Apa Itu Deep Lying-Playmaker?

Penyerang biasanya mendapatkan perhatian lebih karena peran dan fungsinya sebagai pencetak gol, yang otomatis juga membawa kemenangan buat tim. Akan tetapi ada peran lain yang biasanya terlupakan tapi kehadirannya amatlah vital. Ia adalah “Deep-lying Playmaker”.

Apa itu “Deep-lying Playmaker”?

Posisi dan Fungsi Deep-lying Playmaker

Secara posisi “Deep-lying Playmaker” berada di lini tengah atau merupakan seorang gelandang. Tugas utama gelandang adalah penyalur bola ke lini serang, sekaligus memberikan pertahanan saat tim sedang diserang.

Kalau diterjemahkan, “Deep-lying Playmaker” berarti “Playmaker yang bermain lebih dalam”. Mengapa tidak disebut sebagai “Playmaker” saja? Karena “Playmaker” tipe seperti ini berada dalam posisi yang tidak biasa, atau tidak umum buat seorang “Playmaker”.

“Playmaker” biasanya adalah pemain yang berposisi sebagai gelandang serang. Contohnya Zinedine Zidane dan Juan Roman Riquelme. Keduanya identik. Selain sebagai pengatur jalannya permainan, ia juga bisa menentukan hasil akhir permainan. Posisinya membuat keduanya bisa memberi umpan, mengatur ritme permainan, atau langsung mencetak gol.

Akan tetapi berbeda halnya dengan “Deep-lying Playmaker” yang posisinya lebih dalam. Karena itu, tugasnya pun menjadi ganda, karena ia harus berperan secara penyerangan juga pertahanan. “Deep-lying Playmaker” mesti bisa membuat peluang buat timnya untuk mencetak gol. Ia bermain lebih dalam dan mengatur permainan sejak bola digulirkan dari kiper.

Di sisi lain, “Deep-lying Playmaker” biasanya ditempatkan di depan bek tengah. Tugas pertahanannya tak mudah. Ia harus membuat intercept dan tekel di sepertiga akhir pertahanan.

Saat mendapatkan bola, ia harus mengalirkannya pada rekan-rekannya untuk mengawali serangan balik atau memulai serangan lewat build-up. Tekel dan memenangi bola menjadi tugas kedua buat sang pemain, sementara umpan dan serangan awal adalah tugas utama seorang “Deep-lying Playmaker”.

Ada beberapa “Deep-lying Playmaker” yang main bagus. Salah satunya Xabi Alonso. Ia sering ditempatkan di depan bek. Namun, karena kemampuan umpannya, posisinya ini menjadi berguna, karena umpan pendek maupun panjangnya relatif bagus dan akurat. Dari sini, tim bisa membangun serangan dan merusak pertahanan lawan.

“Xabi Alonso, meski sanggup melakukan tekel, fokus untuk menjaga bola tetap bergerak, terkadang membuat umpan panjang ke sisi lapangan untuk mengubah sudut penyerang seperti gaya seorang regista,” tulis penulis buku Inverting the Pyramid, Jonathan Wilson.

Dari dalam pula, seorang “Deep-lying Playmaker” bisa mengatur ritme permainan. Ia bisa memberikan bola cepat untuk serangan balik, ataupun menahan bola agar rekan-rekannya bisa mengatur posisi yang tepat untuk melakukan serangan. Seorang “Deep-lying Playmaker” biasanya punya statistik sentuhan bola terbanyak dalam satu pertandingan, dan punya rataan umpan sukses tertinggi.

Visi, teknik, dan kemampuan umpan, adalah sesuatu yang mutlak dimiliki seorang “Deep-lying Playmaker”. Mereka juga punya kemampuan untuk mengubah arah permainan, atau menyediakan umpan panjang yang menerobos ke depan.

Di Italia, peran “Deep-lying Playmaker” dikenal sebagai “regista”. Di Italia, peran regista dikembangkan dari “centre half-back” atau centromediano metodista dalam sistem Vittorio Pozzo di formasi 2-3-2-3. Pada sistem ini, seorang metodista bukan cuma bertanggung jawab atas pertahanan, tapi juga mesti kreatif. Selain menghancurkan penguasaan bola lawan, juga memulai serangan setelah mendapatkan bola.

Xavi, Andrea Pirlo, Luka Modric, Michael Carrick, Paul Scholes, Miralem Pjanic, Jorginho, dan Pep Guardiola adalah sebagian contoh dari pemain yang berperan sebagai “Deep-lying Playmaker” dalam karier sepakbolanya.

Ada lagi yang bisa menambahkan?