Mengenal Amanda Staveley, Calon Pemilik Baru Newcastle United

Banyak hal disuguhkan dari pertandingan Newcastle melawan Liverpool pada 1 Oktober 2017. Namun, hal yang jauh lebih menarik perhatian justru berada di tribun penonton. Lupakan pertahanan The Reds dan serangan cepat mereka, ataupun reuni mereka dengan Rafa Benitez. Yang seharusnya menjadi perhatian adalah siapakah perempuan berjas hitam yang sedang berada di tribun penonton dan dikaitkan dengan tawaran pengambilalihan untuk klub Tyneside dan Merseyside? Ya, dia adalah Amanda Staveley.

Amanda Staveley, adalah pengusaha di balik sejumlah tawaran pengambilalihan klub-klub Premier League. Ia terlihat berada di tribun penonton saat pertandingan Liverpool melawan Newcastle di St. James Park pekan lalu. Sunday Mirror Sport mengungkapkan jika Staveley memiliki hubungan kuat dengan miliarder di Timur Tengah. Salah satunya terbukti ketika Staveley membantu Sheikh Mansour membeli Manchester City pada 2009 silam.

Kehadiran Amanda Staveley di St. James Park akhir pekan lalu menghadirkan spekulasi soal akuisisi Newcastle. Apalagi pemilik Newcastle saat ni, Mike Ashley, memang ingin menjual klubnya asalkan nilainya sesuai. Namun, ada pula yang menyebut kalau ia sekadar tamu spesial Newcastle.

Mike Ashley sendiri menetapkan harga sebesar 380 juta paun, bagi peminat yang ingin membeli langsung klub. Newcastle dikabarkan telah menandatangani perjanjian non-disclosure dengan sejumlah pihak potensial yang tidak disebutkan namanya. Meskipun begitu, hingga saat ini belum ada kesepakatan yang mendekati kata penyelesaian.

Namun, siapakah sebenarnya Amanda Staveley?

Staveley sendiri dijuluki sebagai ‘pemodal usaha paling glamor’ di Inggris oleh This is Money. Ia dikenal karena hubungannya dengan investor kaya dari Timur Tengah, dan sekarang ia membagi waktunya antara rumah di Dubai dan London.

Penyebutan Staveley dalam kesepakatan pengambilalihan klub, bagaimanapun, memang sudah biasa memicu banyak spekulasi. Meski diisukan akan mengakuisisi Newcastle, tapi Staveley adalah penggemar setia The Reds. Bahkan, pada 2008, ia terlibat dalam tawaran Dubai International Capital (DIC) untuk memegang kendali Liverpool.

Perusahaan Staveley, PCP Capital Partners, juga terlibat dalam pengambilalihan Manchester City ke tangan Sheikh Mansour pada 2009 dengan harga yang mencapai 265 juta paun. Dikabarkan bahwa PCP sendiri memiliki aset dengan jumlah sekitar 28 miliar paun, dengan koneksi spesial baik di dalam maupun di luar Timur Tengah.

Menariknya, inilah yang ia katakan saat meminta ‘lima tip teratas’ untuk jual beli oleh businessreporter.co.uk pada 2014. “Tanyalah orang lain untuk membuat saran independen mereka saat menilai bisnis apa yang dilihatnya. Seringkali pemilik perusahaan protektif dan menilai jika dirinya lebih tinggi dari Anda,” tuturnya.

Apa latar belakang dibalik bisnis Amanda Staveley?

Lahir di Yorkshire, Staveley mendapat tempat di Cambridge untuk belajar Bahasa Modern. Namun, pada akhirnya ia keluar dari jalur akademisi yang ia jalani. Sebagai gantinya, ia mengeluarkan pinjaman sebesar 180 ribu paun untuk membuka saham restoran di dekat Newmarket, meskipun ia sendiri tidak memiliki pelatihan formal dalam hal bisnis. Dari sinilah Staveley berhasil membangun jaringan bisnisnya yang luas sampai Timur Tengah.

Ayahnya, adalah pemilik tanah yang memiliki taman hiburan, sementara ibunya penunggang kuda di tingkat kompetisi. Sebagai seorang anak, ia menghabiskan sebagian besar waktunya bersama kakek dan neneknya, yang mengelola serangkaian betting shop untuk sebuah kompetisi perlombaan kuda yang dimiliki oleh Doncaster. Lalu setelah meninggalkan universitas, di mana Staveley didiagnosis menderita anoreksia, keajaiban membawannya berhasil mengelola sebuah restoran yang sebelumnya ia tanamkan saham di Stocks, Bottisham. Usaha tersebut menghubungkannya untuk pertama kali dengan pengusaha kaya dari Timur Tengah, yang mengunjungi arena pacuan kuda di dekat Newmarket.

“Alasan sebenarnya saya ingin menjalankan restoran adalah karena saya pernah melihat Michelle Pfeiffer di Tequila Sunrise. Saya berpikir, ‘Ooh, itu terlihat bagus’,” pungkas Staveley.

Dengan segera Staveley merubah usahanya tersebut menjadi sumber keuangan. Ia melakukan perdagangan saham dan berinvestasi di sebuah perusahaan. Staveley itu juga mendirikan Q.ton, sebuah pusat konferensi dan bisnis restoran yang berbasis di Cambridge Science Park. Pada usianya yang ke-27 tahun, Staveley mendapati gelar Young Entrepreneur of the Year. Lalu pada April 2000, ia akhirnya menjual 49% saham bisnisnya ke Euro Telecom.

Melihat perjuangannya sampai sejauh itu, Staveley akhirnya membangun sebuah yayasan, dan salah satu penerima benefit utamannya adalah badan amal tunawisma. Meskipun, ia ternyata didiagnosis sebagai pembawa gen untuk penyakit Huntington (sebuah kondisi degeneratif yang muncul seperti persilangan antara Alzheimer dan Parkinson) pada usianya yang saat ini sudah menginjak 44 tahun. Staveley hampir pasti akan mengembangkan penyakit Huntington dalam kurun waktu 20 tahun. Namun, ia mengatakan bahwa penyakit tersebut telah memberikannya perspektif terhadap keseimbangan yang lebih baik dalam hal pekerjaan ataupun kehidupannya.

Keterlibatannya dalam kesepakatan Manchester City pun mungkin sempat menjadi keuntungan terbesar dalam keterlibatannya di pesepakbolaan Inggris. Dilaporkan jika 10 juta paun berhasil masuk kantong perempuan pekerja keras itu. Pun tampaknya, kehadirannya di setiap pertandingan sepakbola, mungkin cukup memicu banyak spekulasi. Karena gagasannya untuk mengambil alih Liverpool dalam waktu dekat, meski tampaknya aneh, potensi besar tersebut sudah berada tepat di depan matanya.