Tur Perpisahan ala Alessandro Diamanti

Foto: Corriere Dello Sport

Untuk kedua kalinya dalam sembilan tahun, Alessandro ‘Alano’ Diamanti siap meninggalkan Armando Picchi. Laporan yang beredar hingga 23 Juni 2019 sebenarnya saling berlawanan antara satu dengan lainnya. Menurut Planet Serie-B, Diamanti akan dipertahankan Livorno untuk musim 2019/2020. Tapi tiga hari setelah laporan itu terbit, Stadio News mengatakan Diamanti tidak akan memperpanjang kontraknya bersama Gli Amaranto.

Entah laporan mana yang benar. Namun jika melihat perjalanan karier Diamanti, peluang Alano pergi lebih besar dibanding bertahan. Apalagi Livorno mengakhiri musim 2018/2019 di papan bawah Serie-B. Sejak 2014, dirinya juga tidak bertahan lebih dari satu musim di kesebelasan yang sama.

Guangzhou Evergrande, Fiorentina, Watford, Atalanta, Palermo, Perugia, semuanya dibela Diamanti dalam selang waktu lima tahun. Bagi sebagian orang, Diamanti mungkin tak lebih dari seorang gelandang eksentrik yang gagal memenuhi ekspektasi. Oleh karena itulah dia selalu berpindah-pindah klub. Namun kenyataannya, itu sudah seperti filosofi karier Alano.

Sebelum ia meninggalkan Bologna untuk menyusul Marcello Lippi di Tiongkok, dirinya juga dapat tawaran Inter dan AC Milan. Namun dirinya memilih Lippi ketimbang ke Kota Milan. “Banyak tawaran yang datang sebelum saya ke sini [Tiongkok]. Lippi sangat menginginkan saya. Jelas saya menjadi prioritas di sini,” kata Diamanti.

Foto: ABC Australia

Sudah di Tiongkok, Diamanti punya kesempatan untuk membela Juventus. Tapi dia lebih memilih Fiorentina. Mengikuti saran istrinya, Silvia Hsieh. Lippi sangat senang melihat Dimanti di Tiongkok, ia bahkan menyarankan Cesare Prandelli untuk membawa Alano ke Piala Dunia 2014. “Saya tidak tahu apa keputusan Prandelli. Tapi jika saya masih melatih Azzurri, Diamanti pasti saya berikan tempat di Brasil,” kata Lippi.

Selalu berpindah klub, Diamanti kelihatan seperti pemain yang tidak mengenal loyalitas. Kelihatannya, padahal Alano dapat dikatakan salah satu pemain paling setia di Italia.

Dari semua kesebelasan yang ia bela, tidak ada satupun yang merupakan rival abadi. Ia tak pindah haluan dari Inter ke AC Milan seperti banyak pemain lain. Atau menukar Napoli dengan Juventus seperti Maurizio Sarri. Diamanti selalu menjaga hubungannya dengan tim yang pernah ia bela. Juga dengan suporter mereka.

Oleh karena itulah dirinya dikenang sebagai pahlawan oleh pendukung Bologna, West Ham United, Livorno, dan AC Prato. Kesebelasan-kesebelasan yang dia bela selama tiga musim atau lebih. Bahkan ketika dilepas Guangzhou Evergrande, ia masih berharap bisa kembali ke Bologna. “Cerita saya di Bologna belum selesai. Suatu saat nanti saya akan kembali ke sana,” kata Diamanti.

Penyelamat Livorno

Foto: Gianluca Di Marzio

Ia menghabiskan masa-masanya sebagai pengangguran dengan berlatih di AC Prato dan ini mungkin jadi awal dari keinginannya melakukan tur perpisahan. Pasalnya, saat itu GOAL juga mengatakan bahwa Diamanti tidak menutup peluang kembali ke Prato.

Tur perpisahan Diamanti dimulai dengan membela Livorno. Gli Amaranto sebenarnya sudah ingin memulangkan Alano sejak 2017. Namun karena mereka masih bermain di Serie C, Diamanti memilih Perugia sebagai tempat transit.

Livorno promosi dari Serie C sebagai juara Grup A. Menunjuk mantan pemain mereka, Cristiano Lucarelli sebagai kepala pelatih dan memulangkan Franco Ceravolo untuk mengisi pos direktur olahraga. Ceravolo adalah sosok yang berhasil membentuk tim terbaik Livorno dengan kombinasi Diamanti dan Francesco Tavano di lini depan. Kepulangan Diamanti pun ditunggu oleh Lucarelli.

“Semua orang tahu Diamanti adalah pemain hebat. Dia akan sangat berguna bagi kami,” kata Lucarelli. “Saya bukanlah orang yang cepat puas. Saya selalu berusaha untuk jadi lebih baik lagi. Livorno adalah tempat familiar bagi saya. Saya tahu kota ini dan apa yang mereka harapkan,” aku Diamanti setelah dikontrak Gli Amaranto untuk kedua kalinya.

Diamanti gagal menyelematkan posisi Lucarelli yang ditendang dari Armando Picchi pada November 2018. Namun dirinya bisa mempertahankan posisi Livorno di Serie-B dengan berkontribusi dalam 18 gol Gli Amaranto.

Tanpa kontribusi Diamanti, Livorno akan kehilangan 13 poin di klasemen akhir Serie-B 2018/2019. Mereka akan hanya mengumpulkan 26 poin dari 36 laga. Mungkin jadi juru kunci liga dan turun lagi ke Serie C.

Siap Menggelar Tur di Serie-A

Foto: Forza Italian Football

Bertahan atau tidak, tugas Diamanti sudah selesai di Livorno. Ia memperkuat statusnya sebagai pahlawan di Armando Picchi. Diamanti sebenarnya sempat dirumorkan menarik minat kesebelasan Major League Soccer (MLS). Namun melihat apa yang ia lakukan di Livorno, mungkin dirinya akan melanjutkan tur perpisahan.

Entah ke mana. Bologna mungkin? Diamanti memang sudah tidak muda lagi. Pada 2 Mei 2019, usianya akan resmi 37 tahun. Tapi I Rossoblu adalah satu kesebelasan yang sangat ingin dibelanya kembali. Soal kemampuan, Roberto Breda selaku nakhoda Livorno masih melihat kelas Serie-A dalam diri Alano.

“Dia jelas ada di level yang berbeda dengan pemain-pemain Serie-B,” kata Breda. “Dirinya seperti seorang penyihir. Jelas dia seharusnya bermain di Serie-A bersama salah satu tim terbaik di sana,” lanjutnya.

Diamanti sudah menolak Juventus, Inter, dan AC Milan dalam kariernya. Hanya Bologna yang paling mungkin belanya. I Rossoblu mungkin bukanlah ‘salah satu tim terbaik’ yang dimaksud Breda. Tapi Diamanti pasti punya opini berbeda.