Alasan Jersey Sepakbola Mahal

Jersey sepakbola klub-klub top Eropa rata-rata dibanderol di atas satu juta rupiah. Hal serupa juga terjadi pada jersey timnas Indonesia. Jersey player issue dihargai 1,299 juta rupiah.

Sebenarnya, apa yang membuat jersey sepakbola begitu mahal?

Jersey Replika dan Player Issue

Apparel biasanya punya beberapa golongan atau jenis jersey yang dijual. Umumnya ada tiga: (1) Player Issue, (2) Replika, dan (3) Versi Suporter.

Sesuai namanya, player issue adalah jersey yang dipakai oleh pemain. Ini merupakan jersey dengan tingkatan tertinggi dengan segala “gimmick” teknologi di dalamnya.

Buat beberapa suporter, mereka lebih menyenangi jersey replika. Selain harganya yang lebih murah, juga karena ketahanannya lebih baik.

Jersey player issue tidak didesain untuk dipakai setahun penuh. Karena tujuannya meningkatkan performa, biasanya bahannya lebih ringkih, sablonannya lebih mudah mengelupas. Potongannya juga kelewat ketat karena mengikuti bentuk tubuh atletis pesepakbola.

Jersey replika punya potongan “orang pada umumnya”. Lambang klub juga logo apparel biasanya dibordir agar lebih tahan lama. Secara desain, tidak ada yang berbeda dengan versi player issue.

Jersey timnas Indonesia versi suporter.

Sementara jersey versi suporter harganya biasanya jauh lebih murah. Soalnya, bahan yang digunakan tidak serumit versi pemain. Selain itu, detail jersey, biasanya tidak dibentuk oleh kain, melainkan dicetak. Terkadang, ada perbedaan signifikan dalam desain jersey versi suporter dan versi pemain.

Secara proporsi, harga jersey ini adalah 100 persen untuk versi pemain, 80 persen versi replika, dan 30-50 persen versi suporter.

Sepakbola Sudah Menjadi Industri

Ben Hyde dari Footy.com, merekap harga jersey dari 1992, atau saat Premier League pertama kali dibentuk. Sky saat itu menjanjikan kalau Premier League akan menjadi sajian baru. 30 tahun kemudian, janji itu benar adanya. Sepakbola, utamanya Inggris, sudah sangat sehat keuangannya dan memaksimalkan apapun yang ada di dalamnya menjadi uang.

Jersey menjadi aslah satu komponennya. Jersey replika Arsenal pada 1992 dijual seharga 29,9 paun dan pada 2020 naik menjadi 62,5 paun. Sementara jersey versi pemain dihargai 100 paun.

Angka ini tampak besar, tapi kalau menambahkan inflasi sebesar 2,8 persen pertahun, maka jersey Arsenal saat itu sama dengan 60 paun di masa ini. Harga jersey saat ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan 30 tahun lalu, bila menambahkan faktor inflasi.

Jersey termahal justru jersey yang di era 1990-an belum ada, yakni jersey versi pemain. Perbedaannya dengan versi replika berkisar 20-30 paun lebih mahal.

Seperti dijelaskan di atas, jersey versi pemain lebih mahal karena teknologi yang ada di dalamnya. Ini akan berpengaruh bagi para penggemar yang ingin merasakan teknologi yang sama dengan yang digunakan pemain. Namun, untuk kebutuhan menonton ke stadion setiap pekan, jersey replika saja sebenarnya sudah cukup.

Harga yang mahal juga ditambah dengan permintaan yang tinggi. Hal ini membuat jersey yang baru dirilis akan berada di harga yang sama atau lebih mahal dari jersey musim lalu. Sementara jersey musim lalu, harganya akan mulai menurun. Ini bisa menjadi pilihan bagi para penggemar untuk mendapatkan jersey lebih murah, dengan membelinya di musim depan.

Panjangnya Jalan Distribusi

Apparel biasanya punya pabrik di negara-negara dengan upah rendah. Harga jersey yang sudah jadi bisa jadi hanya 10-12 persen dari harga jual. Namun, ada sejumlah faktor yang harus disuapi: federasi, klub dalam bentuk royalti, upah pekerja, pajak, distributor, sampai biaya promosi.

Lee Hyde dalam tulisannya di Linkedin, membaginya seperti ini:

  • biaya produksi (10%),
  • marketing (2,5%),
  • pengiriman (1,5%)
  • keuntungan brand (25%)
  • keuntungan distributor (25%)
  • royalti klub/federasi (5%)
  • pajak (20%)

Faktor investasi apparel juga berpengaruh. Nike dan Adidas berinvestasi besar pada klub juga timnas. Adidas harus mengeluarkan 900 juta paun untuk kontrak selama 10 tahun. Sementara Nike, mengeluarkan 400 juta paun buat kontrak selama 12 tahun bersama timnas Inggris.

Sumber: Footy