Sejumlah penggemar Liverpool gusar. Beberapa dari mereka khawatir kalau Mohamed Salah dan Sadio Mane akan tetap berpuasa jelang dan saat pertandingan final Liga Champions. Meski Mane dan Salah menyatakan kalau dirinya tak akan terpengaruh, tapi rasa khawatir itu masih tetap tumbuh. Lantas, apakah puasa secara masif memengaruhi pesepakbola?
Pada 2011 silam, Independent membuat laporan terkait pengaruh ibadah Shaum terhadap pesepakbola Muslim. Pasalnya, pada saat itu, ada sekitar 19 pesepakbola Muslim di Premier League. Saat itu, sejumlah kesebelasan mulai mengontrol penuh aktivitas pemain, termasuk soal asupan nutrisi mereka.
Setiap pekan, pemain dites terkait kebugaran fisiknya. Hasil dari tes tersebut akan menentukan jadwal latihan dan diet mereka. Namun, bulan Ramadan memengaruhi jadwal makan, yang juga berpengaruh pada jadwal diet mereka.
“Sepanjang Ramadan, mereka diminta untuk (puasa dengan) menahan diri dari makanan atau minuman, merokok dan seks, dari sebelum matahari terbit sampai terbenam. Ini dilakukan untuk mengajarkan kesabaran, spiritualitas, kerendahan hati, dan tunduk pada Allah. Ini adalah salah satu dari lima pilar dalam Islam. Yang lainnya adalah menyatakan iman, memberikan amal, beribadah lima kali sehari, dan ibadah haji ke Mekah,” tulis Independent.
Umumnya, karena ketidaktahuan, ibadah Shaum kerap membuat manajer, pelatih, dan suporter khawatir apakah pemain terbaik mereka akan bisa bermain seperti biasa. Apalagi, sejumlah pesepakbola di Premier League dikenal sebagai Muslim yang taat. Mungkinkah mereka bisa berlatih dan bertanding dalam keadaan perut kosong dan tanpa menghidrasi tubuh mereka sepanjang 90 menit?
Pengalaman soal Ramadan ini dirasakan juga oleh Frederic Kanoute yang pernah memperkuat Tottenham Hotspur dan West Ham United. Awalnya, sebagai Muslim yang taat, tim pelatih, rekan-rekan, maupun para penggemar, tak mengacuhkan soal agamanya. Akan tetapi, saat masuk Ramadan, pertanyaan pun membanjiri kupingnya.
“Mereka ingin tahu, ya. Mereka ingin tahu mengapa aku tidak makan dan bertanya hal-hal seperti itu, tapi Anda harus tetap menjawabnya. Mereka menyaksikanku solat di ruang ganti. Aku tak mau berpikir seperti apa mereka memandangku. Aku hanya berlaku apa adanya, dan inilah jalanku,” kata Kanoute.
Biasanya, para penggawa Muslim menengadahkan telapak tangannya ke langit lalu berdoa sesaat. Setelahnya, ia mengusap tangannya itu ke wajah. Sepanjang Ramadan, pertandingan menjadi lebih menantang ketimbang biasanya.
Para Pemain Muslim di Bulan Ramadan
Sempat ada kontroversi saat Jose Mourinho mengganti Sulley Muntari yang tengah puasa pada 2009 lalu. Mourinho yang masih menangani Inter kala itu, menyatakan kalau Ramadan bukanlah saat yang ideal buat pesepakbola untuk bertanding. Setelah mendapatkan kritikan atas pernyataannya tersebut, Mourinho menegaskan kalau maksud dirinya adalah bukan meminta Muntari untuk melupakan agamanya.
Ada pemain yang tetap puasa saat bertanding, ada pula yang memilih berkompromi. Salah satunya adalah Nicolas Anelka. Setelah menyadari kalau dirinya sering cedera setelah bulan Ramadan, Anelka pun menjadi tak terlalu ketat soal Shaum.
Hal serupa juga dilakukan mantan striker Arsenal, Marouane Chamakh. Ia punya formula bahwa sehari sebelum pertandingan dan hari pertandingan ia tak akan puasa. “Tapi aku akan menggantinya di kemudian hari,” kata Chamakh.
Hal serupa juga dilakukan mantan striker Ipswich, Nathan Ellington, yang menjadi mualaf pada 2005. Menurutnya, mengedukasi pemegang otoritas sepakbola akan membantu meluruskan komentar-komentar seperti yang pernah dilontarkan Mourinho. Singkatnya, ia merasa banyak pihak yang berpikir kalau puasa akan membuat performa si pemain turun drastis.
