Alasan Turki Mengubah Namanya Menjadi Turkiye

Turki mengubah nama resmi negara mereka menjadi Turkiye. Apa alasannya?

Nama adalah Sakral

Menurut Yatun Romdonah Awaliah di Tribun Jabar, dalam tradisi Sunda, pemberian nama dianggap sesuatu yang sangat sakral. Tidak boleh gegabah dan seenaknya karena nama punya pengaruh untuk ke depannya (Awaliah, 2015).

Merupakan hal yang lumrah saat nama seorang anak didiskusikan terlebih dahulu dengan banyak pihak seperti orang tua, tetua, leluhur, sampai alim ulama. Mengganti nama pun biasanya ada prosesinya.

Ada beberapa hal yang membuat seseorang mengganti nama seperti sering penyakitan, sampai dianggap nama yang digunakan terlalu berat. Selain bakal ribet karena harus mengganti Kartu Keluarga, juga masih ada prosesi menggunakan bubur merah dan bubur putih, nasi tumpeng, sampai bubur sumsum.

Itu kalah pergantian nama orang, lantas bagaimana kalau mengganti nama sebuah negara?

Berubah Menjadi Turkiye

Pada 2022 lalu, Pemerintah Turki mengirimkan surat kepada PBB untuk mengubah nama mereka menjadi Turkiye. Menurut The Guardian, salah satu alasanny adalah untuk mengubah citra negara dan memisahkannya dari burung dengan nama yang sama (turkey) dan konotasi negatif yang terkait dengannya.

Nama negara Turki sendiri memang Turkiye sejak terbentuk pada 1923. Presiden Recep Tayyip Erdogan bilang kalau Turkiye bisa lebih mewakili budaya dan nilai-nilai Turki, termasuk menuntut agar “Made in Türkiye” digunakan dan bukan “Made in Turkey” pada produk ekspor. Kementerian Turki juga mulai menggunakan nama “Türkiye” dalam dokumen resmi.

Pemerintah Turki juga sempat membuat video promosi yang kurang lebih isinya turis dari berbagai dunia mengatakan “Hello Turkiye”. Direktorat Komunikasi Kepresidenan Turki mengatakan pihaknya meluncurkan kampanye tersebut “untuk mempromosikan penggunaan ‘Türkiye’ secara lebih efektif sebagai nama nasional dan internasional negara tersebut di platform internasional”.

TV Pemerintah Turki, TRT World, juga sudah menggunakan kata “Turkiye”. TRT World menjelaskan keputusan tersebut dalam sebuah artikel awal tahun ini. Saat mencari kata “Turkey” di Google, yang muncul justru serangkaian gambar, artikel dan definisisi kamus yang menyamakan Turki dengan Meleagris – atau dikenal sebagai kalkun, burung besar asli Amerika Utara yang biasa menjadi menu makanan saat Natal atau Thanksgiving.

Selain itu dalam Kamus Cambridge, Turki berarti: sesuatu yang gagal total atau orang bodoh dan konyol.

TRT World berargumen bahwa masyarakat Turki lebih memilih negaranya disebut Türkiye. Soalnya, Turkiye sesuai dengan tujuan negaranya dalam menentukan bagaimana orang lain harus mengidentifikasinya.

Kita Tidak Harus Nurut

Sejumlah negara memang mengubah namanya. Selain Turki, ada juga India menjadi Bharat. Sebelumnya, Ceylon menggantinya menjadi Sri Lanka, Burma menjadi Myanmar, sampai Zaire yang menjadi Congo.

Sejatinya, dalam hal nama negara, setiap negara punya bahasa yang berbeda untuk negara tersebut. Contohnya Mesir yang bahasa Inggris-nya adalah Egypt. Atau Aljazair yang bahasa Inggrisnya Algeria. Namun, kita tetap menyebut mereka dengan memakai bahasa asli mereka, yakni bahasa Arab.

Sementara negara berbahasa Prancis macam Pantai Gading, justru kita memakai bahasa Indonesia; alih-alih dengan bahasa Inggris “Ivory Coast” atau “Cote d’Ivoire” dalam bahasa Prancis. Pun dengan Afrika Selatan ataupun Korea Selatan. Kita justru menggunakan bahasa Indonesia untuk menyebut nama negara tersebut. Sama seperti Inggris (England), Belanda (Netherland), Jerman (Germany), sampai Yunani (Greece).

Hal serupa juga terjadi di Korea Selatan, misalnya. Mereka menyebut nama negara lain suka-suka mereka: Miguk (Amerika), Ilbon (Jepang), Jungguk (China), Yeongguk (UK), Dogil (Jerman), Taeguk (Thailand), Indo (India).

Pun dengan Jepang: Kankoku (Korea), Doitsu (Jerman), Amerika-Beikoku (Amerika), Igrisu-Eikoku (Inggris), Osutoraria-Gosho (Australia).

Jadi, meskipun Turki meminta kita untuk menyebut negara mereka sebagai “Turkiye” tetap saja, pada akhirnya keputusan ada pada kita. Bagaimana cara kita menyebut mereka. Yang jelas ada satu negara yang agaknya punya pengucapan yang sama: Laknatullah (Israel).