Kisah-Kisah Perselisihan di Manchester United

Andy Cole dan Teddy Sheringham. (Foto: IrishMirror.ie)

Banyak faktor yang memengaruhi kesuksesan Manchester United sebagai sebuah tim sepakbola. Salah satunya adalah chemistry antar pemain dalam klub. Hubungan yang solid akan membuat kekompakan tim terjaga baik di dalam maupun di luar lapangan. Inilah yang memudahkan Setan Merah untuk bisa meraih kemenangan demi kemenangan.

Akan tetapi, tidak jarang hubungan di dalam tim sepakbola diwarnai perselisihan. Hal ini terbilang wajar mengingat tim sepakbola layaknya sebuah organisasi yang berisi orang-orang dengan pemikiran yang berbeda-beda satu dengan lainnya.

Itu pula yang terjadi di Manchester United. Tidak semua di dalamnya bisa menjadi teman yang baik. Namun yang paling luar biasa dari kisah perselisihan ini, hubungan yang kurang harmonis tersebut tidak memengaruhi profesionalitas mereka untuk membawa United sukses setiap tahunnya.

Andy Cole dan Teddy Sheringham

Kisah ini mungkin menjadi kisah perselisihan paling ikonik dalam sejarah klub. Bayangkan saja, United sukses meraih treble 1998/1999 dengan dua penyerang yang saling bermusuhan yaitu Andy Cole dan Teddy Sheringham. Empat tahun bersama, mereka tidak pernah mengucapkan sepatah kata pun satu sama lain.

Semua dimulai saat keduanya bermain untuk tim nasional pada 1995. Saat itu, Cole masuk untuk menggantikan Sheringham. Cole mengulurkan tangan untuk tos dengan Sheringham, namun si pemain menolaknya. Cole kaget dan merasa telah dihina oleh Sheringham.

“Dia akan digantikan oleh saya, tapi dia justru menghina saya,” kata Cole.

Cole semakin kaget ketika United membeli Sheringham dua tahun kemudian. Perseteruan bahkan semakin meruncing setelah Sheringham berkata kalau dia tidak butuh bantuan Cole dalam sesi pra-musim. Meski begitu, dua pemain ini justru menjadi kunci United meraih tiga gelar Premier League, satu Piala FA, dan satu trofi Liga Champions.

24 tahun kemudian, Sheringham mengaku kalau dia sudah berdamai dengan Cole. Dia mengungkapkan kalau di masa lalu keduanya memang tidak bisa klop satu sama lain. Beruntung karena saat ini hubungan keduanya sudah berangsur membaik.

“Anda bergaul dengan banyak orang di tempat kerja, tetapi beberapa ada yang Anda suka dan ada yang tidak Anda suka. Itu yang terjadi dengan Andy. Kami hanya tidak klik, tapi kami sudah berdamai,” ujarnya.

Mungkin karena faktor umur juga yang membuat mereka berdamai. Lucu apabila Sheringham dan Cole masih terus berseteru hingga usia tua.

David Beckham dan Sir Alex Ferguson

Hubungan layaknya ayah dan anak yang sudah berlangsung selama 12 tahun tersebut akhirnya berakhir pada 2003. Alex Ferguson kecewa berat dengan permainan Beckham yang dianggap tidak berkontribusi pada lini belakang ketika United kalah dari Arsenal pada Piala FA 2003. Beckham tidak terima dan Sir Alex bercerita dalam bukunya kalau Beckham berani menyerangnya.

“Ada beberapa sepatu di lantai ruang ganti. David mengumpat, saya bergerak ke arahnya, dan ketika saya mendekat, aku menendang salah satu sepatu. Tendangan itu mengarah tepat ke atas mata. Dia pergi ke arahku dan para pemain mencoba menahannya,” kata Ferguson.

Ini adalah puncak dari kurang harmonisnya hubungan Beckham dengan Ferguson. Sebelumnya, Ferguson sudah sedikit terganggu dengan gaya hidup Beckham yang seperti seorang selebritis.

Meski begitu, keduanya mencoba untuk profesional. Tidak ada cerita kalau Beckham dibekukan hingga akhir musim. Fergie masih bersikap adil. Meski ngartis, namun tenaga Beckham masih diperlukan meski harus bergantian dengan Ole Gunnar Solskjaer. Begitu juga dengan si nomor tujuh yang masih memberikan kontribusi. Beberapa hari setelah insiden sepatu terbang, Beckham memberikan dua asis dalam kemenangan United melawan Juventus.

Roy Keane dan Sebagian Besar Anggota Tim

Pemain Irlandia ini adalah salah satu pemain serta kapten tim terbaik Manchester United sepanjang masa. Sayangnya, kepergian Keane diwarnai perselisihan. Dimulai dengan kritiknya kepada fasilitas tim selama pra-musim yang membuat Fergie melihat Keane mulai ‘lebih besar’ dari United.

Puncaknya terjadi setelah laga melawan Middlesbrough pada 2005. Keane geram ketika melihat United kalah 4-1 dan ia mulai mengkritik habis-habisan rekan setimnya di depan kamera televisi. John O’Shea, Darren Fletcher, Rio Ferdinand, Edwin van der Sar, semuanya habis karena kritik Keane. Fergie yang melihat kejadian ini kemudian memutuskan untuk melepas Keane ke Celtic.

Yang menarik, beberapa pemain yang dikritik habis-habisan oleh Keane mulai berkembang sebagai pemain yang berguna untuk tim. Van der Sar menunjukkan kehebatannya di usia yang mendekati 40, Rio Ferdinand sukses menjadi bek terbaik United beberapa tahun, begitu juga dengan Fletcher dan O’Shea yang bermain ratusan pertandingan bersama Setan Merah.

Jose Mourinho dan Paul Pogba

Perselisihan terkenal lainnya terjadi nyaris dua tahun lalu saat Mourinho mempertanyakan aktivitas media sosial Pogba yang dianggap mulai berlebihan. Sebaliknya, Pogba merasa kalau tindakan Mourinho berlebihan dan mengkritik gaya main tim yang cenderung bertahan. Hal ini berlanjut dengan dicadangkannya Pogba dalam beberapa laga dan dicabutnya ban kapten dari lengan pria Prancis tersebut.

Mourinho yang ingin mendidik Pogba agar tidak lebih besar dari klub akhirnya harus rela dipecat pada Desember 2018. Pogba sendiri masih bertahan di United berkat kehadiran Ole Gunnar Solskjaer yang menyelamatkan kariernya. Ucapannya yang menginginkan untuk pindah pada musim panas lalu kini memantik api perselisihan dengan para suporter United.