“Saat aku bertanding, aku tak akan berpuasa, tapi menggantinya di kemudian hari. Saat berlatih, sebenarnya tidak ada masalah sepanjang kita bisa menghidrasi tubuh dan menutrisinya saat Sahur, yang bisa membantu. Perbedaannya adalah saat pemain lain istirahat (untuk makan) dan Anda mesti menahannya lebih lama hingga waktu berbuka puasa saat matahari tenggelam,” kata Ellington.
Buat sejumlah pemain, berpuasa memang menantang. Namun, itu merupakan bagian dari aktivitas keagamaan yang menyangkut iman sang pemain. Mantan pemain sayap Watford dan Fulham, Hameur Bouazza, misalnya, tak memungkiri kalau bulan Ramadan menjadi berat buat pesepakbola. Namun, ia akan melakukan hal terbaik.
“Anda tahu, Tuhan ada di Sana untuk membantu kita. Kami percaya pada-Nya dan Dia percaya pada kita juga. Kita hanya perlu berdoa dan percaya pada-Nya,” kata Bouazza.
Menjadi Lapar di Final Liga Champions
Di saat semua orang begitu haus untuk meraih trofi, lain halnya dengan Mohamed Salah. Meski punya kemauan besar untuk menjuarai Liga Champions bersama The Reds, tapi Salah tetap berpuasa; sesuatu yang mungkin bagi sebagian orang akan membuat performanya menurun.
Sebelumnya, media Mesir, Al Masry, menyatakan kalau Salah tetap akan berpuasa di final Liga Champions. Hal ini sempat mendapatkan reaksi yang beragam. Ahli nutrisi, Jesus Munoz, dilansir dari Marca, menegaskan bahwa shaum bisa memengaruhi performa sang pemain.
“Meskipun mereka merasa bersih di dalam, tapi mereka kurang persiapan untuk latihan fisik. Apabila dia tetap memenuhi (shaum) Ramadan, performanya akan terdampak,” kata Jesus.
Namun, hal ini dibantah oleh fisioterapis yang menangani Salah, Ruben Pons, dilansir dari Marca. Selama tiga hari, termasuk hari pertandingan, Salah tak akan berpuasa.
“Sepanjang yang aku tahu Di Marbella, dia menjalankan (ibadah) Ramadan, tapi ada rencana di hari-hari yang penting itu. Pada Kamis, Jumat, dan di hari pertandingan, dia akan menghentikan sementara puasanya. Jadi itu tak akan memengaruhinya. Setelah pertandingan final, dia akan kembali berpuasa,” kata Ruben.
Menangani Pesepakbola yang Berpuasa
Pelatih kesebelasan negara Mesir, Hector Cuper, sebelumnya bicara soal menangani para pemainnya yang berpuasa. Ia juga mengungkapkan akan menghadirkan ahli yang mengangani khusus para pemain sepanjang Piala Dunia. Tujuannya adalah untuk memastikan mereka menangani puasanya sebaik mungkin.
“Federasi Sepakbola Mesir telah mendatangkan spesialis untuk membantuku dan para pemain sepanjang shaum Ramadan. Kami akan mengurus dan memonitor pola makan dan tidur mereka. Semoga saja ini tidak berefek buruk buat mereka.”
“Ini bisa menjadi masalah buat pelatih karena para pemain berhenti makan dari terbitnya matahari sampai terbenam. Jadi tak akan mudah sepanjang sesi latihan. Tapi itulah yang harus dilakukan dalam agama dan aku tak bisa mencegah mereka menjalankan ibadah Ramadan. Kami akan berusaha dan mencari cara terbaik untuk melawan kelelahan dari berpuasa dan mencegahnya melukai pemain,” kata Cuper.
Berdasarkan situs NU dan Republika, pekerja berat dianjurkan untuk tetap berpuasa dan meniatkan pada malam harinya. Apabila ia tidak kuat ia dibolehkan untuk membatalkannya.
Namun, puasa atau tidak, sebenarnya bagi Salah ataupun Mane, keduanya sudah paham konsekuensinya. Yang jelas, buat mereka, rasa lapar makanan saat berpuasa, bisa dialihkan menjadi rasa lapar akan kemenangan.