Apakah Transfer Paulinho dari Barcelona Merupakan Pencucian Uang?

FC Barcelona melakukan kejutan di bursa transfer dengan memutuskan untuk melepas Paulinho ke Guanzhou Evergrande dengan kesepakatan wajib dibeli di akhir masa peminjaman. Padahal pemain asal Brasil ini baru semusim merumput di Camp Nou. Ada apa sebenarnya?

Pada 14 Agustus 2017 silam para suporter Blaugrana terkaget-kaget dengan kedatangan Paulinho dari tim Liga Super Tiongkok, dengan banderol yang cukup tinggi, yaitu 671 miliar Rupiah. Angka tinggi tersebut hasil dari berulang kalinya penolakan Evergrande melepas sang gelandang sehingga Barca harus mengaktifkan klausul pelepasan.

Kedatangan Paulinho membuat skeptis publik Camp Nou karena karirnya di Tottenham Hotspur dianggap berantakan pada musim kedua di White Hart Lane. Selain itu namanya pun kurang tenar dan dikhawatirkan akan bernasib serupa seperti Douglas, serta usianya yang tidak lagi muda.

Seiring berjalannya waktu, peran pesepak bola berusia 29 tahun itu menonjol di skuat Ernesto Valverde. Kemampuannya melakukan penetrasi ke kotak penalti lawan sehingga bisa menjalin hubungan dengan Lionel Messi di atas lapangan, membuat para penggemar optimis. Apalagi Paulinho menyumbangkan beberapa gol dan assist pada pekan-pekan perdananya, termasuk mengemas gol lebih banyak dibanding Cristiano Ronaldo di paruh pertama musim kemarin.

Tapi seiring berjalannya waktu ia mengaami penurunan performa, dengan lebih banyak berjalan kala Barca mendapatkan serangan. Paulinho masih tetap tampil seperti di awal musim tapi imbasnya terhadap tim tidak sesuai harapan. Duet Ivan Rakitic dan Sergio Busquets sulit dipatahkan oleh Paulinho, ditambah lagi dengan tibanya Philippe Coutinho dan bugarnya Ousmane Dembele.

Keraguan kembali menghampiri benak para fans, tapi Paulinho membuktikan diri di Piala Dunia 2018 Rusia, khususnya di laga versus Serbia dengan didaulat sebagai pemain terbaik di pertandingan tersebut.

Pencucian Uang?

Kini ia kembali ke Guangzhou Evergrande dengan status pinjaman selama enam bulan dengan kewajiban membeli sebesar Rp840 miliar per tanggal 1 Januari nanti. Namun gosip adanya pencucian uang kembali mencuat. Apakah betul?

Sebelumnya penulis ingin menjelaskan apa itu money laundering/pencucian uang. Yang pasti praktek ini bukan berarti mencuci uang menggunakan deterjen. Bukan. Bisa sobek atau keriting jika dikeringkan di atas dandang.

Pencucian uang adalah suatu upaya perbuatan untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal usul uang/dana atau harga kekayaan hasil tindak pidana melalui berbagai transaksi keuangan agar uang atau harta tersebut seolah-olah berasal dari kegiatan legal.

Lalu apa kaitannya dengan Paulinho? Begini: transfer Paulinho ke Barcelona dicurigai karena dianggap angka transfernya terbilang besar untuk seorang gelandang yang bermain di Liga Super Tiongkok, kurang tenar, dianggap transfer terburuk The Lillywhites dan tidak sepadan untuk pemain berdurasi jangka pendek.

Seperti dikutip dari Mirror, terdapat kabar yang menyebutkan perusahaan kepunyaan Bartomeu, ADELTE Group, mendapatkan keuntungan pribadi dari transfer Paulinho. Pasalnya ADELTE sedang mengincar proyek yang dipegang oleh Evergrande sehingga pembelian Paulinho bisa memuluskan tender-tender kepada ADELTE.

Kecurigaan tersebut muncul sebab Paulinho dibeli seharga Rp230 miliar dan dua tahun kemudian dilepas seharga Rp672 miliar. Tentu lonjakan setinggi ini terbilang tidak wajar bagi seorang pesepak bola, kecuali terbukti mampu mempersembahkan kesuksesan luar biasa atau memiliki pontesi tinggi untuk jangka panjang.

