Tidur Panjang TSV 1860 Munich

Bayern Munich adalah kesebelasan yang identik dengan kesuksesan dan gelar juara. Sebanyak 27 gelar Bundesliga, lima gelar Liga Champions, menasbihkan Bayern Munich sebagai salah satu klub tersukses baik di Jerman maupun di Eropa. Padahal, klub Munich pertama yang menjuarai Bundesliga bukanlah Bayern, melainkan Turn- und Sportverein München von 1860 atau TSV 1860 Munich.

Meskipun bertetangga, dan bahkan seringklai berbagi kandang, keadaan kedua kesebelasan tersebut kini sangatlah timpang. Ketika Bayern Munich kini mengejar gelar ke-28 mereka, TSV 1860 Munich, kini terjembab di Regionalliga Bayern, atau divisi keempat sepakbola Jerman. Bahkan kini mereka mesti bersusah payah untuk kembali ke divisi ketiga atau 3.Liga.

Kesulitan Finansial dan Manajemen yang Buruk

Apa yang dialami TSV 1860 Munich adalah buntut dari kesulitan finansial mereka alami sejak empat dekade silam. Akibat kesulitan finansial itulah TSV 1860 juga menjadi tim “yo-yo” dari Bundesliga ke 2.Bundesliga.

Manajemen yang buruk pun jadi alasan lain kenapa TSV 1860 Munich terpuruk. Kebijakan yang diambil malah berujung pada kerugian buat klub. Salah satunya adalah memindahkan kandang ke Allianz Arena.

Saat rencana pembangunan Allianz Arena dibuat pada 2001, baik Bayern maupun TSV yang bermarkas di Olympiastadion, sama-sama ingin pindah. Hal ini bukannya tanpa alasan kenapa TSV juga berani pindah ke Allianz. Mereka selama delapan musim mampu bertahan di Bundesliga dengan konsisten di 10 besar. Bahkan, pada musim 1999/2000, di bawah Presiden klub, Karl-Heinz Wildmoser, dan pelatih Werner Lorant, mereka merangsek ke peringkat empat klasemen akhir. Mereka bahkan dapat tiket ke Liga Champions.

Pada musim 2001/2002, TSV mendepak Lorant usai dibantai Bayern Munich 5-1. Namun, keputusan tersebut justru membawa TSV mengalami penurunan performa. Puncaknya, mereka terdegradasi pada musim 2003/2004 usai menempati peringkat ke-17.

Saat Allianz rampung pada musim 2006/2007, TSV 1860 memutuskan tetap berkandang di sana meski berada di Bundesliga.2. Penyesuaian pun dilakukan dengan pergantian warna. Allianz Arena berwarna merah saat Bayern main, dan berwarna biru saat TSV yang bertanding.

Berawal dari Allianz Arena

Penggunaan Allianz Arena oleh TSV 1860 menjadi awal semakin terpersoknya mereka. Ini diawali dengan pengumuman hasil investigasi pada 10 Maret 2004. Presiden Wildmoser dan anaknya dituduh terlibat kasus korupsi dalam pemilihan kontraktor untuk pembangunan Allianz Arena. Proyek senilai 280 Juta Euro itu dimenangkan oleh kontraktor asal Austria dengan memberi bagian Wildmoser Sr. Dan Wildmoser Jr. sebesar 2,8 Juta Euro atau 1 persen dari nilai kontrak tersebut. Dengan adanya kasus tersebut, karir Wildmoser Sr. Sebagai Presiden Klub selesai dan digantikan oleh Rainer Beeck.

Masalah atas penggunaan Allianz Arena pun berlanjut. Pada awal musim 2006/2007, TSV 1860 mengalami kesulitan finansial dan nyaris turun ke Regionaliga atau divisi keempat. Beruntung saat itu Bayern Munich membeli 50% kepemilikan TSV 1860 Munich atas Allianz Arena sebesar 11 Juta Euro. Hal ini  sedikit memberikan ruang bagi keuangan TSV 1860, untuk kembali bisa berkompetisi di 2.Bundesliga.

Pada 2011 lalu, investor asal Yordania, Hasan Abdullah Ismaik, membeli 60% saham di klub melalui 1860 GmbH & Co. KGaA. Namun karena kebijakan sepakbola Jerman yang mengharuskan para investor membeli maksimal 49% saham klub, membuat Ismaik kemudian mengurangi bagiannya. nNilai saham yang dibeli Ismaik sendiri senilai 18 juta Euro.

Kedatangan Ismaik sempat memberikan secercah harapan bagi TSV 1860. Pemain-pemain dengan kualitas mumpuni didatangkan. Bukan hanya pemain, di balik layar, Ismaik mendatangkan sosok Ian Ayre, mantan CEO Liverpool sebagai direktur utama klub. Vítor Pereira yang kala itu sukses membawa Porto dan Olimpiakos menjadi juara di kompetisi domestik, didaulat sebagai manajer tim pada 2017 lalu, dengan harapan membawa klub promosi ke Bundesliga 1.

Namun yang terjadi justru sebaliknya. Vítor Pereira gagal dan membuat TSV 1860 Munich menghadapi play off degradasi. Saat playoff, TSV 1860 lebih diunggulkan dibanding SSV Jahn, apalagi setelah meraih hasil imbang 1-1 dalam pertandingan tandang. Bertanding di second leg di Allianz Arena, SSV Jahn tampil luar biasa. Mereka unggul 2-0 dari TSV 1860 pada babak pertama. TSV 1860 gagal membalikkan keadaaan, dan membuat mereka degradasi ke 3.Liga.

Hidup Setelah Degradasi

Setelah degradasi ke divisi 3, TSV 1860 bahkan harus terusir dari Allianz Arena. Hal ini dilakukan karena melihat angka suporter yang datang ke Allianz Arena ketika TSV 1860 bertanding, tidak terlalu banyak. Bahkan tidak sampai separuh dari kapasitas stadion. Selain itu keuangan TSV 1860 yang belum membaik membuat pihak pengelola stadion dan Bayern Munich, memutuskan mengakhiri kontrak TSV 1860 Munich di Allianz Arena.

Masalah keuangan kembali menggergoti TSV 1860, sebelum 3Liga bergulir. TSV 1860 dihadapkan dengan tagihan utang sebesar lima juta Euro. Tagihan ini selain mengancam kelangsungan TSV 1860 di 3.Liga, sekaligus mengancam status klub profesional milik TSV 1860.

Ismaik yang kala itu diminta jajaran direksi untuk meminjamkan 5 juta Euro, memilih untuk angkat tangan, dan tidak memberikan pinjaman. Akhirnya TSV 1860 dicabut statusnya sebagai klub profesional dan berkompetisi di divisi 4 atau Regionaliga. Kini TSV 1860 bahkan turun statusnya menjadi tim Semi-Professional.

TSV 1860 kini berkandang di Grünwalder Stadium. Mereka kini mengincar promosi ke 3.Liga, sekaligus mengembalikan pamor mereka sebagai klub professional di Jerman. Hingga pekan ke-27 mereka memuncaki klasemen Regionaliga Bayern dengan 61 poin.

Sebagai klub bersejarah, TSV 1860 sangat tidak pantas berkompetisi di level semi-pro. Suporter TSV 1860 kini sangat menantikan promosi ke divisi tertinggi Jerman sekaligus pertandingan derby dengan Bayern Munich. Namun di Regionaliga Bayern sendiri, ada tim Bayern Munich II, yang setidaknya tetap akan menjadi derby bukan?.