Manchester City, UEFA, dan FFP

Foto: Mirror.co.uk

Manchester City telah menolak untuk memberikan komentar kepada UEFA tentang tuduhan bahwa mereka melanggar aturan Financial Fair Play (FFP) dan memperdaya badan organisasi UEFA, karena mereka merasa bahwa semua klaim yang dituduhkan hanya berdasarkan pada email yang “diretas atau dicuri”.

Padahal sebelumnya, Komite UEFA yang bertanggung jawab atas pelanggaran FFP telah menulis surat kepada City sebelum Natal, dan mengundang mereka untuk memberikan komentar atas tuduhan yang dilaporkan oleh majalah Jerman Der Spiegel, bahwasannya semua itu merupakan “jaringan kebohongan” belaka.

City menanggapi bahwa tuduhan itu didasarkan pada email yang “diretas atau dicuri”, dan menantang UEFA untuk memberi perlindungan yang lebih kuat terhadap peretasan dalam penyimpanan data sebuah tim sepakbola. Namun, tidak ada investigasi aktual dari City yang akhirnya membuat UEFA dan badan kontrol keuangan klub (CFCB) mempertimbangkan untuk masuk menyelesaikan persoalan krusial ini.

Di sisi lain, Der Spiegel mendasarkan tuduhan pada sejumlah kecil email yang diklaimnya dibocorkan oleh orang tak dikenal yang bermarkas di Portugal. Orang tak dikenal tersebut mereka beri nama John. Spiegel mengatakan bahwa “John” ini membantah bahwa email internal dari City, UEFA, FIFA, dan beberapa klub dan organisasi sepakbola lainnya, diretas. Ia hanya mengatakan bahwa ia memiliki sumber yang bagus, dan bukan dari hasil “meretas” sebuah dokumen.

Selain itu, majalah asal Jerman tersebut juga mengklaim bahwa kutipan singkat dari empat email internal yang menunjukkan jika sponsor City yang dipelopori oleh maskapai penerbangan di Abu Dhabi, Etihad, dan perusahaan milik negara lainnya, pada kenyataannya sebagian besar dibayar oleh pemilik City, Sheikh Mansour bin Zayed al-Nahyan, yang notabene adalah anggota senior keluarga penguasa Abu Dhabi.

Etihad sendiri lalu membantah dalam sebuah pernyataan publik bahwa uang itu bukan berasal dari Mansour. Mereka mengatakan jika kewajiban keuangan maskapainya selalu menjadi tanggung jawab tunggal Etihad Airways. Maka City pun dengan lugas menolak atas keterlibatannya dengan substansi tuduhan tersebut. Jadi, wajar bila ketika CFCB menulis surat undangan kepada City, mereka pun menjawabnya dengan sikap yang sama sejak tuduhan itu diterbitkan. Mereka melakukan penolakan untuk terlibat langsung dengan tuduhan tersebut karena merasa email mereka “diretas atau dicuri”, dan mereka menganggap bahwa semua itu keluar dari kenyataan yang sesungguhnya.

City pun sebenarnya telah membalas surat dari UEFA, dan berargumen bahwa ketika email internal mereka diterbitkan secara publis, mereka merasa telah dizolimi dan meminta pihak UEFA untuk memperkuat keamanan cyber untuk semua klub sepakbola di Eropa, termasuk klubnya sendiri. Pada dasarnya City memang menolak berkomentar terkait tuduhan itu, akan tetapi mereka secara gamblang tidak menyangkal bahwa email yang dikutip Der Spiegel adalah asli.

Jadi, pejabat CFCB dan UEFA sekarang telah paham semua kondisi itu, dan akan membahas secara internal bagaimana kasus ini dapat dilanjutkan. Tak lepas dari itu presiden UEFA, Aleksander Ceferin, dan ketua investigasi CFCB, Yves Leterme, telah berbicara secara umum bahwa sanksi terberat untuk sebuah klub yang terbukti serius melanggar FFP adalah secara resmi akan diusir dari Liga Champions.

Menyikapi hal ini, seorang juru bicara dari UEFA kemudian mengatakan bahwa tidak ada pembaruan lebih lanjut tentang komentar singkat Ceferin soal masalah-masalah yang dituduhkan kepada Manchester City pada bulan lalu. Ia hanya mengatakan jika pihaknya sedang menilai situasi, dan dengan segera akan menemukan jawaban yang tepat untuk kasus tersebut.

“Tidak ada komentar lebih lanjut dar Ceferin. Yang jelas sekarang kami sedang menilai situasi. Kami memiliki badan independen (CFCB) yang akan mengerjakan semua detil dari kasus ini. Kami akan segera memiliki jawaban tentang apa yang akan terjadi dalam kasus serius ini. Diharapkan semua pihak dapat mengerti, dan sabar menunggu hasil akhirnya,” tuturnya dilansir dari The Guardian.

Penolakan City untuk berkomentar tampaknya merupakan kebijakan yang terlebih dahulu ditentukan sehubungan dengan peretasan dokumen yang mereka alami. Khaldoon al-Mubarak, yang juga merupakan petinggi City dan tokoh politik senior di Abu Dhabi, sebelumnya telah mengalami peretasan atau kebocoran email yang sama. Dan tanggapannya pun sama, ia dengan tegas tidak mengomentari hal apapun terhadap hal yang dituduhkan setelah mengalami kejadian tersebut.

Maka sepertinya benar jika respons yang ditunjukkan City merupakan sebuah kebijakan tegas yang terlebih dahulu ditentukan. Karena mengingat, satu-satunya pernyataan resmi City sejak dugaan yang menerpa mereka, hanyalah seonggok pernyataan yang mengklaim bahwa mereka tidak akan memberikan komentar apapun terhadap semua hal yang berada di luar tanggung jawab mereka, karena mereka merasa telah diretas oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

“Kami tidak akan memberikan komentar apa pun tentang hal-hal yang berada di luar konteks kami, karena semua dokumen ini terduga telah diretas atau dicuri dari City Football Group, dan dari dokumen resmi Manchester City, serta orang-orang terkait lainnya. Upaya ini dilakukan jelas untuk merusak reputasi klub yang sudah terorganisir dengan jelas,” tulis komentar dari manajemen City setelah mereka tertuduh melakukan pelanggaran FFP.

Kendati begitu, informasi keuangan yang diperlukan untuk FFP akan tetap dikumpulkan oleh National Legaue, yang merupakan tanggung jawab yang didelegasikan untuk sistem lisensi UEFA. Jika UEFA melakukan penyelidikan, Premier League dengan tegas harus meminta City untuk memberikan informasi rahasia lebih lanjut, dan itu semua mungkin termasuk masalah bahasan email internal.

UEFA diperkirakan akan menilai apakah hasil potensial dari setiap investigasi ini dapat menjamin pembuktian atau tidak, yang kemungkinan juga akan ditentang oleh City. CFCB memang menemukan City melanggar pelanggaran FFP pada Mei 2014, dan klub menyetujui untuk menerima sanksi. Akan tetapi, mereka tidak menemukan bahwa sponsornya Etihad –yang saat ini tertulis di jersey klub mereka, stadion dan kamp pelatihan baru– nilainya terlalu tinggi. Karena sang pemilik klub bisa saja memasukkan uang ke klub melalui sponsor, selama harga yang dibayarkan dianggap sebagai nilai yang sesuai.

 

Sumber: The Guardian