Jika masih ingat sepotong dialog antara Pete dengan Matt pada film Green Street Hooligans, bagaimana ada pembicaraan tentang Arsenal di sana. Saat itu Pete menganggap bahwa Arsenal adalah kesebelasan yang bagus dengan kelompok garis keras yang buruk.
Buruk dalam artian film itu mungkin adalah pengecut atau pecundang. Dari pembicaraan film itu juga mungkin sebagian orang penonton menganggap bahwa suporter garis keras Arsenal tidak lebih mengerikan dari tetangganya, Tottenham Hotspurs, yang jelas ada scene adu jotos pada awal Green Street Hooligans.
Lalu, apakah yang dikatakan Pete itu bisa dikatakan benar? Sebelum menyimpulkannya, lebih baik ketahui dulu bahwa memang Arsenal didukung oleh kelompok suporter garis keras. Pada awalnya, kelompok suporter garis keras Arsenal adalah Gooners yang namanya merupakan mutasi dari julukan kesebelasannya, yaitu The Gunners.
Rupanya Gooners cukup dikenal beringas pada 1980-an sampai 1990-an. Seiring dengan waktu, nama Gooners banyak diklaim oleh sebagian besar pendukung non-hooligan Arsenal. Konon, hal itu membuat sebagian anggota Gooners membuat kelompok suporter garis keras baru yang dinamai The Herd.
Pergerakan The Herd jarang diketahui secara luas karena selalu menyembunyikan identitasnya. Ciri khas utama dari kawanan perusuh yang masih ada sampai saat ini itu adalah seruang slogan E-I-E. Istilah itu merupakan singkatan dari Every Idiot Enjoy yang sampai sekarang belum terungkap pemaknaannya.
Di sisi lain, sebagian anggota The Herd tidak terlalu menyukai kekerasan fisik meskipun tergolong kelompok garis keras di Inggris. Kisah tentang Dainton Connel adalah salah satu contohnya. Mungkin inilah yang membuat The Herd tidak terlalu sering muncul di berita-berita kekerasan hooliganisme di London maupun Inggris.
Kendati demikian, bukan berarti The Herd tidak pernah terlibat dalam pertempuran besar. Bentrokan mereka yang paling terkenal yaitu saat menghadapi Millwall FC di Stadion Highbury pada 1988. Sebanyak 500 petugas kepolisian yang terlatih secara khusus sampai tidak mampu menahan bentrokan kekerasan dari kedua belah pihak suporter.
Bentrokan itu terlalu menakutkan sampai-sampai para polisi berkali-kali mendapatkan lemparan koin selama berada di dalam Stadion. Dua pub di luar stadion pun benar-benar hancur karena tak luput dari perang antar suporter tersebut.
“Pub Plimsoll Arms dihancurkan oleh pendukung Millwall. Benar-benar mengejutkan. Peristiwa mengejutkan dalam sejarah wilayah kami,” kata Jeremy Corbyn, salah satu saksi mata pada kejadian tersebut seperti dikutip dari Islington Gazette.
The Herd juga mengalami bentrokan besar di luar Inggris. Seperti di City Hall Square Copenhagen yang menjadi tempat kekerasan terburuk The Herd pada pertandingan final Piala UEFA 2000. Di sanalah para pendukung Arsenal lainnya dan The Herd merasa terusik dengan pasukan Pendukung Galatasaray yang mulai berdatangan sejak tengah malam.
Bahkan katanya jumlah Ultras Galatasaray yang datang lebih banyak daripada pendukung Arsenal. Pendukung Galatasaray bernyanyi, mengibarkan bendera dan seolah-olah mengambil alih City Hall Square. Beberapa di antara mereka seperti ingin berkelahi dengan pendukung Arsenal yang berada di empat pub terdekat.
Salah satunya Bar Absalon yang didatangi beberapa Ultra Galatasaray. Mereka bernyanyi namun seperti memancing emosi para pendukung Arsenal. Sampai pada akhirnya ada botol terbang dari dalam bar tersebut sehingga pertarungan tumpah ke jalanan.
Esok harinya, The Herd dan pendukung Arsenal lainnya melancarkan balas dendam. Tiba-tiba sekitar 500 pendukung Arsenal melakukan serangan yang mengejutkan kepada para pendukung Galatasaray di depan Bar Absalon. Serangan itu begitu mengejutkan penduduk setempat dan kepolisian sehingga situasi tidak terkendali selama sekitar 20 menit.
Pertempuran seperti dibiarkan lepas kendali. Padahal, sebelumnya pihak kepolisian mengklaim akan melakukan salah satu operasi keamanan terbesar dalam sejarah Copenhagen. Nyatanya, kepolisian Denmark jelas tidak siap berurusan dengan gerombolan suporter sepakbola yang merepotkan waktu itu.
Kedua suporter garis keras itu saling menyerang menggunakan, kursi, meja, tiang logam dan bahkan beberapa Ultras Galatasaray terlihat memegang pisau. Pertempuran yang brutal itu tumpah ke jalanan yang lebih besar. Jeritan penduduk sekitar pun terdengar di antara sumpah serapah kedua belah pihak bertikai.
Padahal polisi anti huru-hara sudah bergerak untuk memisahkan kedua belah pihak dengan mengarahkan ke sisi jalan lain agar tidak bentrok. Akhirnya polisi berhasil menambahkan perkelahian dengan menembakan gas air mata. Polisi berhasil menangkap 54 pendukung sepakbola tersebut.
Sementara itu, ada 11 suporter luka-luka yang di antaranya empat terkena tikaman dan satu menderita luka kepala serius. Beberapa kios pertokoan juga mengalami kerusakan akibat pertempuran tersebut. Meskipun tidak semua pendukung Arsenal dan Galatasaray berkelahi pada waktu itu.
Ada juga saat-saat sportif dan niatan baik dari beberapa suporter yang berjabat tangan sekaligus bertukar syal. Memang sentimentil Ultras Galatasaray kepada Arsenal tidak lepas dari ketegangan di Istanbul dengan suporter Leeds United pada sebelumnya.
Meskipun The Herd dan suporter Arsenal lainnya sering luput dari anggapan hooliganisme yang menakutkan, namun rupanya ada jejak besar dalam perjalanan mereka. Tapi pada dasarnya memang setiap orang akan memberikan perlawanan jika terus merasa diinjak meskipun level kengeriannya jauh berada di bawah. Perlawanan besar kepada Millwall dan Gatalatasaray adalah bukti dari kelompok garis keras yang tidak terlalu suka kekerasan ini.