Arsenal vs Portsmouth 2009: Laga Premier League Tanpa Pemain Inggris

Salah satu alasan mengapa Premier League menarik adalah karena banyaknya pemain top yang ada di sana. Liga lain juga punya pemain top, tapi terbatas. Alasannya karena aturan pemain asing.

Premier League tentu membatasi pemain asing. Akan tetapi namanya bukan “pemain asing” atau “WNA”. Federasi Sepakbola Inggris, FA, memisahkan dua kelompok pemain yakni “Home-grown” (HG) dan “Non-home Grown” (Non-HG).

Baca juga: Aturan Pemain Asing di Premier League

Singkatnya, setiap klub boleh mendaftarkan 25 pemain dengan maksimal pemain Non-HG adalah 17 orang. Uniknya, tidak ada batasan usia dan kewarganegaraan dalam kategori pemain HG. Ini yang membuat Paul Pogba masuk dalam pemain HG karena memenuhi kriteria. Padahal, Pogba berkewarganegaraan Prancis.

Selain aturan pendaftaran pemain, Premier League tak mengatur jumlah pemain asing yang tampil di lapangan. Dulu, di Liga Indonesia, sempat ada aturan 5 pemain asing, tapi hanya tiga yang boleh diturunkan. Di Premier League, tak ada aturan macam ini, asal klub memenuhi aturan pendaftaran pemain tadi.

Baca juga: Apa Itu Homegrown Player dan Permasalahannya

Kalau melihat aturan, tentu sangat mungkin ada 11 pemain Non-HG yang tampil dalam satu pertandingan. Namun, tentu agak tidak masuk akal kalau kedua tim menurunkan semua pemain Non-HG. Masa tidak ada satu pun pemain berkewarganegaraan Inggris yang diturunkan?

Uniknya, hal ini pernah terjadi pada 2009 dalam laga Portsmouth menghadapi Arsenal. Itu adalah laga pertama di divisi teratas Inggris di mana tak ada pemain Inggris di starting line-up.

Di laga tandang itu, Arsenal menang 4-1. Gol pertama dicetak lewat Eduardo ketika tendangan bebasnya berbelok mengenai Younes Kaboul. Samir Nasri kemudian mencetak gol kedua pada menit ke-42.

Arsenal menambah keunggulan pada menit ke-69 lewat gol Aaron Ramsey sebelum diperkecil lima menit kemudian lewat Nadir Belhadj. The Gunners mengunci kemenangan berkat gol Alexander Song di menit ke-81.

Dalam laga yang dihadiri 20 ribu penonton tersebut, terdapat pemain dari 15 negara. Prancis menjadi penyumbang terbanyak dengan tujuh pemain serta Aljazair dengan dua pemain.

Berikut adalah susunan pemain Portsmouth: Asmir Begovic (Bosnia), Younes Kaboul (Prancis), Hermann Hreidarsonn (Islandia), Steve Finnan (Irlandia), Tal Ben Haim (Israel), Nadir Belhadj (Aljazair), Aaron Mokoena (Afrika Selatan), Richard Hughes (Skotlandia), Kevin Prince Boateng (Ghana), Hassan Yebda (Aljazair), dan Frederic Piquionne (Prancis).

Sementara itu, susunan pemain Arsenal: Manuel Almunia (Spanyol), Bacary Sagna (Prancis), Thomas Vermaelen (Belgia), William Gallas (Prancis), Armand Traore (Senegal), Aaron Ramsey (Wales), Samir Nasri (Prancis), Alexandre Song (Kamerun), Andrey Arshavin (Rusia), Abou Diaby (Prancis), dan Eduardo da Silva (Kroasia).

Dari tujuh pemain di bangku cadangan, masing-masing punya dua pemain Inggris. Portsmouth punya Jamie Ashdon dan Michael Brown, sementara Arsenal diisi Jack Wilshere dan Craig Eastmond. Untungnya, keduanya memasukkan masing-masing satu pemain Inggris yakni Brown untuk Portsmouth dan Eastmond untuk Arsenal.

Kalau keduanya tak dimasukkan, bisa jadi ini adalah pertandingan yang bahkan tak ada satupun pemain Inggris yang bertanding!

Momen ini pun hampir tak bisa terjadi andai kiper utama Portsmouth, David James, tidak cedera. Kiper timnas Inggris tersebut posisinya digantikan oleh kiper kedua, Begovic.

Dikritik Sam Allardyce

Manager Blackburn Rovers kala itu, Sam Allardyce, memperingatkan bahwa laga Arsenal vs Portsmouth tersebut adalah awal di mana masa depan timnas Inggris akan suram.

“Untuk timnas di masa depan terlihat sangat, sangat suram,” terang Allardyce.

“Premier League dan FA benar-benar harus bersatudan segera memulai bagaimana mengatasi situasi ini,” kata manager yang pernah mengangani satu pertandingan di timnas Inggris ini.

Sebelumnya, Presiden FIFA saat itu, Sepp Blatter, mengampanyekan aturan “Six plus Five rule”, yang membatasi jumlah pemain asing di atas lapangan. Akan tetapi aturan ini bertentangan dengan hukum di Eropa yang membolehkan orang untuk bergerak bebas.

Manajer Sunderland saat itu, Steve Bruce, juga setuju dengan pemikiran Allardyce. Ia bilang kalau Inggris tak memproduksi pemain seperti dulu.

“Sebagai manajer kalau kami bisa mendapatkan value for money yang lebih baik di dunia yang luas ini, maka Anda harus pergi dan mencobanya dan mencari mereka. Kami semua ingin memiliki tim yang berbasis di Inggris. Setiap manajer akan menyukainya kalau dia bisa, tetpai sayangnya kami tidak memuliki kualitas untuk melakukan itu,” kata Bruce.

Apa yang terjadi di Fratton Park tersebut ditanggapi santai Roy Keane yang saat itu menjadi manajer Ipswich Town. Dalam konferensi persnya dia bilang, “Ini akan menjadi perhatian buat Fabio Capello, manajer timnas Inggris, mungkin, tapi itu tak membuatku sampai bergadang memikirkannya.”

Pernah Dilakukan Chelsea

Sebelum Arsenal, Chelsea adalah tim pertama yang menurunkan pemain non-Inggris di starting line-up. Ini terjadi pada 26 Desember 1999 ketika menghadapi Southampton.

Susunan pemain Chelsea saat itu adalah Ed de Goey (Belanda), Emerson Thome (Brasil), Albert Ferrer (Spanyol), Frank Lebouf (Prancis), Celestine Babayaro (Nigeria), Dan Petrescu (Romania), Roberto di Matteo (Italia), Gus Poyet (Uruguay), Gabrielle Ambrosetti (Italia), Didier Deschamps (Prancis), dan Tore Andre Flo (Norwegia).