La Liga di Amerika Serikat, Blunder atau Inovasi Besar?

Pernah membayangkan pertandingan gengsi tinggi La Liga diadakan di tempat netral? Atau membayangkan pertandingan-pertandingan seperti El Classico diadakan bukan di Santiago Bernabeu atau Camp Nou? Akan terasa asing memang, apalagi bagi Anda yang sudah menikmati La Liga sejak lama. Namun kini biasakanlah, karena setidaknya selama 15 tahun ke depan akan terdapat pertandingan La Liga yang digelar di luar Spanyol, yakni di Amerika Serikat.

Kebijakan ini diambil oleh tiga pihak, Javier Tebas, Charlie Stillitano dan Stephen Ross. Tentu saja kerja sama ini mendapatkan banyak tanggapan. Soalnya ini bukan hanya tentang bagaimana klub La Liga akan bertanding di Luar Spanyol, tapi juga kerja sama lain seperti akademi, pelatihan manajerial, hingga hak siar televisi.

Langkah tepat atau merugikan?

Charlie Stillitano adalah pria di balik rencana ini. Menurutnya rencana ini sudah dipikirkannya sejak lama. “Saya terlibat di Piala Super Italia antara Juventus dan Milan bermain di New Jersey pada 2003. Mereka adalah dua klub terbesar di dunia pada waktu itu.Saya katakan hanya Manchester United yang lebih besar dari mereka pada saat itu.”

“Setelahnya, kami telah mengadakan banyak pertandingan, tetapi kami segera menyadari bahwa pertandingan liga adalah cara terbaik untuk mengatur bendera jauh lebih kuat di lapangan.”

“ICC telah menjadi turnamen persiapan unggulan untuk semua tim besar. Tetapi karena adanya Piala Dunia, mereka tidak menurunkan pemain terbaik. Keunggulan kami dengan menjadi tuan rumah pertandingan liga adalah pemain besar akan ada di sana.”

“Kami melihat pertandingan NFL pindah ke luar Amerika, jadi kami bertanya, ‘Mengapa kita tidak bisa melakukan itu dengan cara lain?” ungkap Stillitano di Bleachersports.

Dikutip dari situs resmi La Liga, kerja sama ini akan meluas bukan hanya di Amerika Serikat. Negara-negara seperti China dan India juga direncanakan menjajaki kerja sama serupa dengan La Liga. Apabila Anda mengira bahwa La Liga merencanakan ini secara terburu-buru tentu saja tidak. Sejak 2015, La Liga memang sudah membuka kantor mereka di New York, sekaligus menunjuk David Villa dan Raul Gonzales sebagai duta La Liga untuk Amerika Serikat.

Selaku promotor, ada nama Stephen Ross, bos dari ICC sekaligus pemilik dari Miami Dolphins. Ia siap menyediakan segala fasilitas yang dibutuhkan pihak La Liga untuk menjalankan pertandingan di Amerika Serikat. Lalu apa tujuan La Liga dipindahkan ke Amerika Serikat? Tepatkah langkah dari Operator La Liga sendiri?

Bisa dibilang langkah yang dilakukan Liga de Fútbol Profesional (LFP) selaku operator dari La Liga hanya bertujuan menggaet penonton dan melebarkan pasar. Tidak ada keuntungan bagi klub peserta selain keuntungan secara finansial. Justru banyak yang menenentang ide ini, selain jarak, faktor tensi yang berkurang juga menjadi faktor utama.

Bayangkan saja, pertandingan yang akan digelar di Amerika Serikat adalah Derby Catalan antara Girona menghadapi Barcelona di pekan ke-21. Dengan diadakan di tempat netral, keuntungan Girona sebagai tuan rumah tentu berkurang. Malahan mungkin saja Girona mendapatkan tekanan dari para suporter Barcelona di Amerika Serikat, dengan argumen bahwa Barcelona jauh lebih terkenal dibandingkan Girona.

Tensi kedaerahan yang cukup familiar di Spanyol juga berpengaruh besar dalam permainan klub yang berasal dari Spanyol. Belum lagi setelahnya, babak perempatfinal Copa Del Rey digulirkan hanya berselang tiga hari, waktu recovery yang sangat singkat akan menjadi kesulitan tambahan bagi kedua kesebelasan apabila mampu melaju sejauh itu.

La Liga memang menjadi tontonan sepakbola yang paling menarik perhatian warga Amerika Serikat. Dari 50 juta penonton sepak bola, sebanyak 80% menjadikan La Liga sebagai tontonan utama. Hasil studi dari Independent.co.uk menunjukkan hal tersebut. Alasannya, faktor keturnan Hispanic yang berdiam di Amerika Serikat cukup banyak. Warga Hispanic yang berasal dari selatan Spanyol memang sangat terkenal dengan tradisi kedaerahan mereka.

Masa Depan Sepakbola Modern?

Menurut Stillitano, ke depan bukan hanya La Liga, namun Premier League juga dikabarkan akan menggelar pertandingan di Amerika Serikat. Memang 2016 lalu sempat muncul wacana melakukan matchday tambahan, yakni matchday 39 mempertemukan antara juara dan runner-up liga. Mungkinkah ini menjadi gambaran sepakbola modern kedepannya?

Toh sepakbola kini hanya mengenai perputaran roda bisnis. Ganatisme para pendukung sebuah klub berorientasi kepada keuntungan finansial. Penjualan jersey, merchandise, tiket pertandingan, dan hak siar, menjadi faktor penting bagaimana klub beroperasi. Belum lagi pemilik dengan dana besar yang melakukan investasi besar-besaran.

Investor tidak ragu menggelontorkan dana belanja hingga ratusan juta Paun untuk mendatangkan pemain-pemain yang dibutuhkan. Bukan hanya pemain yang berguna bagi tim di permainan, namun juga bagi pasar, seperti penjualan jersey pemain atau sajian eksklusif di TV milik klub.

Jadi jangan heran apabila bukan hanya Amerika Serikat, nantinya bisa saja China mendapatkan jatah menggelar satu pertandingan liga besar Eropa. Dengan tujuan memperluas pasar dan menambah pundi-pundi pemasukan kas klub.

Maka, mari menyaksikan bagaimana pertandingan La Liga akan digelar di Amerika Serikat sebagai sebuah hal baru yang bersifat positif, atau malah menjadi blunder besar oleh Javier Tebas?