Premier League seperti sudah pasti akan menjadi pelabuhan Buitink selanjutnya. Pasalnya, mayoritas pemain Gorre Sport juga pernah bermain di Inggris. Entah mantan penjaga gawang Liverpool, Brad Jones. Ataupun dua pemain tim nasional Curacao, Shelton Martis (West Bromwich Albion) dan Kenji Gorre (Swansea City).
Menikmati Masa Muda di Rumah
https://www.youtube.com/watch?v=QoEg3AwFmOg
Setelah empat tahun menolak tawaran ke Premier League, Buitink akhirnya membuka suara. Menjelaskan keputusannya bertahan di Vitesse. “Saya mengatakan kepada agen bahwa tawaran itu menarik. Tapi saya masih muda dan ingin menikmati masa-masa di Vitesse. Itu [menolak Premier League] adalah keputusan mudah bagi saya,” kata Buitink.
“Saya membuat keputusan tersebut dengan sadar. Vitesse adalah rumah saya. Akan lebih baik bermain di sini dibandingkan pergi ke London ataupun Manchester,” lanjutnya. “Sejak masih kecil, saya adalah seorang pemalu. Saya bertahan di sini karena semua pihak telah memberikan kepercayaan diri,” jelasnya.
Musim 2018/2019 adalah pertama kalinya Buitink menjadi bagian dalam tim senior Vitesse. Ia sudah menjalani debut dengan tim senior semusim sebelumnya, namun saat itu dirinya masih lebih banyak bermain untuk U19. Kepala Pelatih Vitesse, Leonid Slutsky yakin Buitink sudah siap menjadi bagian tim senior, ia pun diangkut dari U19.
Meski beberapa kali masih bermain untuk U21, Buitink tampil 18 kali bersama tim senior Vitesse di 2018/2019. Cetak delapan gol dan arsiteki satu lainnya dari 819 menit yang ia dapat. Dirinya bahkan mencetak hat-trick ke gawang ADO Den Haag dan menyelamatkan satu poin untuk FC Hollywood di pekan ke-27 Eredivisie 2018/2019.
Generasi Emas Vitesse
Foto: NU.nl
Menurut Slutsky, talenta Buitink tidaklah spesial seperti Lionel Messi. Tapi dia akan tetap jadi salah kunci Vitesse selama Slutsky menangani klub.
“Dia adalah pekerja keras. Bukan talenta spesial seperti Messi. Tapi bagi saya, selama seorang pemain bisa membuktikan diri dan terus berlatih, selalu ada tempat baginya di tim. Tidak peduli berapa usianya,” ungkap mantan nakhoda tim nasional Rusia tersebut.
Terinspirasi dari Ajax Amsterdam, Slutsky ingin membentuk generasi emas di Vitesse. Ia pun siap memaksimalkan talenta-talenta muda, termasuk Buitink. “Ajax adalah pelajaran bagi saya. Kami juga siap memaksimalkan talenta Danilho Doekhi, Thomas Buitink, dan Mo Dauda di sini,” kata Slutsky.
Buitink pun siap untuk membayar kepercayaan Slutsky. “Saat masih berusia 15 tahun, Mo Allach [direktur teknik Vitesse] pernah mengatakan bahwa saya akan menjadi penyerang utama klub. Itu adalah target saya saat ini,” kata Buitink.