Xabi Alonso, Real Sociedad, dan Perubahan Ekspektasi

Hampir 15 tahun meninggalkan San Sebastian untuk membela Liverpool dan jadi salah satu gelandang terbaik dunia, Xabi Alonso akhirnya pulang. Pemenang Piala Dunia 2010 tersebut kembali ke Real Sociedad sebagai kepala pelatih tim B. Ia menggantikan Aitor Zulaika yang dipecat setelah tujuh bulan menangani klub.

Kepulangan Xabi ini disambut bahagia oleh klub berjuluk La Real. “Real Sociedad berhasil mencapai kesepakatan dengan pelatih Real Madrid, Xabi Alonso, untuk menangani tim B selama dua musim. Ia pulang ke La Real untuk menggantikan Zulaika yang tak lagi terlibat dalam tim. Kami masih mencari direktur teknis untuk menemani Xabi,” tulis pihak klub.

“Masa depan adalah milik-mu dan hal tersebut akan dibagikan bersama kami. Kami sudah menunggu kedatangan-mu. Ongi etorri etxera (selamat datang kembali di rumah), lanjut mereka.

Xabi memang sudah merencanakan kepulangannya ke Real Sociedad sejak masih aktif bermain. Menjelang akhir kariernya bersama Bayern Munchen, Xabi membocorkan tiga penyesalan utama selama menjadi seorang profesional. Salah satunya adalah gagal jadi juara La Liga dengan seragam Real Sociedad (2002/2003).

“Kami hanya gagal di satu pertandingan saat itu. Kami hampir menjuarai liga,” kata Xabi mengingat kiprah La Real di 2002/2003. Ketika mereka terpaut dua poin dari Real Madrid di klasemen akhir liga. Xabi ditunggu untuk memberikan hal spesial untuk Real Sociedad. Padahal saat masih menjadi pemain, ia bukanlah sosok yang diperhitungkan.

Anak Legenda yang Diremehkan

Foto: Vavel

Anak dari legenda Real Sociedad, Periko Alonso, merupakan salah satu pemain jebolan akademi Sociedad. Diorbitkan ke tim utama oleh mantan pelatih tim nasional Spanyol, Javier Clemente di ajang Copa del Rey 1999/2000 melawan CD Logrones.

Namun, Xabi baru mendapatkan tempat tetap di tim senior semusim kemudian. Tepatnya di paruh kedua musim 2000/2001, setelah menjalani masa pinjaman bersama Eibar. Xabi enggan pindah ke Eibar, tapi saat itu ayahnya merasa Armaginak adalah opsi terbaik untuk Sang Anak.

“Saya sedang membaca koran Diario Vasco di sela-sela liburan. Tiba-tiba salah satu judul berita mereka terkait dengan diri saya. ‘Joseba Llorente dan Xabi Alonso akan dipinjamkan ke Eibar’ tulis mereka. Saat itu saya langsung tahu bahwa ini adalah ulah ayah,” aku Xabi.

Periko merupakan mantan pelatih Eibar (1995-1998) dan memiliki status legenda di Real Sociedad. Ia menjaga hubungan baik antara kedua klub. Jadi Xabi langsung tahu asal usul dari berita itu. Apalagi saat Periko masih menangani Eibar, Xabi sering diajak menyaksikan dan mengikuti sesi latihan. Diizinkan melepaskan beberapa tembakan ke penjaga gawang utama klub, Jose Garmedia.

Xabi sebenarnya tidak mendapat banyak kesempatan selama membela Eibar. Hanya main tiga kali tanpa meraih satupun kemenangan. Tetapi, sepulangnya dari Eibar, Xabi langsung menjadi bagian dari La Real. Ia bahkan pilihan utama John Toshack sejak Februari 2001. “Jika bukan karena Toshack, saya mungkin masih bermain di Spanyol. Itupun bukan di La Liga,” aku Xabi.

Anak Adopsi Liverpool

Foto: Marca

“Pelatih di sana tak mempercayai saya. Mereka tidak menganggap saya pemain potensial. Tapi Toshack berbeda dan memberikan saya kesempatan. Dia yang membentuk saya dan membuat karier seperti ini,” lanjut Xabi.

Toshack merupakan mantan penyerang Liverpool yang memenangkan delapan gelar bersama the Reds. Termasuk tiga piala Liga Inggris. Berkat dirinya Xabi Alonso berhasil menjadi sosok permanen di Anoeta. Ia bahkan dipercaya Toshack menjadi kapten tim di masa sulit La Real.

Saat itu usianya masih 20 tahun dan Real Sociedad adalah juru kunci La Liga. Perlahan, mereka naik dari zona merah. Mengakhiri musim 2000/2001 di peringkat 14 klasemen akhir.

Xabi mengarsiteki empat gol La Real di musim pertamanya tersebut. Termasuk sepak pojok yang berbuah gol bunuh diri Sergio Soriano saat bertemu dengan Espanyol. Real Sociedad mengakhiri pertandingan dengan skor 2-1. Tanpa tiga poin ini, La Real akan terdegradasi dari La Liga.

Dengan musim pertama yang mengesankan, peran Xabi di Anoeta berubah. Dari pemain yang tidak diperhitungkan jadi tulang punggung klub. “Saya menjalani debut profesional saat masih berusia 16 tahun. Saat itu saya dijaga oleh pemain berusia 15 tahun. Jadi saya tahu bahwa pemain-pemain muda ini layak diberi kesempatan. Entah itu Iker Casillas atau Xabi,” kata Toshack.

“Khusus untuk Xabi, saya membuat latihan khusus agar dirinya bisa bergerak lebih cepat. Melihat dirinya sekarang, semua waktu itu tidak terbuang sia-sia,” lanjutnya. Selalu jadi pilihan utama dalam tiga setengah tahun di Anoeta, Xabi pun hengkang ke Liverpool pada musim panas 2004. Lagi-lagi Toshack menjadi salah satu faktor penentu.

“Sudah tidak ada lagi yang perlu saya buktikan di sini [Sociedad]. Semua orang sudah tahu kualitas saya dan bagaimana tim ini terbantu karenanya,” kata Xabi.

Sisanya adalah sejarah. Xabi jadi salah satu gelandang terbaik dunia dengan raihan juara di tiga negara berbeda. Salah satu anggota generasi emas Spanyol yang menjuarai Piala Eropa dan Dunia.

Zidane dan Guardiola Versi Real Sociedad

Foto: Africa Top Sport

Diremehkan dan besar di daerah perantauan tidak membuat Xabi lupa akan rumahnya. Ia sempat mengaku ingin pulang ke Real Sociedad sebagai pelatih. “Jika saya menjadi pelatih, saya akan kembali ke sana [Real Sociedad]. Memberikan yang terbaik seperti saat masih bermain,” janjinya.

Janji itu akhirnya ditepati Xabi setelah satu tahun belajar di Real Madrid U13. Menurut Sport, Real Sociedad siap memberi Xabi tempat utama di La Real apabila dirinya dapat membuktikan diri bersama tim B.

Tapi kini kondisinya berbeda. Xabi bukan lagi kejutan. Ia adalah sosok dengan nama dan ekspektasi besar. Apalagi setelah melihat kesuksesan Pep Guardiola dan Zinedine Zidane.

Bedasarkan laporan Sport, Xabi sepertinya ingin dibentuk menjadi Pep dan Zidane oleh La Real. Untungnya, selama menangani Real Madrid U13, Xabi terlihat memiliki potensi itu. Ia bahkan sempat masuk daftar calon pengganti Zidane sebelum Julen Lopetegui ditunjuk Los Blancos.