Pada 24 Juli 2011, Estadio Monumental Antonio Vespucio Liberti menggelar pertandingan antara Uruguay melawan Paraguay. Pertandingan tersebut adalah puncak dari gelaran Copa America 2011 yang berlangsung di Argentina. Laga tersebut berakhir dengan kemenangan 3-0 Uruguay berkat sepasang gol dari Diego Forlan dan gol dari Luis Suarez.
Copa America 2011 dapat dikatakan menjadi turnamen yang paling menarik sepanjang kompetisi tertinggi di benua Amerika Selatan tersebut. Selain menahbiskan Uruguay sebagai pemegang gelar juara terbanyak, ajang tersebut juga menghadirkan Paraguay sebagai runner-up. Satu hal yang menarik dari perjalanan Los Guaranies pada turnamen tersebut adalah mereka lolos ke final tanpa bermodalkan kemenangan sama sekali.
Paraguay melaju ke final dengan modal lima hasil imbang. Fenomena yang cukup unik mengingat Paraguay sulit untuk dikalahkan namun mereka juga sangat sulit untuk meraih kemenangan. Alih-alih melangkah ke final dengan cara yang lapang, Paraguay memilih langkah ke final melalui jalur yang membuat suporternya begitu tegang.
Perjalanan anak asuh Gerardo Martino tersebut dimulai dengan hasil imbang 0-0 melawan Ekuador. Pada laga kedua melawan Brasil, Paraguay sebenarnya memiliki kesempatan untuk meraih tiga poin. Namun, keunggulan mereka sirna akibat gol Fred semenit sebelum pertandingan rampung.
Lagi-lagi, kesempatan meraih tiga poin kembali sirna. Pada laga terakhir grup B melawan Venezuela, keunggulan 3-1 yang mereka punya berhasil disamakan oleh Miku dan Adrian Perozo pada menit ke-89 dan 90+2. Dengan koleksi tiga poin dari tiga laga, Paraguay berada di bawah Brasil dan Venezuela. Penentuan kelolosan ditentukan melalui klasemen peringkat tiga terbaik.
Produktivitas gol Paraguay yang kemudian menyelamatkan mereka dari eliminasi. Mereka berada pada peringkat kedua klasemen peringkat tiga terbaik di bawah Peru. Poin Paraguay sebenarnya sama dengan yang dimiliki oleh Kosta Rika. Akan tetapi, selisih gol Kosta Rika adalah minus dua sedangkan Paraguay adalah nol.
Yang menarik, undian perempat final kembali mempertemukan Paraguay dengan Brasil. Akan tetapi, hasil laga berakhir berbeda. Jika pada penyisihan grup, laga diakhiri dengan banyak gol, maka kali ini laga berakhir dengan kedudukan imbang tanpa gol selama 120 menit. Adu penalti kemudian menjadi penentu kemenangan Paraguay dengan skor 2-0. Empat penendang Brasil yaitu Elano, Thiago Silva, Andre Santos, dan Fred tidak ada yang mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Semua eksekusi mereka sangat buruk karena tiga tendangan melebar dan melambung di atas gawang.
Reuni kembali terjadi pada semifinal. Uruguay berjumpa lagi dengan Venezuela yang ke semifinal setelah mengalahkan Cile. Lagi-lagi adu penalti menjadi penentu hasil akhir pertandingan setelah skor selama 120 menit berakhir dengan imbang tanpa gol. Dalam adu tos-tosan, semua penendang Paraguay menjalankan tugasnya dengan baik, sedangkan tendangan Lucena dari pihak Venezuela berhasil diblok oleh Justo Villar. Skor akhir adalah 5-3.
Paraguay kemudian bertemu Uruguay pada babak final. Sayangnya, keberuntungan mereka berhenti sampai disini. Dengan duet Luis Suarez dan Diego Forlan, mereka mengacak pertahanan Paraguay. Lini belakang yang sepanjang fase gugur tampil cukup solid kini tidak berdaya menerima gempuran La Celeste. Kelelahan mungkin menjadi faktor yang membuat Paraguay kalah mengingat mereka selalu bermain 120 menit. Tercatat, Paraguay bermain 510 menit dan hanya unggul 52 menit saja. Selain itu, Paraguay juga tidak didampingi oleh Martino pada laga final karena dihukum tidak boleh menemani timnya dari pinggir lapangan.
“Uruguay punya peenyerang yang lebih bagus yang kemudian menjadi pembeda hasil pertandingan. Uruguay begitu dominan. Meski kami bemain lebih menyerang pada babak kedua, tapi kami tetap merasa kalau Uruguay yang mengontrol jalannya pertandingan,” kata Martino setelah pertandingan berakhir.
Laga final tersebut menjadi kali terakhir Tata, panggilan akrab Martino menangani Paraguay. Ia kemudian tidak memperpanjang kontraknya dan kembali ke Argentina untuk melatih Newell’s Old Boys. Dua tahun kemudian ia diangkat menjadi pelatih baru Barcelona menggantikan Tito Vilanova yang meninggal dunia.
Meski gagal menjadi juara, namun kesuksesan melangkah ke final Copa America 2011 menunjukkan sepakbola Paraguay mengalami kemajuan. Setahun sebelumnya, mereka untuk pertama kalinya melangkah ke perempat final Piala Dunia dii Afrika Selatan. Selain itu, final 2011 menjadi final pertama Paraguay di Copa America sejak 1979.
Pada turnamen Copa America 2019, Paraguay kembali lolos ke babak gugur dengan modal nol kemenangan. Sayangnya, langkah mereka langsung terhenti oleh Brasil yang mengalahkan mereka melalui drama adu penalti.