Trevoh Calobah, dari Sierra Leone ke London Selatan

Nama Trevoh Calobah memang belum rutin didengar para penggemar Chelsea sebagai pemain utama. Namanya lebih sering menghiasi daftar pemain yang dipinjamkan. Namun, berita soalnya sempat naik karena diketahui fakta bahwa dirinya dulu bekerja sebagai foto model.

Setelah menghabiskan tiga musim dipinjamkan, Trevoh akhirnya mendapatkan kesempatan main di tim utama pada musim ini. Kariernya terbilang mulus dan bahkan menjadi man of the match dalam pertandingan Piala Super Eropa menghadapi Villareal di awal musim ini. Ia pun mencetak gol dalam debutnya di Premier League menghadapi Crystal Palace.

Pelatih Chelsea, Thomas Tuchel, mengakui kalau mantan anggota timnas U-21 Inggris tersebut main bagus di pramusim.

“Dia main bagus menghadapi Bournemouth, Arsenal, dan Tottenham. Kami ingin pria di atas lapangan yang bisa main selama 90 menit. Dia adalah salah satu yang pertama di tempat latihan, kuat secara fisik, dan mau main.”

Nama Trevoh kemudian naik saat wajahnya muncul dalam iklan perusahaan kulit Italia, Valore London. Ia pun dijuluki sebagai “Ikon Masa Depan Britania” dalam sesi foto tersebut.

Ada satu hal unik dari Trevoh, yakni nama belakangnya yang mirip dengan mantan pemain Chelsea lainnya, Nathaniel. Lantas, bagaimana cerita keduanya?

Dari Sierra Leone ke London Selatan

Trevoh lahir di Sierra Leone pada 1999. Keluarganya pindah ke Lambeth, London Selatan saat usianya enam tahun. Di usia yang masih muda ia mulai terpikat dengan sepakbola dan bermain bersama kakaknya, Nathaniel.

Di usia delapan tahun, Trevoh bergabung dengan kakaknya di Cobham, tempat latihan Chelsea, dan berusaha untuk segera naik tingkat. Pada 2018, ia menandatangani kontrak profesionalnya.

Bermain di bek kanan ataupun bek tengah, dia memenangi UEFA Youth League dan FA Youth Cup bersama Chelsea. Salah satu rekan setimnya adalah Mason Mount yang kini sudah menjadi pemain reguler di tim utama.

Di level timnas, Trevoh juga main buat Inggris U-16 sampai U-21. Ia merupakan bagian dari tim Inggris U-19 yang menjuarai Piala Eropa pada 2017.

Meski punya seabreg prestasi, tapi Trevoh harus menjalani rutinitas pemain muda, yakni dipinjamkan. Tujuannya adalah agar ia mendapatkan menit bermain di level senior.

Ia pertama kali dipinjamkan ke Ipswich Town pada musim 2018/2019. Ia main reguler  sebanyak 44 kali meski gagal membawa Ipswich bertahan di Divisi Championship.

Musim selanjutnya, ia dipinjamkan ke Huddersfield Town. Di sana, ia mendapatkan perhatian dari sang manajer, Danny Cowley, yang menyebutnya akan menjadi pemain top di masa depan. Soalnya, Cowley menilai kalau Trevoh adalah pemain yang mau belajar.

Musim lalu, Trevoh dipinjamkan ke tim Ligue 1, Lorient, yang menjadi ujian terakhir sebelum ia masuk tim utama Chelsea. Selain belajar beradaptasi dengan liga dan negara yang baru, Trevoh juga diharapkan bisa bermain di level yang lebih tinggi.

Perubahan langsung terlihat. Tubuhnya kian kekar karena selalu menambah sesi latihan di gym.

Bersama Lorient, sejumlah momen ia alami, termasuk menyelamatkan klubnya itu dari jerat degradasi lewat gol semata wayangnya. Ia juga berhasil menang 3-2 dari PSG yang diisi para superstar.

“Berada dalam lapangan yang sama dengan Angel Di Maria, Neymar, Kylian Mbappe. Aku telah melihat tim ini bermain di Liga Champions. Bisa mengalahkan mereka sungguh luar biasa,” kata Trevoh.

“Neymar bermain sebagai pemain No.10, aku harus sering menjaganya. Bahkan saat aku menekelnya, perasaanku seperti: ‘ Wow, aku menekel Neymar.”

Motivasi dari Sturridge

Saat main di timnas junior Inggris, Trevoh dan teman-temannya mendapatkan motivasi dari Daniel Sturridge, yang juga pernah bermain di Chelsea. Tidak disangka, motivasi dan saran tersebut menempel di kepala Trevoh. Satu yang utama adalah bahwa fokus utamanya seharusnya adalah sepakbola.

Sturridge juga mengatakan betapa pentingnya tidur buat pesepakbola. Ketimbang berpesta dan hal penting lainnya, Sturridge menganjurkan para pesepakbola punya kekuatan untuk bilang “tidak”.

“Sepakbola harus jadi yang utama saat ini. Itulah dia, dia ingin membantu kami agar tak seperti pemain lain. Aku selalu menjaganya di kepalaku, dari Chelsea, ke pinjamanku di Ipswich dan Huddersfield. Ada keinginan untuk keluar, tapi Anda harus punya kekuatan untuk menjauhinya,” ucap Trevoh.

Tidur memberikan tubuh waktu beristirahat. Ini diperlukan agar pesepakbola mendapatkan energi dan siap bermain buat pertandingan. Trevoh menyebut kalau dirinya juga manusia biasa yang perlu waktu bersantai, tapi hanya dilakukan di waktu yang tepat.

“Aku suka makan di luar, klabing beberapa kali, nonton di bioskop, tapi hanya di momen yang tepat,” tutur Trevoh.

Masa Depan Belum Jelas

Sayangnya Trevoh harus bersaing dengan nama-nama top di lini pertahanan Chelsea. Sebut saja Antonio Rudiger, Thiago Silva, Andreas Christense, sampai Kurt Zouma, akan membuatnya sulit untuk mendapatkan panggilan bertanding. Di pos bek kanan juga sama. Ada Cesar Azpilicueta dan Reece James yang menjadi andalan musim lalu.

Meski demikian, hingga pekan kelima Premier League, Trevoh sudah tiga kali dimainkan dengan dua di antaranya bermain penuh 90 menit. Uniknya, alih-alih diturunkan sebagai wingback kanan, Trevoh justru diturunkan sebagai bek tengah dalam formasi tiga bek.

Menarik untuk melihat bagaimana masa depan Trevoh di Chelsea. Apakah ia akan kembali dipinjamkan di tengah musim, atau akan menjadi sakit kepala yang enak buat Tuchel.

Sumber: The Sun