Hubungan Antara Sepakbola dan Demensia

Terdapat sebuah proyek bernilai 1 juta paun untuk meneliti dan menyaring kesehatan otak mantan pesepakbola. Penelitian ini dijalankan oleh University of Angila bersama dengan pensiunan pemain berusia di atas 50. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan signifikan antara sepakbola dan penyakit demensia, serta menguji mantan pemain yang memiliki tanda-tanda awal penyakit demensia itu sendiri.

Proyek penelitian ini bernama The Screening Cognitive Outcomes after Repetitive Head Impact Exposure in Sport (Scores) project. University of East Anglia (UEA) bertujuan memanfaatkan penelitian ini untuk menyaring kesehatan otak mantan pemain sepakbola untuk bukti penyakit demensia. Selain itu, penelitian ini juga berorientasi menemukan gejala lain, seperti masalah memori para pesepakbola.

Menurut The Guardian, proyek penelitian akan dimulai di wilayah timur Britania Raya, dan akan diluncurkan secara nasional pada akhir tahun ini. Para pensiunan pesepakbola, baik pria atau wanita yang berusia di atas 50 tahun, sedang diupayakan untuk ambil bagian. Kekhawatiran tentang risiko demensia pada pemain sepakbola, dan khususnya mereka yang sering memainkan bola di lapangan, telah meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir.

Tahun lalu sebuah penelitian dari Universitas Glasgow, yang didanai oleh Asosiasi Sepak Bola (FA) dan Asosiasi Pesepakbola Profesional (PFA), menemukan bahwa mantan pemain profesional memiliki tingkat penyakit neurodegeneratif sekitar tiga setengah kali lebih tinggi daripada yang diperkirakan. Termasuk yang tercatat dalam statistik itu adalah peningkatan lima kali lipat dalam risiko penyakit Alzheimer.

Peneliti utama dalam proyek penelitian baru dari UEA yang akan dilaksanakan tahun ini, Dr Michael Gray, mengatakan bahwa risiko demensia jauh lebih tinggi terjadi kepada mantan pesepakbola. Itu disebabkan karena para mantan pesepakbola memiliki keterikatan yang berulang dengan sepakbola.

“Kita sekarang tahu bahwa ada risiko demensia yang jauh lebih tinggi pada mantan pemain sepak bola profesional. Kami pikir ini terkait dengan pengulangan-pengulangan mereka pada sepakbola. Kami tidak tahu apakah ini meluas ke tingkat sampai ke amatir. Jadi, akan ada banyak pemain di luar sana yang dimengerti sangat khawatir tentang masa depan mereka,” tutur Dr Michael Gray dikutip dari The Guardian.

“Kami akan bekerja dengan mantan pemain sepakbola profesional untuk menyelidiki dan melacak kesehatan otak mereka dari waktu ke waktu. Kami berharap kami bisa berkontribusi besar dengan mengikuti para pemain ini selama sisa hidup mereka.”

Kemudian, Iwan Roberts, mantan penyerang tengah Norwich, adalah di antara mereka yang telah mendukung proyek tersebut. Namun, tim peneliti tidak hanya berfokus pada Roberts. Mereka (para peneliti) memilih untuk mencari lebih banyak mantan pemain agar dapat berpartisipasi dalam proyek penelitian ini.

“Saya bermain sepakbola selama 20 tahun secara profesional, dan memainkan banyak sekali sentuhan bola di atas lapangan selama periode itu. Saya ingin melihat apakah ada sesuatu yang harus saya perhatikan di masa mendatang dari penelitian ini,” kata Roberts.

Di antara pensiunan pesepakbola yang sudah diketahui meninggal karena trauma kepala (demensia) berulang adalah Jeff Astle. Ia adalah seorang mantan penyerang West Brom dan Inggris. Kematian Astle terjadi tahun 2002 pada usianya yang ke-59 tahun. Ia meninggal karena “penyakit pekerjaan” yang ditemukan oleh petugas pemeriksa mayat. Sebagian disebabkan oleh pengalaman beratnya tugas sebagai pesepakbola dan memimpin di lapangan.

Masalah Astle ini sempat menjadi lonceng alarm untuk sepakbola terkait tingkat potensi masalah yang dibuat dari permainannya. Pada 2015, keluarga Astle meluncurkan sebuah yayasan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran seputar cedera otak dalam semua bentuk olahraga. Mereka juga menawarkan dukungan kepada siapa saja yang terkena dampak serupa.

Dari sinilah UEA bertujuan untuk mengumpulkan 1 juta paun dalam studi proyek penelitiannya. Mereka berharap 10% dari angka itu akan menjadi dana sumbangan. Di sisi lain, FA telah mengumumkan pembentukan tim penelitian spesialis untuk mengasimilasi informasi proyek penelitian dari UEA tersebut. Ya pada intinya, sebagian besar berharap bahwa pihak UEA dapat memberikan kontribusi ke basis pengetahuan secara signifikan terkait risiko penyakit otak pasca pensiun dari sepakbola.