Pada 4 Desember 1935, Stadion White Hart Lane dipilih FA sebagai tempat pertandingan antara Inggris dan Jerman. Pertandingan di kandang Tottenham Hotspur itu dipandang sebagai pengkhianatan terhadap komunitas yahudi di sana. Memang pada pertengahan 1930-an, Spurs secara luas menunjukan dan dianggap sebagai klub dengan dukungan orang-orang yahudi yang cukup besar terorganisir.
Hari itulah ketika bendera swastika terbang di atas White Hart Lane. Kesebelasan Jerman melakukan hormat Nazi kepada penonton sebelum sepakmula. Tapi bendera tidak bertahan lama karena ada beberapa orang naik ke atas dan menarik bendera tersebut. Sementara di luaran White Hart Lane, demonstrasi besar dilakukan sebagai penolakan terhadap Jerman.
Tahun berikutnya, British Union of Fascists yang dipimpin OSwald Mosley menggunakan suporter Spurs non yahudi. Mereka dimanfaatkan untuk menyerang mentalitas olahraga yahudi yang bertentangan dengan prinsip-prinsip utama ras Nordik. Suporter Spurs yahudi dituduh tidak dapat memahami kesopanan dan adilnya pertandingan sepakbola yang menjadi ciri sportivitas Inggris saat itu.
Hasilnya, pihak klub juga tiba-tiba enggan membalas dedikasi para suporter dari yahudi. Meskipun sikap klub seperti itu, suporter yahudi Spurs tetap merasa sebagai penghuni dari White Hart Lane. Sementara itu, sebagian komunitas yahudi kesebelasan berjuluk The Lily Whites itu cukup menyusut. Tapi kesetian terhadap komunitas besar di London Utara dan Essex Selatan masih tetap kuat.
Dampaknya, banyak penduduk yahudi Spurs pindah dari tribun teras ke tribun kursi agar merasa aman. Seiring berjalannya waktu, kaum yahudi Spurs menjadi lebih terikat dengan suporter Spurs. Penyebabnya adalah munculnya rasa solidaritas dari suporter Spurs non yahudi.
Pada akhir 1960-an inilah terjadi proses penting bagaimana identitas suporter Spurs dinamakan Yids. Sebuah aspek identitas suporter Spurs yang masih bertahan hingga hari ini dan tentu saja, tetap kontroversial. Sebab pada waktu itulah suporter musuh mulai melantunkan kekerasan verbal kepada suporter Spurs menggunakan kata Yids.
Konon, pertama kali mereka mendengarkan kekerasan verbal itu dimulai ketika suporter Charlton. Kekerasan verbal antisemit tersebut semakin kentara ketika dinyanyikan suporter Chelsea pada final Piala FA 1967. Pelecehan dari suporter lawan yang menyebut suporter Spurs sebagai Yids semakin kentara pada 1970-an.
Bintang Daud yang Berkibar di White Hart Lane
Sampai pada akhirnya para suporter Spurs menganggap itu adalah hal yang biasa. Nyanyian anti semit dan hormat nazi diterima oleh suporter yahudi Spurs maupun non yahudi. Tapi sebagai tanggapan dan juga alih-alih menolak sejarah panjang orang-orang yahudi berdiri di antara mereka, para suporter Spurs non yahudi mulai memeluknya dan menganggap sesuatu yang luar biasa.
Menanggapi penyalahgunaan kata yids, para suporter Spurs malah menari-nari di teras White Hart Lane dan menyanyikan “Kami adalah yids! kami adalah yids!! kami adalah yids!!!”. Bahkan beberapa di antaranya mengenakan kopiah yahudi ketika menonton pertandingan Spurs.
Bendera bintang daud berkibar di teras White Hart Lane. Beberapa di antaranya masuk ke dalam desain spanduk buatan sendiri. Kata yids, telah dijadikan sebagai istilah persahabatan dan menghapus negativitas dari para pelaku kekerasan verbal kepada mereka.
Sementara suporter Spurs tidk menggunakan kata tersebut dengan cara merendahkan. Inilah konteks adalah kunci makna tersebut. Mereka menolak direndahkan atau dikendalikan atas pelecahan tersebut. Memang tidak mudah dalam menghadapi pelecehan untuk menyalahkan orang-orang yahudi yang menghidupkan mereka.
Sebaliknya, jawabannya adalah penerimaan seperti yang selalu terjadi di teras White Hart Lane. Sebelumnya, Spurs melawan rasisme yang meawabah di sepakbola pada tahun 1970-an. Selama 35 tahun terakhir, ada beberapa antisemit terhadap kesebelasan yang dimiliki oleh salah satu orang yahudi ini.
Tapi warisan kemandirian dan inklusif berjalan melalui jalinan dan dukungan sampai sekarang. Ini memberikan label kepada kesadaran akan proses diskriminasi sebagai kesadaran politis yang berarti melebih-lebihkan kasus tersebut.
Para suporter Spurs sadar akan proses diskriminasi dan mereka menolak untuk menerimanya. Sementara istilah ini telah menjadi biasa selama beberapa dekade. Selama 10 tahun terakhir ini, telah digunakan lebih mudah dalam nyanyian dan media sosial untuk mendefinisikan kesetiaan, kesinambungan dan warisan.
Mungkin karena sebagian suporter Spurs menjadi lebih sadar daripada sebelumnya. Sejarah dan identitas mereka dalam menanggapi saingannya, seperti keberhasilan yang konsisten dari Arsenal dan Chelsea. Apa yang membuat para suporter Spurs ini menjadi sangat penting dalam Liga Primer Inggris yang homogen dan didomniasi oleh uang.
Sementara Yids banyak digunakan untuk mengekspresikan diri mereka. Ini telah menjadi begitu melekat dan baru-baru ini menyulut perbedaan tentang kata-kata tersebut menunjukan bahwa banyak suporter muda yang tidak tahu asal-usulnya.
Nama Yids hanya bagian dari menjadi seorang Spurs. Namun istilah ini tetap menjadi topik kontroversi yang intens dan terkadang pahit.