Tottenham Hotspur memiliki salah satu basis penggemar terbesar di Inggris. Padahal awalnya pendukung Spurs hanya dari London Utara saja. Terutama di kawasan Hertfordshire sekitaran Essex. Tetapi sekarang, pendukungnya semakin banyak dan meluas ke seluruh dunia.
Ini menjadi salah satu faktor yang membuat Spurs menjadi salah satu kesebelasan dengan kehadiran penonton terbanyak di Liga Primer Inggris. Para pendukung Spurs yang terikat dengan fanbase juga terlibat dengan aktivitas klub seperti membuat fanzine, forum, blog dan berbagai hal lainnya yang didedikasikan untuk kesebelasan tersebut.
Sementara itu, sekitar tiga perempat pendukung Spurs secara luas didefinisikan sebagai kalangan kelas menengah. Meskipun klub ini terletak di salah satu bagian Kota London yang miskin seperti Northumberland Park di Haringey. Kawasan itu juga merupakan paling beragam secara etnis.
Maka dari itu klub ini secara historis punya pendukung yang signifikan dari kaum yahudi di London Utara dan Timur sejak akhir abad ke-19. Pada 1920-an dan 1930-an, sekitar sepertiga dari penonton yang menghadiri laga Spurs adalah orang yahudi.
Komunitas yahudi di Tottenham pun terus tumbuh pada awal abad ke-20 itu. Orang-orang yahudi Eropa Timur yang melarikan diri dari Rusia semakin berdatangan ke Inggris. Sebetulnya pelarian itu sudah terjadi sejak 1880, tapi semakin melonjak pada 1905 karena meningkatnya penganiayaan terhadap orang-orang yahudi.
Lalu mengapa harus menetap di London? Hal itu tidak lepas dari adanya prospek kerja dan jaringan transportasi menuju ke sana. Konon, orang-orang yahudi mengincar peluang pekerjaan di industri perabotan dan furniture.
Kawasan Tottenham pun menjadi bagian dari kehidupan kelas pekerja yahudi terutama di jalanan antara Hale dan Lansdowne Road. Mereka dikenal menjual furniture pasca perang yang lebih murah. Industri itu pun semakin banyak dan tumbuh cepat di sekitaran Tottenham Hale. Maka jangan heran jika orang-orang yahudi memiliki beberapa bisnis besar perabotan dan furniture di sana.
Di sisi lain, kehadiran orang Yahudi di pertandingan sepakbola meningkat setelah Perang Dunia pertama. Lagipula keluarga yahudi yang menetap di sana sangat menggilai sepakbola. Sementara Spurs adalah klub sepakbola paling populer di kalangan masyarakat London waktu itu.
Ketika Tottenham Hotspur Menjadi Kehidupan Yahudi di London
Sepakbola juga mencerminkan perubahan dalam pola sosial orang yahudi di Tottenham. Khususnya generasi kedua, yaitu orang yahudi yang lahir di Inggris. Mereka mulai mengadopsi sepakbola sebagai elemen lain dari budaya yahudi yang diubahnya dari kebiasaan lama. Orang-orang yahudi di London Utara menjadikan sepakbola sebagai rangkaian bersantai setelah melakukan ketaatan agama pada hari Sabtu.
Sekitar pukul 2.30 adalah waktu mereka naik trem dari Adgate ke Stadion White Hart Lane. Pertandingan Spurs seolah menjadi himbauan bagi semua masyarakat untuk menyambut sejarah dan kemerdekaan orang-orang yahudi melalui sepakbola.
Sementara bagi banyak orang yahudi di sana, dorongan untuk asimilasi telah menjadi keharusan untuk menunggang sepakbola yang telah berperan penting dalam proses itu. Seperti yang dikatakan seorang penulis bernama Anthony Clavane.
Ia berkata bahwa Tottenham adalah sebuah ruang di mana identitas etnis telah terhubung dan menjadi saling berkaitan. “Dengan identitas nasional, sebuah arena di mana orang-orang Yahudi telah melawan gagasan bahwa mereka adalah penjajah yang perlu ditangkis, pendatang baru yang bukan milik,” seperti dikutip dalam The JC.
Semakin banyak juga generasi kedua yahudi yang lahir di sana menjadikan Tottenham sebagai rumah, hak dan identitas di teras White Hart Lane. Mereka bukan lagi sekadar sejarah Tottenham dengan kehidupan para pendatang baru terlantar, ambisius dan kelaparan yang datang ke sana untuk mencari pekerjaan dan kehidupan lebih baik.
Merekalah generasi-generasi yang telah menemukan kenyamanan dan persahabatan. Menjadi seseorang yang mengekspresikan harapan dan aspirasi untuk menjadi bagian dari sesuatu. Asimilasi ini juga sangat penting dalam komunitas Tottenham yang menghadapi permusuhan dan kekerasan.
Apalagi komunitas dan para pengusaha yahudi pun semakin mengambil alih sebagian dukungan Tottenham pada 1982. Masalah ini menarik minat nasional yang belum pernah terjadi sebelumnya dan memprovokasi periode anti yahudi.
Mereka dipaksa untuk menanggapi ejekan-ejekan kasar dari para rivalnya. Banyak di antara mereka mendapatkan istilah pelecehan. Seperti kata Yids yang sangat kontroversial. Tapi banyak pendukung Tottenham yang mendukung nama itu dan menjadikannya sebagai proses identitas yang kompleks.