AS Monaco Sebagai Penampung Kiper yang Kalah di Final Piala Dunia

Tak lengkap rasanya kalau Piala Dunia berlalu tanpa diiringi dengan mitos-mitos yang terkesan di luar nalar, tapi selalu menarik untuk diperbincangkan. Salah satunya soal kiper yang pernah memperkuat AS Monaco, di mana mereka selalu kebobolan dan membuat negaranya kalah di final Piala Dunia.

Fabien Barthez di Piala Dunia 2006

Semuanya bermula di Piala Dunia 2006 ketika Fabien Barthez mengawal gawang timnas Prancis. Ketika itu, Barthez sudah memperkuat Marseille usai pindah dari Manchester United.

Kiper kelahiran 28 Juni 1971 ini memang sering bikin jantung berdebar. Di satu pertandingan dia bisa bermain amat bagus, tapi di pertandingan lain justru membikin blunder. Barthez sendiri pernah memperkuat AS Monaco pada periode 1995-2000.

Barthez sudah dipanggil timnas Prancis pada 26 Mei 1994 ketika masih memperkuat Marseille. Akan tetapi ia gagal jadi kiper utama di Piala Eropa 1996 karena terbukti positif mengonsumsi ganja. Namun, penampilan bagusnya membuat dia tetap menjadi kiper utama timnas Prancis, termasuk pada Piala Dunia 1998. Ia menjadi sosok tangguh di bawah mistar yang membawa Les Blues meraih gelar juara untuk pertama kalinya.

Di Piala Dunia 2002 dan Piala Eropa 2004, Barthez tetap dipercaya di bawah mistar. Pun di Piala Dunia 2006 saat Prancis kembali lolos ke babak final. Publik sempat terkejut mengapa Barthez yang dipilih sebagai kiper utama dan bukan Gregory Coupet. Keputusan ini pun terus berlanjut hingga pertandingan final.

Barthez sempat kebobolan lewat Matteo Materazzi usai Zinedine Zidane mencetak gol pertama Prancis lewat tendangn penalti pada menit ketujuh. Namun, setelahnya, Barthez tetap membuat gawangnya aman hingga adu tendangan penalti. Ia bahkan menjadi kapten setelah Zidane diusir wasit.

Sayangnya, dari lima penendang Italia, Barthez tak mampu menahan satupun. Di sisi lain, tendangan Trezeguet yang membentur mistar memastikan Prancis pulang dengan tangan hampa dan Barthez mengakhiri karier internasionalnya dengan hasil yang kurang menyenangkan.

Marten Stekelenburg di Piala Dunia 2010

Di Piala Dunia 2010, Belanda sejatinya ingin meraih trofi Piala Dunia pertama mereka. Skuat yang dimanajeri Bert van Marwijk ini pun membawa para pemain terbaik yang tengah bersinar. Sebut saja John Heitinga, Giovanni van Bronckhorst, Arjen Robben, Welsey Sneijder, Dirk Kuyt, hingga Robin van Persie.

Perjalanan Belanda pun terbilang mulus di Piala Dunia 2010. Di babak grup, Belanda mengalahkan tiga pesaing lainnya yakni Denmark 2-0, Jepang 1-0, dan Kamerun 2-1. Di babak 16 besar, Belanda mengalahkan Slovakia. Tantangan terbesar Der Oranje hadir di babak perempatfinal karena mesti menghadapi Brasil. Untungnya, Belanda berhasil lolos dari lubang jarum setelah menang 2-1 lewat dwigol Sneijder.

Di final, Belanda mesti menghadapi Spanyol yang sedang bagus-bagusnya. Diramu oleh Vicente Del Bosque, Spanyol tampil begitu kuat di lini tengah yang dihuni Xabi Alonso, Xavi Hernandez, Sergio Busquets, dan Andres Iniesta. Belanda pun berhasil menahan imbang Spanyol tanpa gol hingga babak perpanjangan waktu, sampai tendangan Iniesta mengoyak gawang Marteen Stekelenburg.

Stekelenburg sendiri saat itu belum pernah bermain untuk AS Monaco. Ia baru bermain untuk kesebelasan Ligue 1 tersebut saat dipinjamkan dari Fulham pada musim 2014/2015. Meski gagal di Piala Dunia 2010, karier Stekelenburg masih terus menanjak dengan bergabung bersama Everton pada 2016 hingga saat ini.

Sergio Romero di Piala Dunia 2014

Piala Dunia 2014 disebut-sebut sebagai pembuktian terakhir Lionel Messi untuk negaranya, Argentina. Harapan membumbung tinggi karena Messi didukung para pemain kelas atas lainnya, juga berpengalaman di timnas.

Salah satunya Sergio Romero yang kala itu tengah menjalani masa pinjaman di AS Monaco. Romero sendiri bermain untuk Sampdoria, yang diakhir musim direkrut Manchester United.

Penampilan Romero sebenarnya cukup bagus terutama di babak 16 besar. Ketika melawan Swiss dan Belgia, gawang Romero tak kebobolan. Ini penting karena Argentina irit dalam mencetak gol. Sehingga peran Romero amat besar agar gawang mereka tak kebobolan dan fokus berubah.

Tantangan terbesar Romero adalah ketika mencapai babak adu penalti di babak semifinal menghadapi Belanda. Soalnya Belanda tampil hebat saat melalui adu penalti di babak perempatfinal menghadapi Kosta Rika. Benar saja, sebanyak dua tendangan Belanda gagal menjadi gol, dan di akhir pertandingan Romero didapuk menjadi pemain terbaik.

Di pertandingan final, Romero berhasil membuat gawangnya tak kebobolan hingga waktu normal pertandingan berakhir. Akan tetapi, seperti halnya Stekelenburg, Romero kebobolan di perpanjangan waktu lewat gol Mario Goetze.

Danijel Subasic di Piala Dunia 2018

Subasic bermain untuk AS Monaco sejak 2012. Ia menjadi kiper utama pada musim 2012/2013. Sebelumnya, ia bermain untuk Hajduk Split di Kroasia.

Di Piala Dunia 2018, tidak ada yang menyangka kalau Kroasia bisa lolos sejauh ini hingga babak final. Soalnya, masih banyak negara lain yang diunggulkan untuk bisa mengangkat trofi Piala Dunia.

Subasic bermain gemilang dengan hanya kebobolan satu gol di babak grup. Namun, sejak babak 16 besar, gawangnya selalu kebobolan yang membuat Kroasia mesti melanjutkan ke babak perpanjangan waktu di babak knock out.

Di final, banyak yang berharap Kroasia mencatatkan sejarah dengan menjuarai Piala Dunia. Sayangnya, mereka tak bisa menuntaskan harapan tersebut. Subasic bahkan kebobolan empat gol! Prancis pun menang dengan skor 4-2, dan AS Monaco akan selalu dikenang sebagai klubnya para (calon) kiper yang kalah di final Piala Dunia.