Vugar Huseynzade, dari Football Manager ke Dunia Nyata

Sepakbola saat ini kian lekat dengan yang namanya statistik. Angka-angka yang membingungkan kini sudah bisa dibaca banyak orang. Lewat konteks yang tepat, angka yang rumit menjadi sebuah pengetahuan baru yang menarik untuk dikembangkan.

Angka-angka ini pula yang menghiasi layar para pemain gim simulasi manajer virtual, Football Manager. Sebelum menghadirkan simulasi pertandingan, gim Football Manager hanya bergantung pada angka-angka yang tersaji, serta bulatan-bulatan yang bergerak seolah tengah bermain bola.

Usai simulasi pertandingan berakhir, di sinilah segalanya dimulai. Evaluasi atas pertandingan bisa dibaca dari statistik yang ada. Tak sedikit yang tak peduli, tapi banyak yang mengamati. Ini yang bikin secara teknis, sepakbola sebenarnya amat bisa diperhitungkan lewat deretan peluang.

Hal ini yang dimaksimalkan Vugar Huseynzade. Ia mendapatkan pekerjaan yang bagaikan dalam dunia dongeng: menjadi manajer sepakbola betulan.

Huseyn sudah bermain Football Manager sejak usianya masih amat muda. Bisa dibilang, “kariernya” hampir selalu lancar dalam kapasitasnya sebagai manajer virtual. Ia pun selalu bermimpi untuk bisa berkarier di dunia sepakbola. Namun, ia melihatnya sebagai sesuatu yang terlalu jauh untuk digapai.

Sebagai Manajer Umum di Baku

Sampai akhirnya ia diberikan kontrak selama dua tahun untuk FC Baku pada 2012 silam. Banyak media yang salah dengan melabelinya sebagai pelatih tim utama atau pelatih tim cadangan. Sebenarnya, jabatan yang diberikan kepadanya adalah Manajer Umum.

Huseyn menjelaskan bahwa struktur klub di Azerbaijan cukup mirip dengan di Italia. Setiap klub biasanya punya Manajer Umum yang tugasnya mengurusi transfer pemain, merencanakan anggaran, dan segala hal di luar yang dilakukan oleh pelatih kepala.

“Ini seperti seorang manajer di klub Premier League Inggris, di luar melatih dan memilih skuat buat pertandingan,” jelas Huseyn kepada Trevor Murray dari These Football Times.

Hal ini yang seringkali menjadi masalah karena orang-orang menyangka Huseyn juga turut melatih. Padahal, tidak. Ia tidak mengurusi latihan dan tak melakukan apa yang biasanya pelatih lakukan. Ia lebih punya kontrol pada sistem pemantauan pemain, transfer, membeli dan menjual pemain, sampai marketing.

“Peranku lebih ke penasihat buat pelatih kepala,” tutur Huseyn.

Huseyn mengaku kalau dirinya bangga bisa membantu apa yang sudah diraih klub. Apalagi Baku merupakan klub yang masih amat muda karena baru dibentuk pada 1997 dengan sejarah yang masih pendek.

“Aku merasa bahwa segala yang telah kami lakukan akan ditulis ke dalam sejarah klub. Ini menyenangkan, loh,” kata Huseyn.

Ketika menjabat sebagai Manajer Umum, Huseyn amatlah sibuk dengan banyak hal yang mesti ia urus. Untungnya, ia punya orang-orang yang membantunya, mulai dari pemain hingga pelatih. Hubungannya dengan pelatih pun bagus.

“Amatlah menyenangkan saat itu. Itu adalah pengalaman yang luar biasa gila yang masih kuingat,” tutur Huseyn.

Meskipun tak berurusan dengan taktik dan kepelatihan, tapi Huseyn adalah bagian integral dari FC Baku yang menempati peringkat kelima dan keenam di Azerbaijani Premier League. Ini membuat mereka mendapatkan tempat di babak kualfikasi Europa League.

Huseyn bercerita bahwa ia perlu waktu untuk menyesuaikan diri dari dunia virtual di PC-nya, dengan kehidupan pesepakbola profesional di dunia nyata. Ia pun punya sejumlah masalah pada awalnya, meski ia mengerti permainannya, paham aturannya.

Masalah terbesarnya saat itu adalah ketika ia ingin menyatukan semua orang di dalam tim. Ia ingin agar semua orang merasakan menjadi bagian di dalam tim. Semua orang merasa nyaman dan tak ada orang lain berpikir hal lain kecuali sepakbola, latihan, dan klub itu sendiri.

Menemukan Talenta Masa Depan

Hal yang paling menarik semasa di Baku adalah ketika ia bertanggung jawab untuk mengelola sistem scouting di klub, guna memasukkan pemain berkualitas bagus ke tim senior Baku. Salah satu “produk” temuannya adalah Namiq Ələsgərov.

Huseyn mencari sejumlah talenta ke sejumlah tempat termasuk Rumania, Argentina, sampai negara Balkan. Akan tetapi, berlian itu ia temukan di Azerbaijani yang membuatnya bangga hingga saat ini.

“Kami punya pemain yang aku kenalkan ke pelatih kepala, untuk memberinya kesempatan sebagai pemain berusia 18 tahun. Dia punya fisik yang bagus, dan aku tahu dia adalah bakat yang hebat. Dia bermain bersama tim A untuk beberapa pertandingan di musim pertamanya. Kini dia bermain untuk Azerbaijani lain bernama Qarabag yang punya musim yang bagus selama tiga empat tahun terakhir,” kata Huseyn.

Hal lain yang terasa begitu berbeda antara gim Football Manager dengan kehidupan nyata adalah soal jual-beli pemain. Pasalnya, di dunia nyata, mereka menggunakan uang sungguhan. Ini yang membuat tekanannya terasa begitu nyata.

Saran untuk Pemain Football Manager Lainnya

Huseyn mengaku kalau ia akan memainkan Football Manager sampai ia sangat tua. Ia pun memberikan saran buat para manajer virtual lainnya.

Yang paling utama ada bekerja keras dengan menempatkan tujuan yang realistis. Segalanya harus dilakukan secara bertahan dan jangan tergesa-gesa karena amat mudah untuk hadir dalam situasi saat kita tidak siap.

“Kalian mesti gunakan waktumu untuk belajar dan jangan pernah terburu-buru. Kesabaran adalah bagian yang amat besar dari itu. Aku pikir segalanya harus direncanakan. Kalau Anda merencanakan dengan baik, kalau Anda berpikir realistis, kalau Anda benar-benar menempatkan segalanya di depan, aku pikir Anda bisa menjadi apapun yang Anda mau,” ucap Huseyn.

Sumber:  Trevor Murray dari These Football Times.