Data serta statistik di gim Football Manager amatlah lengkap. Kita bisa melihat berbagai aspek pemain secara fisik, teknik, hingga mental.
Dalam hal fisik, ada beberapa atribut seperti kecepatan, stamina, hingga kekuatan. Di aspek teknik, kita bisa mengetahui kecakapan pemain melepaskan umpan silang, keluwesan menggiring bola, hingga seberapa bagusnya ia melepaskan tendangan jauh. Sementara di aspek mental, atribut yang terlihat di antaranya agresifitas, keberanian, hingga kepemimpinan.
Saking banyaknya atribut yang disediakan, ini membuat kita yakin kalau angka yang ada di gim Football Manager pastilah ada yang tak tepat. Karena, bagaimana kita mengetahui seberapa besar keberanian seseorang? Seberapa kuat kepemimpinan seseorang? Atau sefokus apa ia dalam berkonsentrasi.
Data-data yang dianggap miss ini juga dikeluhkan oleh sang pemain itu sendiri. Kalau klub biasanya menggunakan basis data sebagai titik awal mereka dalam memantau pemain, lain halnya dengan si pemain. Basis data itu ia gunakan untuk membuktikan seberapa bagus kemampuan mereka sebenarnya.
Direktur Sports Interactive, Miles Jacobson, menceritakan kalau tak sedikit pesepakbola profesional yang mengirim video mereka tengah adu cepat dengan pemain lainnya, untuk meningkatkan atribut kecepatan mereka di gim Football Manager.
“Kami memiliki lebih dari 1500 pesepakbola yang membantu kami mengujicoba gim dan memberikan umpan balik, mulai dari pesepakbola superstar, sampai pemain amatir,” kata Jacobson.
Faktanya, ada banyak pemain yang meminta sejumlah data atributnya dinaikkan. Untuk itu, ia meminta para pemain tersebut untuk membuktikannya. “Terkadang itu sepenuhnya dibenarkan,” ucap Jacobson.
Ada sebuah kisah soal seorang pemain yang gagal masuk ke sebuah klub karena permintaan agennya yang tak bisa dipenuhi. Kebetulan, pemain ini baru saja debut di sebuah “negara kecil”. Lewat surat elektronik, ia pun memastikan apakah Football Manager punya rekaman pertandingannya atau tidak.
“Menjadi anah betapa dalamnya gim ini berjalan. Liga yang aku bicarakan cukup kecil, tapi sepakbola telah menjadi sumber besar buat tim-tim itu, meskipun tak ada dalam basis data utama.”
“Tak ada seorang pun yang boleh merekrut pemain hanya karena ia bagus di gim, dan tak ada seorang pun yang boleh pergi dan mengirimkan pemandu bakatnya untuk mengintai seseorang hanya dari hasil video Youtube.”
“Kalau Anda menonton video Youtube tentang seorang pemain yang kelihatannya hebat, dan Anda mendapatkan sumber lain berdasarkan orang yang menontonnya langsung dilapangan selama berpekan-pekan, itu baru cukup kuat.”
Database yang Kaya
Berdasarkan The Telegraph, basis data Football Manager sudah digunakan lebih dari 25 tahun dan benar-benar luar biasa. Data yang tersedia mencakup hampir 800 ribu individu! Sejak awal, basis data ini dikomandoi Mark Woodger, teman sekolah Collyer Brothers yang membikin Championship Manager.
Mark Woodger mengomandoi sebuah tim berisi delapan orang. Di bawah tim ini adalah Kepala Periset yang jumlahnya ada sekitar 100 orang, yang bertugas menangani satu atau dua negara, atau setiap kompetisi. Orang-orang ini masih bertahan hingga 20 tahun kemudian.
Di bawah Kepala Periset adalah Asisten Periset yang fokus pada individu di setiap klub. Mereka yang menyaksikan pertandingan tim muda, tim cadangan, tim utama, dan membaca segala yang mereka bisa, dan memberikan opini mereka pada setiap pemain yang mereka tonton, dan Asisten Periset ini bekerja tanpa bayaran!
Anggota Departemen Riset Sports Interactive, Stephen Davidson, menyebut kalau kehadiran asisten periset ini sungguhlah gila. Mereka bervariasi mulai dari yang sudah punya kualifikasi UEFA, sampai yang tak punya apa-apa: hanya seorang anak sekolahan yang fanatik pada klubnya.
“Kami punya orang-orang yang bekerja di klub, data analis di klub, orang-orang perekrutan, pemandu bakat, para pelatih. Kami juga punya pemain di klub yang meriset klub tempat mereka bermain,” kata Davidson.
Di Football Manager, rating yang diberikan maksimal berada di angka 20. Hirarki dari para periset ini hadir untuk mengeliminasi data yang salah. Tujuannya untuk menghadirkan konsistensi dan adanya perasaan kalau rating Neymar seakurat rating kiper cadangan QPR.
Peringkat setiap individu juga amat dicermati. Jadi masuk akal ketika Luka Modric, salah satu pengumpan terbaik di dunia, satu level dengan Kevin De Bruyne dan David Silva dengan angka umpan 19 dari 20.
Lantas, ada pertanyaan, kenapa Wilfred Ndidi, gelandang luar biasa Leicester hanya diberikan nilai 12 untuk umpan?
“Anda tidak mencantumkan angka delapan begitu saja. Kalau orang ini adalah pengumpan terbaik di klub, tapi mereka bermain di liga level rendah, maka Anda harus melihat klub lain di level yang sama, dan melihat siapa pengumpan terbaik di liga tersebut. Kalau umpannya 18 atau 10, kenapa bisa demikian? Karena ini semua soal konteks,” jelas Davidson.
Tugas kepala periset adalah untuk menyetujui semua angka yang muncul. Ketika periset memberi orang ini nilai 18 untuk passing, kepala periset akan meminta Anda menjelaskannya. Ia lalu membandingkan, misalnya, dengan pertanyaan “Apakah ini adalah David Beckham selanjutnya?” Terkadang periset memberi angka besar hanya karena ia menyukainya. Jadi soal angka ini mereka tak menebak-nebak. Melainkan sesuai konteks yang ada.
Lantas, bagaiman seorang pemain meningkatkan statistik mereka? Dari penjelasan Jacobson, adalah mulai bermain di liga yang lebih baik, di klub yang lebih baik, selain tentu saja, mengasah kemampuan mereka yang sebenarnya di dunia nyata.
Sumber: The Telegraph, BBC.