Tentang Kemarahan Manchester City, Kasus FFP, dan UEFA

Manchester City menyerang habis-habisan UEFA yang ditulis dalam bandingnya ke CAS (Court of Arbitration for Sport). Mereka mengklaim bahwa UEFA telah secara sistematis melanggar kewajibannya untuk menjaga kerahasiaan dalam melakukan investigasi FFP.

Permusuhan sengit antara Manchester City dan UEFA terkait investigasi terhadap dugaan pelanggaran peraturan keuangan ini telah diungkapkan dalam dokumen pengadilan. Dikutip dari The Guardian, City bahkan ingin mencari ganti rugi keuangan dari UEFA karena dugaan kebocoran data ke media.

Kasus kemarahan terang-terangan City dirinci dalam alasan tertulis (banding) yang kemudian dikeluarkan oleh pengadilan CAS. Protes utama yang dilontarkan The Citizen terutama dilandaskan dari sebuah keputusan sepihak UEFA pada bulan November tahun lalu.

Klub kota Manchester tersebut lalu mengajukan banding terhadap keputusan “ruang investigasi” (IC) dari badan kontrol keuangan klub UEFA (CFCB) yang mendakwa mereka dengan pelanggaran FFP. Dan banding tersebut merujuk pada kasus yang kemudian dibawa UEFA ke “ruang pengadilan” (AC) melalui badan kontrol keuangan mereka.

Investigasi IC dinilai kurang fair karena hanya mengacu pada publikasi email internal City yang disebar oleh majalah Jerman Der Spiegel. Seperti yang diketahui, Der Spiegel mengklaim The Citizen telah menipu UEFA dalam pengiriman data keuangan mereka. Terutama karena pemilik City, Sheikh Mansour dari Abu Dhabi, mendanai sponsor klub dari maskapai penerbangan negaranya, yaitu Etihad.

City sudah membantah semua itu. Mereka juga menjelaskan kalau mereka tidak melakukan kesalahan yang disengaja seperti yang dituduhkan Der Spiegel. Akhirnya The Citizen lebih memilih untuk mengajukan banding ke CAS terkait tuduhan tersebut. Tapi sayangnya, tuduhan itu malah dijadikan landasan UEFA dalam melakukan investigasi.

City naik pitam, dan merespon bahwa UEFA tidak objektif. UEFA seolah “tidak memiliki keadilan prosedural dan proses hukum”, dan tidak memperlakukan City sama dengan klub Eropa lainnya. City juga memprotes tentang kebocoran data di sepanjang proses keputusan “ruang investigasi” (IC) –data yang juga dipakai untuk menuntut klub. Oleh sebab itu, pihak City kemudian mengatakan kalau UEFA secara sistematis sudah melanggar kewajiban tugasnya untuk bersikap objektif dan adil.

“UEFA telah secara sistematis melanggar semua kewajibannya untuk bersikap secara objektif dan adil dalam melakukan investigasi. Pemeriksaan dan hasilnya selalu terus mereka langgar sendiri. Tugas mereka seharusnya lebih percaya diri dalam menyikap hal yang belum objektif dan adil,” pungkas perwakilan City dikutip dari The Guardian.

Kegigihan City dan kemarahannya terhadap UEFA kemudian menarik tanggapan tegas dari Yves Leterme, pria yang sekaligus menjabat sebagai ketua IC. Ia menulis tanggapannya ini dalam sebuah pernyataan bahwa ia harus menolak semua tuduhan yang dikemukakan City.

“Saya harus dengan keras menolak tuduhan Anda (City) tentang kegiatan yang melanggar hukum, baik oleh saya sendiri atau oleh salah satu anggota keuangan UEFA. Khususnya ruang investigasi. Ya, dugaan kami tidak berdasar, tapi pantas diterima,” ujar Leterme.

“Harap diperhatikan bahwa saya tidak akan melanjutkan pertukaran korespondensi (tuduhan) tersebut. Dan bahwa saya tidak akan menanggapi lebih lanjut tuduhan tanpa dasar yang ditujukan kepada saya secara pribadi. Atau terhadap sesama anggota IC yang melibatkan saya.”

Kabar terbaru saat ini, ternyata CAS menolak banding City terhadap rujukan tuduhan yang mereka angkat. CAS memutuskan bahwa banding tidak dapat dilakukan sampai keputusan akhir oleh badan yang berwenang (UEFA) dirampungkan. Selain itu City hanya dapat membuat semua argumen mereka di persidangan dan di depan majelis pengadilan.

Namun, salah satu juri CAS dari tiga pengacara menggambarkan bahwa kebocoran data ke media memang adalah sebuah hal yang “mengkhawatirkan.” Bahkan CAS mempertanyakan bagaimana Leterme “bisa begitu percaya diri” bahwa kebocoran data itu tidak datang dari badan keuangan UEFA (CFCB). CAS memutuskan bahwa jika seorang anggota CFCB bertanggung jawab atas kebocoran data, itu tidak berarti mereka berhak menuntut City.

Sementara itu, “ruang pengadilan” (AC) UEFA telah mendengar tuduhan City dari bulan lalu (Januari), dan mereka sedang menunggu keputusan UEFA untuk memprosesnya. Jika AC menemukan City bersalah dan memang menipu UEFA atas laporan keuangannya, maka AC memiliki kekuatan untuk melarang mereka tampil di Liga Champions. Sebuah keputusan yang juga direkomendasikan oleh “ruang investigasi” (IC).