Bantahan pun muncul dari pihak Barcelona yang mengancam akan memperkarakan tuduhan tersebut ke meja hijau dengan alasan telah mencemarkan nama baik Josep Maria Bartomeu.

“Pagi ini FC Barcelona telah meminta penjelasan dari penulis berita tersebut, dan juga media yang menerbitkan artikel itu, dimana presiden klub Josep Maria Bartomeu dituduh membeli Paulinho Bezerra sebagai bagian dari kesepakatan yang menguntungkan perusahaannya,” bunyi pernyataan resmi Azulgrana, per 16 Agustus 2017 silam.

“Dengan tidak mendasarnya berita tersebut dan juga adanya tuduhan dilakukannya aktivitas ilegal, [maka] jika penarikan [berita tersebut] tidak dilakukan maka klub dan presiden sebagai individu akan melakukan langkah-langkah hukum.”

“Langkah-langkah ini akan termasuk permintaan ganti rugi atas kerusakan citra baik klub.”

“FC Barcelona tidak akan mentoleransi informasi salah yang bisa merusak citra klub atau siapapun yang menjadi bagian dari klub, dan meminta pertanggung-jawaban profesional dari pihak-pihak yang membuat berita tersebut tanpa adanya kebenaran darinya.”

Lantas Apakah Ini?

Dalam finansial, apa yang dilakukan Barcelona dan Evergrande bukan-lah pencucian uang tapi sebuah resiko moral, di mana satu pihak memaparkan dirinya terhadap risiko yang lebih besar yang mungkin muncul setelah kesepakatan terjadi. Di dunia asuransi, risiko moral dibebankan kepada perusahaan penyelenggara dari calon tertanggung.

Andai pihak Barcelona atau Paulinho diketahui tidak membayarkan pajak transfer di 2017, maka bisa disebut pencucian uang. Namun kenyataannya transfer tersebut terbuka dan ada pajak yang dibayarkan.

Dalam konteks sepak bola, pencucian uang biasanya berkaitan dengan upaya lolos dari jerat regulasi Financial Fair Play (FPP). Tuduhan jenis ini pernah dilancarkan kepada Paris Saint-Germain, yang diyakini menerima uang dari pemerintah Qatar melalui Dinas Pariwisata berkedok sponsorship Piala Dunia 2022 agar bisa memboyong Neymar dan neraca keuangannya tetap sehat.

Tuduhan ini sebetulnya bisa diterapkan ke Barcelona juga, dengan membeli Rp627 miliar dan melepas seharga Rp840 miliar. Artinya ada selisih sebesar Rp213 miliar, yang bisa dianggap sebagai uang untuk menghindari jeratan FPP. Akan tetapi angka tersebut terbilang kecil dengan pemasukan kotor Azulgrana yang mencapai angka Rp10,7 triliun di musim 2015/16, seperti dikutip dari Forbes (per 2016). Angka tersebut merupakan pendapatan tahunan terbanyak dalam sejarah olahraga (tahun itu), dengan kenaikan sebesar 12 persen dari tahun sebelumnya.

Apakah pelepasan Paulinho ini dilakukan demi menjaga neraca keuangan tetap stabil setelah memboyong Ousmane Dembele dan Philippe Coutinho, dua pemain yang saling kejar-mengejar jadi yang termahal setelah Neymar di musim kemarin? Tidak juga. Pasalnya transfer kedua pemain itu masih bisa ditanggung oleh pembayaran Les Parisiens terhadap Neymar.

Lantas, untuk apa Paulinho dilepas? Untuk alasan sporting, penulis mudah-mudahan bisa mengulasnya di kemudian hari. Namun dari perspektif transfer, kedatangan Arthur Melo menjadi alasan Paulinho dilepas.

Seperti diketahui Barca tidak mempunyai slot Uni Eropa lagi dengan adanya Yerry Mina, Paulinho dan Coutinho. Sedangkan setiap klub Spanyol hanya diperbolehkan memiliki tiga pemain non Uni Eropa di skuat yang didaftarkan. Oleh karenanya Paulinho dilepas agar bisa memberi jalan bagi Arthur.