Kepindahan Zlatan Ibrahimovic dari Inter Milan ke Barcelona dianggap terlalu cepat. Pasalnya, di musim ia pindah, di musim itu pula Inter meraih treble dengan memenangi Serie A, Coppa Italia, dan Liga Champions. Di sisi lain, seperti ada banyak penurunan ketika Zlatan pindah ke Barcelona.
Meskipun demikian, tak ada yang bisa meramal masa depan. Kecuali anak indigo di Twitter, tentu saja. Termasuk Zlatan.
Setiap pesepakbola tentu menginginkan karier yang terus menanjak. Zlatan sudah melalui tangga yang tepat: dari Malmo ke Ajax, lalu ditransfer ke Juventus, dan Inter Milan. Kini, ia ingin bergabung dengan tim terkuat di dunia saat itu, Barcelona.
Kepindahan Zlatan ke Barcelona sejatinya tidak direncanakan sejak jauh-jauh hari. Bagaimana tidak? Kehidupannya di Inter baik-baik saja. Hubungannya dengan sang pelatih pun harmonis. Zlatan pun menjadi tumpuan Jose Mourinho di lini serang Inter. Perannya hampir tak tergantikan.
Besarnya peran Zlatan membuat tak sedikit klub yang ragu untuk menawarnya. Termasuk Barcelona.
Pemicunya adalah Los Galacticos jilid dua. Kala itu, Real Madrid membeli Kaka dengan nilai 65 juta euro. Lalu, Cristiano Ronaldo dibeli seharga 100 juta euro dari Manchester United. Memang tak ada hubungannya secara langsung dengan Zlatan, tapi ini berhubungan erat dengan rival AC Milan juga Real Madrid.
Klub Zlatan saat itu adalah Inter Milan yang merupakan rival AC Milan, sementara Barcelona adalah rival abadi Real Madrid. Pergerakan transfer yang dibuat Madrid bikin Barcelona tergoda untuk bersaing. Pun dengan Inter yang merasa AC Milan jemawa karena menjual Kaka sebegitu mahalnya.
Di situasi seperti ini, Zlatan meminta Massimo Moratti untuk tak apa menolak tawaran Arsenal dan Manchester United. Namun, satu pesannya: kalau Barcelona yang datang, jangan ditolak!
Sialnya, permintaan Zlatan ini tak dipedulikan Moratti. Suatu ketika, setelah Maxwell resmi berseragam Barcelona, Joan Laporta dikabarkan terbang ke Milan dengan pesawat pribadinya untuk bertemu dengan Moratti dan Direktur Olahraga Inter, Marco Branca. Sayangnya, niat Laporta langsung ditolak Moratti. Dengan tegas, Moratti menegaskan kalau Zlatan tak dijual.
Hal ini bikin Zlatan menggila. Pun dengan agennya, Mino Raiola. Sang agen yang dikenal handal bernegosiasi, bahkan tak bisa membantu.
“Barca berminat, tapi mereka tak bisa mengeluarkanmu dari situ,” kata Raiola dikutip dari otobiografi Zlatan, Aku Zlatan.
Inter sendiri bukannya tanpa perjuangan menahan Zlatan. Mereka siap memberikan kostum nomor 10 buat musim depan. Nomor punggung ini sama dengan yang dipakai Ronaldo ketika ia di Inter.
Sampai akhirnya, ada kabar kalau Joan Laporta dan Direktur Olahraga Barcelona, Txiki Begiristain, terbang naik pesawat pribadi. Tujuannya bukan Milan, tapi Ukraina. Santer terdengar kalau mereka berencana membeli pemain kunci Shaktar Donetsk, Dmytro Chygrynskiy, yang tampil apik dengan menjuarai Piala UEFA musim sebelumnya.
Untungnya, Zlatan diageni oleh Raiola yang langsung membikin strategi. Apalagi Raiola baru saja bertemu dengan Moratti. Tanpa sepengetahuan Presiden Inter tersebut, Raiola menelepon Txiki saat dalam perjalanan pulang ke Barcelona. Raiola meminta mereka mendarat di Milan.
Saat menuju Milan, baru Raiola mengabari Moratti kalau Presiden Barcelona sedang dalam perjalanan ke sana. Terkejut, karena mendapatkan kabar yang tiba-tiba, Moratti pun mengizinkan mereka untuk bertemu, dan tentu saja mereka membicarakan soal kepindahan Zlatan Ibrahimovic.
Saat pertemuan ini, Zlatan tahu kalau hasilnya ada dua pilihan: ia berkostum Barcelona, atau Raiola bikin masalah tambah runyam.
Zlatan tahu kapan pertemuan itu dimulai. Ia membayangkan pertemuannya akan berlangsung selama berjam-jam dengan negosiasi alot. Namun, baru 25 menit, Raiola langsung mengontaknya. Zlatan langsung berpikiran negatif, takutnya, Moratti mengusir Presiden Barcelona ini.
“Sudah beres,” kata Raiola.
Zlatan yang kebingungan perlu orang untuk diajak bicara. Kebetulan, di lorong ada Patrick Vieira. Ketika diberitahu soal ini, Vieira pun tak percaya. Soalnya, harga Zlatan kelewat mahal, sehingga sulit membayangkannya dijual ke klub lain.
Sampai akhirnya, Raiola menjelaskan semuanya. Ia menceritakan kalau Moratti tak seperti yang dibayangkan, karena mereka bersikap kooperatif. Namun, Moratti memberikan satu syarat yang ada hubungannya dengan narasi di awal tulisan ini. Moratti ingin membuat AC Milan malu dan menjual Zlatan ke Barcelona lebih mahal daripada harga Kaka ke Real Madrid.
Laporta tak mau ambil pusing. Barcelona membayar 46 juta euro ditambah dengan Samuel Eto’o. Kalau dijumlahkan, nilai transfer Zlatan mencapai 66 juta euro, karena Eto’o dihargai 20 juta euro. Sementara itu, nilai transfer Kaka ke Madrid hanya 65 juta euro, atau satu juta euro lebih rendah dari transfer Zlatan.
Hasilnya adalah win-win solution. Barca bersaing dengan Madrid yang tengah membangun Galacticos, di sisi lain, Inter juga unggul karena menjual Zlatan lebih mahal dari Kaka. Sementara itu, Zlatan melanjutkan kisahnya dengan bermain untuk Barcelona, yang di kemudian hari ia akan bertemu dengan Pep Guardiola serta Lionel Messi.